Tapi itu yang kedua, dengan hati yang bersinar,
Di tengah perselisihan, memilih untuk melimpahkan,
Keberaniannya berani, jalannya terbentang,
Untuk membimbing saudara-saudaranya melintasi dunia.
Namun Sekali, Tiga Kali, termakan oleh kesombongan,
Dalam pengejaran yang egois, mereka terpecah belah,
Persatuan mereka, mimpi yang retak,
Tersesat dalam arus nafsu yang tiada henti.
Dalam kegelapan yang dalam, dimana kebenaran memudar,
Orang kedua, dengan keberanian terbunuh,
Telah mencapai desa yang cerah dan cerah,
Dengan Madu Para Dewa, cahaya suar.
Demikianlah, di kedalaman hutan yang sangat dalam,
Madu Para Dewa ditemukan,
Simbol kasih sayang sejati,
Hal itu mempersatukan kembali hati yang retak.
Namun di tengah kisah cobaan dan penderitaan ini,
Terletak sebuah pelajaran di kedalaman malam,
Persatuan hilang dan diperoleh kembali,
Dalam mengejar kesembuhan, jiwa-jiwa tidak dirantai.
Jadi biarlah kisah tentang pengetahuan hutan ini,
Ingatkan kami akan apa yang telah berlalu sebelumnya,
Bahwa di saat-saat paling gelap, kita mungkin menemukan,
Kekuatan untuk menyembuhkan dan hati terjalin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H