Mohon tunggu...
A Darto Iwan S
A Darto Iwan S Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis bukan karena tahu banyak, tapi ingin tahu lebih banyak. (Darto, 22 Oktober 2024)

Menulis sebagai salah satu cara untuk healing :)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kurikulum Deep Learning Vs Kurikulum Merdeka

13 November 2024   12:31 Diperbarui: 13 November 2024   13:45 641
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar oleh Darto + Dall-e AI

Lao Tzu dalam Tao Te Ching, Lao Tzu menyatakan, "Satu-satunya hal yang tetap adalah perubahan." Meski singkat, kutipan ini mengandung makna mendalam tentang dinamika alam semesta. Sedangkan Heraclitus, seorang ilosof Yunani Kuno mengatakan , "Anda tidak dapat melangkah dua kali ke sungai yang sama, karena air yang mengalir selalu baru." Ini merupakan metafora yang kuat untuk menggambarkan sifat perubahan yang terus-menerus.

Perubahan adalah satu-satunya hal yang konstan dalam dunia termasuk dunia pendidikan. Setelah era Kurikulum 2013 dan kini Kurikulum Merdeka, kita kembali disuguhi wacana baru, yaitu Kurikulum Deep Learning. Konsep ini digadang-gadang sebagai pendekatan pembelajaran yang lebih mendalam dan berpusat pada siswa. Namun, apa sebenarnya perbedaan mendasar antara Kurikulum Deep Learning dengan Kurikulum Merdeka yang sudah berjalan? Mari kita bedah bersama.

Kurikulum Merdeka adalah sebuah kebijakan yang memberikan keleluasaan bagi satuan pendidikan untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan peserta didiknya. Kurikulum ini menekankan pada pembelajaran yang bermakna, pengembangan kompetensi abad 21, dan fleksibilitas dalam proses pembelajaran. Jika Kurikulum Merdeka memberi kebebasan, lalu apa yang membuat Kurikulum Deep Learning berbeda?

Kurikulum Deep Learning adalah pendekatan pembelajaran yang menekankan pada pemahaman konsep yang mendalam, bukan hanya menghafal fakta. Pembelajaran dilakukan secara aktif, kolaboratif, dan berpusat pada masalah. Tujuannya adalah membentuk siswa yang berpikir kritis, kreatif, dan mampu memecahkan masalah kompleks. Apakah Kurikulum Deep Learning hanya sekadar tren baru, atau memang menawarkan solusi yang lebih baik untuk tantangan pendidikan saat ini?

Meskipun keduanya memiliki tujuan yang sama, yaitu meningkatkan kualitas pembelajaran, terdapat beberapa perbedaan mendasar:

Pertama, Kurikulum Merdeka lebih menekankan pada fleksibilitas dan pengembangan profil pelajar Pancasila, sedangkan Kurikulum Deep Learning lebih fokus pada kedalaman pemahaman konsep.  Bayangkan Kurikulum Merdeka seperti sebuah taman bermain yang luas. Di taman ini, setiap anak bebas memilih wahana yang ingin mereka mainkan. Guru seperti seorang pemandu yang membantu anak-anak menemukan wahana yang sesuai dengan minat dan kemampuan mereka.

Kurikulum Merdeka memberikan kebebasan kepada sekolah untuk menyesuaikan materi pelajaran dengan kondisi dan kebutuhan siswa di sekolah tersebut. Jadi, tidak semua sekolah harus mengajarkan materi yang sama dengan cara yang sama. Kurikulum ini juga menekankan pada pembentukan karakter siswa yang berakhlak mulia, kreatif, kritis, dan mandiri. Ini seperti menanamkan benih-benih kebaikan dalam diri siswa agar mereka tumbuh menjadi pribadi yang berguna bagi bangsa dan negara.

Kedua, Kurikulum Deep Learning menggunakan metode pembelajaran yang lebih aktif dan berpusat pada siswa, seperti proyek berbasis masalah dan pembelajaran kolaboratif. Apa itu Pembelajaran yang Lebih Aktif dan Berpusat pada Siswa? Bayangkan siswa sedang belajar tentang sejarah. Dalam metode pembelajaran yang lebih tradisional, siswa mungkin hanya diminta membaca buku pelajaran dan menghafal tanggal serta peristiwa penting. Siswa akan diajak untuk "menjelajahi" masa lalu seolah-olah siswa hidup di zaman itu. Misalnya, siswa bisa membuat proyek simulasi kehidupan sehari-hari di masa kerajaan Majapahit. Siswa akan bekerja sama dengan teman-teman untuk menyelesaikan tugas atau proyek. Misalnya, siswa bisa membuat presentasi kelompok tentang tokoh-tokoh pahlawan nasional.

Siswa akan didorong untuk mencari tahu sendiri jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang siswa miliki. Misalnya, siswa bisa melakukan eksperimen sederhana untuk membuktikan suatu teori ilmiah. Mengapa Metode Ini Penting? Metode pembelajaran yang aktif dan berpusat pada siswa dianggap lebih efektif. Belajar menjadi lebih menyenangkan karena siswa tidak hanya mendengarkan guru, tetapi juga terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Informasi yang diperoleh melalui pengalaman langsung akan lebih mudah diingat daripada informasi yang hanya dihafal. Selain mendapatkan pengetahuan, siswa juga akan mengembangkan keterampilan seperti berpikir kritis, berkomunikasi, dan bekerja sama.

Yang ke-3, Kurikulum Deep Learning bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa, sedangkan Kurikulum Merdeka bertujuan untuk mengembangkan kompetensi yang relevan dengan dunia kerja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun