Mohon tunggu...
Darsono
Darsono Mohon Tunggu... Guru - Guru SMK Negeri 6 Surakarta

Guru SMK Negeri 6 Surakarta sejak Th. 1998 bidang mengajar Multimedia

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Jurnal 19 - Pemimpin Pengelolaan Sumber Daya

17 Mei 2022   10:55 Diperbarui: 17 Mei 2022   11:03 534
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

CGP menggunakan Refleksi 4F

Seperti yang kita ketahui bersama, sekolah wajib membangun ekosistem yang dapat merangsang kreativitas untuk menunjang keberhasilan tujuan pendidikan. Keberhasilan sebuah proses pembelajaran sangat tergantung pada cara pandang sekolah melihat ekosistemnya: apakah sebagai kekuatan atau sebagai kekurangan. Sekolah yang memandang semua yang dimiliki adalah suatu kekuatan, tidak akan berfokus pada kekurangan tapi berupaya pada pemanfaatan aset yang dimiliki.

Pada tanggal 9 Mei 2022 CGP angkatan 4 memasuki Modul 3.2 Pemimpin Pengelolaan Sumber Daya yang terdiri atas tema Mulai dari Diri, Eksplorasi Konsep, Forum Diskusi, Ruang Kolaborasi dan lain-lain. (akan dibahas pada Jurnal 20). Pada Modul 3.2 saya diberi banyak materi terkait pengelolaan sumber daya sekolah baik biotik (manusia dan benda yang hidup) maupun abiotik (sarana, prasarana sekolah/ benda bergerak tak bergerak) untuk diberdayakan seoptimal mungkin guna mendukung keberadaan siswa dan warga sekolah dalam belajar dan mengajar.

Pada Sesi Mulai dari Diri, ada beberapa pertanyaan yang harus dijawab oleh CGP yakni :

Ingatlah kembali sosok pemimpin yang pernah Anda tahu selama berprofesi sebagai guru, seperti apakah sosok pemimpin yang Anda ingat itu? Hal apa yang paling Anda ingat dari sosok pemimpin tersebut?

Jawab :  Kepala Sekolah saya yang sangat menginspirasi bernama. Bp Mochtingudin dan alm.Tenang Pranata. Mereka punya visi yang jelas, bisa menjalankan, bisa mengawal, bisa menggerakkan dan bisa memotivasi. Bijak dalam tutur kata selalu memuji hasil karya orang bukan dengan gila hormat tetapi bisa menghargai prestasi. Mereka juga disiplin, detail dalam rencana dan aksi. Tidak banyak bicara tetapi semua,mau bekerja dengan suka cita.

Setelah mengingat sosok pemimpin yang Anda tahu, menurut Anda pribadi seperti apakah sosok pemimpin yang ideal? Apa saja sebetulnya tugas seorang pemimpin?

Jawab : pemimpin ideal adalah mereka yang memotivasi tanpa merasa berat hati, menggerakkan tanpa merasa digerakkan tapi tergerak, bekerja tanpa diperintah. Tugas Pemimpin adalah menggerakkan. Memotivasi, mengevaluasi, memonitor, membimbing, memberi solusi, memberi perintah dengan tanpa keterpaksaan dikerjakan oleh anggota/bawahan.

Masih ingatkah kita apa yang dimaksud dengan ekosistem saat belajar Biologi dulu? Apabila kita menganggap sebuah sekolah adalah sebuah ekosistem, apa sajakah faktor-faktor yang memengaruhi ekosistem sekolah? Tuliskan pada kolom di bawah ini.

Jawab : faktor mempengaruhi ekosistem sekolah :

1. Guru

2. Kebijakan

3. Sumber daya

4. Lingkungan

5. Siswa dan warga sekolah

Apa yang Anda ketahui tentang peran seorang pemimpin dalam pengelolaan sumber daya di sekolah? Apa saja sumber daya yang dimiliki oleh sekolah?

Jawab : pemimpin harus mampu mengelola aset, mengelola sumber daya, mengoptimalkan sumberdaya serta menggerakkan sumber daya.

Bagaimana Anda menggambarkan posisi diri Anda dalam ekosistem sekolah? Berikanlah gambaran diri Anda dengan menyebutkan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki dalam pengelolaan sumber daya sekolah.

Jawab : saya hanya seorang guru Multimedia yang pernah menjadi Kapro jurusan Multimedia dan pernah sebagai ketua ICT, pernah memelopori berdirinya sekolah RSBI awal, pernah membuka jalan untuk memperoleh ijin diklat abacus untuk jurusan Pariwisata. Serta pernah memelopori dibukanya jurusan Multimedia, Broadcasting, Rekayasa Perangkat Lunak (RPL), mengawali pemberitaan menggunakan website dan mengelola website sekolah, Facebook Alumni dan mengembangkan Channel Youtuber bernama Viska TV Solo sebagai ajang kreativitas siswa dan guru dalam pemberitaan berbasis video.

Kelemahannya tidak banyak yang menghargai hasil kerja ini, semua dianggap seperti sudah sejalan sebagaimana biasa bahkan karier pun tidak terdukung dengan baik. Misalnya menjadi WAKA atau Tim unit lain setelah semuanya terwujud. Itulah yang ada pada perasaan saya saat itu, namun kelemahan itu menjadi kekuatan mana kala saya gunakan waktu untuk mengikuti pelatihan dan pengembangan diri lain seperti sekarang ini sedang mengikuti pendidikan Guru Penggerak yang hampir paripurna. 

Apa saja harapan pada diri Anda sebagai seorang pendidik, pemimpin, dan pada murid setelah mempelajari modul ini?

Jawab : Diri : berharap bisa mengelola hati, emosi, orang dan barang dg efektif, efisien. Murid : berharap modul ini berdampak bagi murid dlm mengoptimalkan seluruh aset sekolah untuk kepentingan murid. Sekolah : berharap sekolah menjadi wadah memupuk prestasi, menumbuhkan karier, menghargai prestasi dan kinerja dengan apresiasi yang tepat.

Apa saja kegiatan. Materi, manfaat, yang Anda harapkan ada dalam modul ini?

Jawab : Kegiatan : diskusi, presentasi, essay dan tanya jawab, Materi : leadeship dlm pengelolaan aset. Tata kelola keuangan, Manfaat : mampu mengelola aset sekolah utk kepentingan murid

Pada Sesi Eksplorasi Konsep Mandiri. CGP banyak melakukan eksplorasi mandiri dengan menelaah konsep dasar tentang pengelolaan sumber daya dan kemudian mendiskusikannya bersama dengan CGP lainnya pada Forum Diskusi. Adapun materi pemantik yang dikemas dalam halaman penomoran yakni : Eksosistem merupakan sebuah tata interaksi antara makhluk hidup dan unsur yang tidak hidup dalam sebuah lingkungan. Sebuah ekosistem mencirikan satu pola hubungan yang saling menunjang pada sebuah teritorial atau lingkungan tertentu.

JIka diibaratkan sebagai sebuah ekosistem, sekolah adalah sebuah bentuk interaksi antara faktor biotik (unsur yang hidup) dan abiotik (unsur yang tidak hidup). Kedua unsur ini saling berinteraksi satu sama lainnya sehingga mampu menciptakan hubungan yang selaras dan harmonis. Dalam ekosistem sekolah, faktor-faktor biotik akan saling memengaruhi dan membutuhkan keterlibatan aktif satu sama lainnya. Faktor-faktor biotik yang ada dalam ekosistem sekolah di antaranya adalah:

  • Murid
  • Kepala Sekolah
  • Guru
  • Staf/Tenaga Kependidikan
  • Pengawas Sekolah
  • Orang Tua
  • Masyarakat sekitar sekolah

Selain faktor-faktor biotik yang sudah disebutkan, faktor-faktor abiotik yang juga berperan aktif dalam menunjang keberhasilan proses pembelajaran di antaranya adalah:

  • Keuangan
  • Sarana dan prasarana

 

Pendekatan berbasis kekurangan/masalah (Deficit-Based Thinking) akan memusatkan perhatian kita pada apa yang mengganggu, apa yang kurang, dan apa yang tidak bekerja. Segala sesuatunya akan dilihat dengan cara pandang negatif. Kita harus bisa mengatasi semua kekurangan atau yang menghalangi tercapainya kesuksesan yang ingin diraih. Semakin lama, secara tidak sadar kita menjadi seseorang yang terbiasa untuk merasa tidak nyaman dan curiga yang ternyata dapat menjadikan kita buta terhadap potensi dan peluang yang ada di sekitar.

Pendekatan berbasis aset (Asset-Based Thinking) adalah sebuah konsep yang dikembangkan oleh Dr. Kathryn Cramer, seorang ahli psikologi yang menekuni kekuatan berpikir positif untuk pengembangan diri. Pendekatan ini merupakan cara praktis menemukan dan mengenali hal-hal yang positif dalam kehidupan, dengan menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berpikir, kita diajak untuk memusatkan perhatian pada apa yang bekerja, yang menjadi inspirasi, yang menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif.

Perbedaan antara pendekatan berbasis kekurangan dengan pendekatan berbasis aset dapat dilihat dari tabel di bawah ini.

Berbasis pada kekurangan/masalah/hambatan

Berbasis pada aset

Fokus pada masalah dan isu

Fokus pada aset dan kekuatan

Berkutat pada masalah utama

Membayangkan masa depan

Mengidentifikasi kebutuhan dan kekurangan -- selalu bertanya apa yang kurang?

Berpikir tentang kesuksesan yang telah diraih dan kekuatan untuk mencapai kesuksesan tersebut.

Fokus mencari bantuan dari sponsor atau institusi lain

Mengorganisasikan kompetensi dan sumber daya (aset dan kekuatan)

Merancang program atau proyek untuk menyelesaikan masalah

Merancang sebuah rencana berdasarkan visi dan kekuatan

Mengatur kelompok yang dapat melaksanakan proyek

Melaksanakan rencana aksi yang sudah diprogramkan

(Green & Haines, 2010)

Asset-Based Community Development (ABCD) yang selanjutnya akan kita sebut dengan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA) merupakan suatu kerangka kerja yang dikembangkan oleh John McKnight dan Jody Kretzmann, di mana keduanya adalah pendiri dari ABCD Institute di Northwestern University. ABCD dibangun dari kemampuan, pengalaman, pengetahuan, dan hasrat yang dimiliki oleh anggota komunitas, kekuatan perkumpulan lokal, dan dukungan positif dari lembaga lokal untuk menciptakan kehidupan komunitas yang berkelanjutan (Kretzman, 2010).

Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA) muncul sebagai kritik terhadap pendekatan konvensional atau tradisional yang menekankan pada masalah, kebutuhan, dan kekurangan yang ada pada suatu komunitas. Pendekatan tradisional tersebut menempatkan komunitas sebagai penerima bantuan, dengan demikian dapat menyebabkan anggota komunitas menjadi tidak berdaya, pasif, dan selalu merasa bergantung dengan pihak lain.

Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA) menekankan pada nilai, prinsip dan cara berpikir mengenai dunia. Pendekatan ini memberikan nilai lebih pada kapasitas, kemampuan, pengetahuan, jaringan, dan potensi yang dimiliki oleh komunitas. Dengan demikian pendekatan ini melihat komunitas sebagai pencipta dari kesehatan dan kesejahteraan, bukan sebagai sekedar penerima bantuan. Pendekatan PKBA menekankan dan mendorong komunitas untuk dapat memberdayakan aset yang dimilikinya serta membangun keterkaitan dari aset-aset tersebut agar menjadi lebih berdaya guna. Kedua peran yang penting ini menurut Kretzman (2010) adalah jalan untuk menciptakan warga yang produktif.

Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset menekankan kepada kemandirian dari suatu komunitas untuk dapat menyelesaikan tantangan yang dihadapinya dengan bermodalkan kekuatan dan potensi yang ada di dalam diri mereka sendiri, dengan demikian hasil yang diharapkan akan lebih berkelanjutan.

Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset berfokus pada potensi aset/sumber daya yang dimiliki oleh sebuah komunitas. Selama ini komunitas sibuk pada strategi mencari pemecahan pada masalah yang sedang dihadapi.

Pendekatan PKBA merupakan pendekatan yang digerakkan oleh seluruh pihak yang ada di dalam sebuah komunitas atau disebut sebagai community-driven development. Di dalam buku 'Participant Manual of Mobilizing Assets for Community-driven Development' (Cunningham, 2012) menuliskan perbedaannya dengan pendekatan yang dibantu oleh pihak luar. Penjelasan yang ada sebetulnya ditujukan untuk pengembangan masyarakat, namun tetap bisa kita implementasikan pada lingkungan sekolah karena sebetulnya adalah miniatur sebuah tatanan masyarakat di suatu daerah.

  1. Perubahan masyarakat yang signifikan karena warga lokal dalam masyarakat tersebut yang mengupayakan perubahan. Apabila kita aplikasikan ke lingkungan sekolah dan seluruh warga sekolah berupaya melakukan perubahan maka perubahan tersebut pasti akan terjadi.
  2. Warga masyarakat akan bertanggung jawab pada yang sudah mereka mulai. Dengan demikian setiap warga sekolah akan bertanggung jawab atas apa yang sudah dimulai.
  3. Membangun dan membina hubungan merupakan inti dari membangun masyarakat inklusif yang sehat. Membangun dan membina hubungan antar warga sekolah, seperti hubungan guru-guru, guru -- kepala sekolah, guru -- murid -- guru, guru -- staf sekolah -- guru, staf sekolah -- murid -- staf sekolah, ataupun kepala sekolah -- murid -- kepala sekolah menjadi sangat penting untuk membangun sekolah yang sehat dan inklusif.
  4. Masyarakat tidak pernah dibangun dengan berfokus terus pada kekurangan, kebutuhan dan masalah. Masyarakat merespons secara kreatif ketika fokus pembangunan pada sumber daya- sumber yang tersedia, kapasitas yang dimiliki, kekuatan dan aspirasi yang ada. Sekolah harus dibangun dengan melihat pada kekuatan, potensi, dan tantangan, kita harus bisa fokus pada pembangunan sumber daya yang tersedia, kapasitas yang kita miliki, serta kekuatan dan aspirasi yang sudah ada.
  5. Kekuatan sekolah berbanding lurus dengan tingkat keberagaman keinginan unsur sekolah yang ada, dan pada tingkat kemampuan mereka untuk menyumbangkan kemampuan yang ada pada mereka dan aset yang ada untuk sekolah yang lebih baik.
  6. Dalam setiap unsur sekolah, pasti ada sesuatu yang berhasil. Dari pada menanyakan "ada masalah apa?" dan "bagaimana memperbaikinya?", lebih baik bertanya "apa yang telah berhasil dilakukan?" dan "bagaimana mengupayakan lebih banyak hasil lagi?" Cara bertanya ini mendorong energi dan kreativitas.
  7. Menciptakan perubahan yang positif mulai dari sebuah perbincangan sederhana. Hal ini merupakan cara bagaimana manusia selalu berpikir bersama dan mencetuskan/memulai suatu tindakan.
  8. Suasana yang menyenangkan harus merupakan salah satu prioritas tinggi dalam setiap upaya membangun sekolah.
  9. Faktor utama dalam perubahan yang berkelanjutan adalah kepemimpinan lokal dan pengembangan dan pembaharuan kepemimpinan itu secara terus menerus.
  10. Titik awal perubahan selalu pada perubahan pola pikir (mindset) dan sikap yang positif

Aset -- aset dalam sebuah komunitas

Dalam mengatasi tantangan pada pendekatan tradisional yang digunakan untuk mengatasi permasalahan perkotaan, di mana penyedia jasa dan lembaga donor lebih menekankan pada kebutuhan dan kekurangan yang terdapat pada komunitas, Kretzmann dan McKnight menunjukkan bahwa aset yang dimiliki oleh komunitas adalah kunci dari usaha perbaikan kehidupan pada komunitas perkotaan dan pedesaan .

Menurut Green dan Haines (2002) dalam Asset building and community development, ada 7 aset utama atau di dalam buku ini disebut sebagai modal utama, yaitu:

1. Modal Manusia

Sumber daya manusia yang berkualitas, investasi pada sumber daya manusia menjadi sangat penting yang berhubungan dengan kesehatan, pendidikan, kesejahteraan, dan harga diri seseorang.

Pemetaan modal atau aset individu merupakan kegiatan menginventaris pengetahuan, kecerdasan, dan keterampilan yang dimiliki setiap warganya dalam sebuah komunitas, atau dengan kata lain, inventarisasi perorangan dapat dikelompokkan berdasarkan sesuatu yang berhubungan dengan hati, tangan, dan kepala.

Pendekatan lain mengelompokkan aset atau modal ini dengan melihat kecakapan seseorang yang berhubungan dengan kemasyarakatan, contohnya kecakapan memimpin sekelompok orang, dan kecakapan seseorang berkomunikasi dengan berbagai kelompok. Kecakapan yang berhubungan dengan kewirausahaan, contohnya kecakapan dalam mengelola usaha, pemasaran, yang negosiasi. Kecakapan yang berhubungan dengan seni dan budaya, contohnya kerajinan tangan, menari, bermain teater, dan bermain musik.

 2. Modal Sosial

Norma dan aturan yang mengikat warga masyarakat yang ada di dalamnya dan mengatur pola perilaku warga, juga unsur kepercayaan (trust) dan jaringan ( networking) antara unsur yang ada di dalam komunitas/masyarakat.

Investasi yang berdampak pada bagaimana manusia, kelompok, dan organisasi dalam komunitas berdampingan, contohnya kepemimpinan, bekerjasama, saling percaya, dan punya rasa memiliki masa depan yang sama.

Contoh-contoh yang termasuk dalam modal sosial antara lain adalah asosiasi. Asosiasi adalah suatu kelompok yang ada di dalam komunitas masyarakat yang terdiri atas dua orang atau lebih yang bekerja bersama dengan suatu tujuan yang sama dan saling berbagi untuk suatu tujuan yang sama. Asosiasi terdiri atas kegiatan yang bersifat formal maupun nonformal. Beberapa contoh tipe asosiasi adalah berdasarkan keyakinan, kesamaan profesi, kesamaan hobi, dan sebagainya. Terdapat beberapa macam bentuk modal sosial, yaitu fisik (lembaga), misalnya asosiasi dan institusi. Institusi adalah suatu lembaga yang mempunyai struktur organisasi yang jelas dan biasanya sebagai salah satu faktor utama dalam proses pengembangan komunitas masyarakat.

masuk-62831e17e8da2046345f1272.jpeg
masuk-62831e17e8da2046345f1272.jpeg
3. Modal Fisik

Terdiri atas dua kelompok utama, yaitu:

Bangunan yang bisa digunakan untuk kelas atau lokasi melakukan proses pembelajaran, laboratorium, pertemuan, ataupun pelatihan.

Infrastruktur atau sarana prasarana, mulai dari saluran pembuangan, sistem air, mesin, jalan, jalur komunikasi, sarana pendukung pembelajaran, alat transportasi, dan lain-lain.

16-62831df4bb448649094634c2.jpg
16-62831df4bb448649094634c2.jpg
 4. Modal Lingkungan/alam

Bisa berupa potensi yang belum diolah dan mempunyai nilai ekonomi yang tinggi dalam upaya pelestarian alam dan juga kenyamanan hidup. Modal lingkungan terdiri dari bumi, udara yang bersih, laut, taman, danau, sungai, tumbuhan, hewan, dan sebagainya.

Tanah untuk berkebun, danau atau empang untuk berternak, semua hasil dari pohon seperti kayu, buah, bambu, atau material bangunan yang bisa digunakan kembali untuk menenun, dan sebagainya.

17-62831ddee8da200985154093.jpg
17-62831ddee8da200985154093.jpg
 5. Modal Finansial

Dukungan keuangan yang dimiliki oleh sebuah komunitas yang dapat digunakan untuk membiayai proses pembangunan dan kegiatan sebuah komunitas.

Modal finansial termasuk tabungan, hutan, investasi, pengurangan dan pendapatan pajak, hibah, gaji, serta sumber pendapatan internal dan eksternal.

Modal finansial juga termasuk pengetahuan tentang bagaimana menanam dan menjual sayur di pasar, bagaimana menghasilkan uang dan membuat produk-produk yang bisa dijual, bagaimana menjalankan usaha kecil, bagaimana memperbaiki cara penjualan menjadi lebih baik, dan juga bagaimana melakukan pembukuan.

 6. Modal Politik

Modal politik adalah ukuran keterlibatan sosial. Semua lapisan atau kelompok memiliki peluang atau kesempatan yang sama dalam kepemimpinan, serta memiliki suara dalam masalah umum yang terjadi dalam komunitas.

Lembaga pemerintah atau perwakilannya yang memiliki hubungan dengan komunitas, seperti komunitas sekolah, komite pelayan kesehatan, pelayanan listrik atau air.

rujukan4-62831e6a3623ae7b3e323fc2.jpg
rujukan4-62831e6a3623ae7b3e323fc2.jpg
7. Modal Agama dan budaya

Upaya pemberian bantuan empati dan perhatian, kasih sayang, dan unsur dari kebijakan praktis (dorongan utama pada kegiatan pelayanan). Termasuk juga kepercayaan, nilai, sejarah, makanan, warisan budaya, seni, dan lain-lain.

Kebudayaan yang unik di setiap daerah masing-masing merupakan serangkaian ide, gagasan, norma, perlakuan, serta benda yang merupakan hasil karya manusia yang hidup berkembang dalam sebuah ruang geografis.

Agama merupakan suatu sistem berperilaku yang mendasar, dan berfungsi untuk mengintegrasikan perilaku individu di dalam sebuah komunitas, baik perilaku lahiriah maupun simbolik. Agama menuntut terbentuknya moral sosial yang bukan hanya kepercayaan, tetapi juga perilaku atau amalan.

Identifikasi dan pemetaan modal budaya agama merupakan langkah yang sangat penting untuk melihat keberadaan kegiatan dan ritual kebudayaan dan keagamaan dalam suatu komunitas, termasuk kelembagaan dan tokoh-tokoh penting yang berperan langsung atau tidak langsung di dalamnya.

Sangat penting kita mengetahui sejauh mana keberadaan ritual keagamaan dan kebudayaan yang ada di masyarakat serta pola relasi yang tercipta di antaranya dan selanjutnya bisa dimanfaatkan sebagai peluang untuk menunjang pengembangan perencanaan dan kegiatan bersama.

jumat-62831e8be8da203b11066422.jpg
jumat-62831e8be8da203b11066422.jpg
Pada Sesi Eksplorasi Konsep Pemimpin Pengelolaan Sumber Daya diulang lagi pertanyaan pemantik sebelumnya meliputi :

Apakah kita bisa menggunakan Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset untuk mengelola sumber daya sekolah kita? Bisakah kita mengganti kata komunitas menjadi sekolah, Pendekatan Pengembangan Sekolah Berbasis Aset? Mengapa?

Jawab : Pendekatan pengembangan komunitas berbasis aset sangat bisa digunakan untuk mengelola sumber daya sekolah, sekolah bagian dari komunitas yang terdiri dari pendidik, tenaga pendidik, murid, kepala sekolah, komite dan pengawas sekolah yang berinteraksi satu sama lain dengan saling membutuhkan. Unsur-unsur yang ada di sekolah merupakan asset yang dimiliki sekolah. Potensi/asset/kekuatan yang dimiliki sekolah dapat digali, dimanfaatkan dan dikembangkan untuk kemajuan sekolah tersebut. Kekuatan/asset/potensi yang dimiliki sekolah dapat digunakan sebagai pedoman untuk merancang sebuah visi untuk meningkatkan kualitas sekolah. Kekuatan tersebut dimanfaatkan untuk melaksanakan aksi nyata dari visi yang telah dirancang sebelumnya. Potensi tersebut dimaknai sebagai penunjang hidup atau untuk menjaga keberlangsungan dan keberlanjutan kehidupan sekolah. Sangat jelas bahwa sekolah selalu terus berusaha untuk dapat memberdayakan kekuatan/asset yang dimiliki dan membangun keterikatan antar asset tersebut supaya lebih berdaya guna. Sekolah memiliki kemandirian untuk menghadapi setiap tantangan yang mendera dengan memaksimalkan aseet yang dimiliki untuk mengatasi tantangan tersebut. Perlu sekolah merupakan bagian dari komunitas. Dari penjabaran di atas kita bisa memaknai bahwa Pendekatan pengembangan komunitas berbasis asset dapat diganti dengan Pendekatan pengembangan sekolah berbasis asset atau Pendekatan pengembangan komunitas berbasis asset, sekolah pun sudah tercakup di dalamnya.

Apa contoh pengelolaan sumber daya sekolah kita dengan Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset?

Jawab : Ibarat sekolah adalah ladang pasti menginginkan ladang/sawahnya menjadi subur, makmur, panen raya, ada perubahan dari tahun ke tahun seperti itulah keinginan warga sekolah. Apalagi jika kondisi lingkungan sekolah tidak ideal tidak sesuai dengan harapan. Perubahan akan terjadi secara maksimal jika dilakukan oleh seluruh unsur yang ada dalam sekolah dan seluruh unsur yang ada di sekolah merupakan asset dimiliki. Setiap warga sekolah memiliki tanggung jawab yang sama untuk memajukan sekolah, menjaga hubungan harmonis, dan memajukan kesuksesan suatu program yang akan dan sedang dilakukan. Guru harus menjaga hubungan harmonis dengan guru lain, dengan kepala sekolah, dengan tenaga kependidikan, dengan seluruh stakeholder yang terlibat terutama menjaga keharmonisan dengan muridnya dan begitu pun sebaliknya. Proses tersebut merupakan proses yang terjadi untuk menciptakan kerhamonisan dan konduktifitas lingkungan sekolah dengan memanpaatkan asset yang ada di sekolah.

Bagaimanakah selama ini kita mengelola sumber daya? Apakah sudah menggunakan Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset?

Jawab : Dalam mengelola sumber daya yang dimiliki selama ini lebih cenderung dan lebih sering berfokus pada kekurangan, problematika dan keinginan sangat jarang melihat dari sisi kekuatan yang dimiliki. Dalam menghadapi masalah pun di sekolah lebih mengacu terhadap masalah utama tidak membayangkan bagaimana masa depan nantinya. Ketika menghadapi suatu problematika pertanyaan yang muncul biasanya "ada masalah apa? Pertanyaan yang mengarah terhadap pencarian kekurangan dan kesalahan. Pertanyaan selanjutnya yang muncul adalah "terus bagaimana cara menyelesaikannya?". Pertanyaan yang menciptakan kondisi pasif dan hanya menerima tanpa berusaha terlebih dahulu mengerahkan segala kekuatan untuk menyelesaikannya dan memaksimalkan segala potensi yang dimiliki, yang menjadikan lingkungan aktif responsive. Sehingga harus ada usaha mengubah paradigma yang berkembang di lingkungan tatkala menghadapi problematika dengan mengubah pertanyaan awal. Pertanyaan yang dapat membangkitkan kekuatan, melejitkan potensi dan memunculkan kreativitas seperti "apa yang telah berhasil dilakukan?" dan "bagaimana mengupayakan lebih banyak hasil lagi?".

Bahkan kita pun sering disibukkan dengan mencari bala bantuan dan pendukung ketika kita dihadapkan dengan suatu kondisi yang tidak enak atau terpojok. Sangat jarang berusaha untuk mencoba menggali potensi dan kekuatan sendiri yang dimiliki untuk menghadapi kondisi yang tidak nyaman. Berusaha mandiri untuk memaksimalkan kekuatan yang dimiliki untuk merubah keterpojokan dan ketidaknyaman menjadi situasi yang aman, damai, nyaman dan kondusif. Jadi selama ini yang kita lakukan belum mengarah terhadap melakukan sebuah upaya dengan menggunakan Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset.

Jika belum, bagaimana caranya kita mengelola dengan Pendekatan Pengembangan Sekolah Berbasis Aset?

Jawab : Sebagai pemimpin pembelajaran harus belajar berupaya untuk menggunakan pendekatan sekolah berbasis asset. Begitu pun seluruh elemen yang terdapat di sekolah harus melakukan Pendekatan Pengembangan Sekolah Berbasis Aset untuk mengelola sumber daya yang dimiliki dengan cara :

Fokus pada aset dan kekuatan

Membayangkan masa depan

Berpikir tentang kesuksesan yang telah diraih dan kekuatan untuk mencapai kesuksesan tersebut.

Mengorganisasikan kompetensi dan sumber daya (aset dan kekuatan

Merancang sebuah rencana berdasarkan visi dan kekuatan

Melaksanakan rencana aksi yang sudah diprogramkan

Keenam cara tersebut merupakan pendekatan yang dilakukan Sekolah dengan Berbasis Aset untuk mengelola sumber daya yang tersedia di sekolah.

 

Pada forum diskusi, CGP diminta melakukan diskusi pada suatu kasus yang telah disediakan di LSM yakni kasus ibu Lilin dan dan Pak Pupur.

Pada Kasus 1:

Saya melihat kasus Ibu Lilin berada dalam kondisi yang lebih cenderung memandang kondisi kelas dari sudut pandang berbasis pada kekurangan murid. Terlihat bu Lilin bahwa karakter dan tingkat kepandaian murid-muridnya yang heterogen merupakan sesuatu kekurangan yang menyebabkan sulitnya materi dapat tersampaikan kepada peserta didik serta sulitnya peserta didik memahami penjelasan materi dari bu Lilin. Selain itu, kondisi kelas yang susah dikendalikan merupakan masalah yang sangat mengganggu terhadap konduktifitas pembelajaran yang dilakukan. Akibat dari selalu melihat dari kekurangan menyebabkan munculnya ketidaknyamanan secara emosional dari Bu Lilin seperti mudah marah dan kelelahan yang memunculkan ketidaksukaan dari murid-muridnya. Bu Lilin sebagai guru masih menempatkan murid sebagai beban bukan sebagai pengentasan kekurangannya untuk diatasi. Yang lebih bijak adalah bu Lilin mengelaborasi kesepakatan kelas bagaimana agar kelas bisa menerimanya dan bisa belajar lebih giat lagi. 

 

Pada Kasus 2 :

Menurut Saya, sikap pak Pupur tepat, penghargaan yang diberikan kepala sekolah seharusnya diberi kesempatan mengikuti seleksi calon kepala sekolah bukan calon pengawas sekolah, mengingat menjadi pengawas sekolah bila tidak melalui jalur kepala sekolah itu bukan kurang tepat karena nanti akan mendampingi kepala sekolah dan guru dari segala permasalahan yang ada. jika tidak memiliki pengalaman menjadi kepala sekolah akan kesulitan. Jadi wajar jika pak Pupur bersedih. Pak Pupur adalah sumber daya berkualitas yang menjadi asset terhadap perbaikan kehidupan pada komunitas. Dengan segala kekuatan dan kelebihan yang dimiliki Pak Pupur menjadi modal diri untuk bisa lulus menjadi kepala sekolah. Jika Pak Pupur Lulus banyak harapan kepadanya untuk memberikan perubahan positif terhadap ekosistem pendidikan di sekolah dan perbaikan terhadap mutu pendidikan di sekolah.

Pada sesi ruang Kolaborasi CGP diminta melakukan pemetaan potensi daerah versus potensi sekolah bersama CGP lain.

Daftar Pustaka :

https://lms21-gp.simpkb.id/mod/forum

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun