Sebagai contoh, di beberapa negara seperti Korea Selatan, guru menggunakan platform AI untuk menganalisis performa siswa dalam ujian, dan AI akan memberikan rekomendasi materi yang perlu diperdalam oleh siswa. Di sinilah letak kekuatan AI. Mempermudah proses administratif dan teknis, sehingga guru dapat lebih fokus pada interaksi manusia yang lebih mendalam.
Namun, penting untuk diingat bahwa AI bukanlah solusi ajaib. Penggunaan AI harus disertai dengan pemahaman yang mendalam tentang bagaimana teknologi ini dapat diintegrasikan dengan cara yang mendukung proses pendidikan secara keseluruhan. Guru tetap memegang peranan penting dalam menjaga keseimbangan antara penggunaan teknologi dan kebutuhan emosional serta sosial siswa.
Indonesia, sebagai negara dengan populasi besar dan sistem pendidikan yang beragam, memiliki tantangan tersendiri dalam mengadopsi teknologi seperti AI. Namun, ini bukan berarti kita tertinggal. Beberapa startup lokal sudah mulai mengembangkan solusi berbasis AI untuk pendidikan.Â
Misalnya, Ruangguru, sebuah platform edukasi berbasis teknologi, telah mulai menggunakan AI untuk memberikan pengalaman belajar yang lebih personal kepada penggunanya. Dengan lebih dari jutaan pengguna, Ruangguru menunjukkan bahwa AI bisa menjadi solusi untuk menjangkau lebih banyak siswa di seluruh penjuru Indonesia, termasuk di daerah-daerah terpencil.
Selain itu, Universitas Gadjah Mada (UGM) juga telah mulai memanfaatkan AI dalam proses penelitiannya. Dengan kolaborasi antara fakultas teknik dan ilmu komputer, para peneliti di UGM mampu mengembangkan model AI yang membantu dalam analisis data besar di berbagai bidang, mulai dari kesehatan hingga agrikultur. Proyek ini tidak hanya memberikan manfaat bagi universitas, tetapi juga membuka jalan bagi pengembangan teknologi lebih lanjut di Indonesia.
Meskipun banyak manfaat yang ditawarkan oleh AI, kita juga harus realistis tentang tantangan yang dihadapi. Infrastruktur teknologi yang belum merata di seluruh Indonesia menjadi salah satu hambatan utama dalam penerapan AI secara luas di sektor pendidikan. Selain itu, kesenjangan digital masih menjadi masalah, terutama bagi sekolah-sekolah di daerah pedesaan yang mungkin tidak memiliki akses yang memadai terhadap teknologi.
Namun, masa depan AI dalam pendidikan tetap cerah. Dengan terus berkembangnya teknologi, semakin banyak peluang yang terbuka untuk memanfaatkan AI dalam membantu guru, siswa, dan peneliti. Pemerintah, swasta, dan institusi pendidikan harus berkolaborasi untuk memastikan bahwa manfaat AI dapat dirasakan oleh semua kalangan, bukan hanya mereka yang berada di perkotaan atau memiliki akses lebih baik terhadap teknologi.
Pada akhirnya, AI adalah alat, dan seperti alat lainnya, bagaimana kita menggunakannya yang akan menentukan dampaknya. Dengan pendekatan yang tepat, AI bisa menjadi mitra yang kuat dalam menciptakan sistem pendidikan yang lebih baik, lebih inklusif, dan lebih adaptif terhadap kebutuhan zaman. Apakah kita siap menyambut masa depan ini? Sepertinya, siap atau tidak siap, kita 'dipaksa' harus siap.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H