ISPA atau Infeksi Saluran Pernafasan Akut merupakan gejala gangguan kesehatan yang bisa dialami oleh semua orang dengan berbagai tingkatan usia. Baik balita ataupun orang dewasa bisa terkena ISPA.
Perilaku kesehatan perlu diterapkan sebagai respon agar seseorang tidak mudah sakit atau terserang ISPA. Gejala ISPA bisa menyerang orang dengan usia produktif bahkan tak jarang menyebabkan kesakitan yang parah hingga menyebabkan kematian.
Apa itu ISPA?
Ini merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut yang tak boleh dianggap sepele. Gejala yang timbul bisa berupa batuk, pilek, dan demam yang bisa dengan mudah menular terutama ke anak-anak dan lansia.
Saluran pernapasan akan mengalami peradangan mulai dari hidung hingga paru-paru. Biasanya disebabkan oleh virus, menariknya bisa sembuh juga dengan sendirinya tanpa pengobatan khusus atau antibiotik.
Sebenarnya penyebab ISPA bisa infeksi virus atau bakteri pada saluran pernapasan. Meskipun selama ini orang-orang sering beranggapan bahwa penyebabnya adalah udara kotor atau lingkungan yang terawat.
Upaya Pencegahan ISPA Sektor Informal Konveksi Kusuma Jaya dan Nakuin Collection Melalui Adaptasi Kebiasaan Baru
Menurut Laporan Rekap Data Desa dengan 10 Besar Penyakit UPTD Puskesmas Mondokan tahun 2021 dalam 3 bulan terakhir (Mei, Juni, Juli) data yang diperoleh angka ISPA di Desa Trombol, Kecamatan Mondokan, Kabupaten Sragen pada bulan Mei dengan jumlah 39 orang yang menderita ISPA, bulan Juni dengan jumlah 75 orang menderita ISPA, dan bulan Juli dengan jumlah 59 orang menderita ISPA. Dikarenakan tingginya angka ISPA yang terjadi di Desa Trombol, Kecamatan Mondokan, Kabupaten Sragen dan ISPA sering terjadi pada orang dengan usia produktif, maka sudah seharusnya melakukan upaya pencegahan melalui sosialisasi dan edukasi terhadap pekerja konveksi, hal ini bertujuan untuk mengurangi kasus ISPA yang terjadi di Desa Trombol dan melakukan edukasi kepada pekerja yang bekerja di pabrik atau sektor informal konveksi untuk mulai menyadari bahaya ISPA. Upaya sosialisasi dan edukasi dilakukan oleh mahasiswa PKL Sita Dewi Mulyawati asal Universitas Negeri Semarang dan pendampingan oleh UPTD Puskesmas Mondokan.
Adaptasi Kebiasaan Baru sendiri mulai diterapkan sejak kasus covid-19 mulai menurun. Adaptasi ini harus secara disiplin diterapkan agar berhasil mencegah berbagai resiko penyakit termasuk ISPA.
Apa yang bisa dilakukan sebagai upaya pencegahan dengan adaptasi kebiasaan baru ini? Diantaranya dengan menerapkan beberapa protokol kesehatan, diantaranya:
- Selalu gunakan masker ketika bekerja, tak perlu bertindak seenaknya tanpa menerapkan protokol kesehatan dapat menimbulkan resiko terkena penyakit ISPA selama bekerja di sektor informal konveksi.
- Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut karena virus ISPA bisa saja menempel pada tangan Anda. Apalagi usaha konveksi yang berbahan kain bisa menjadi sarang dari virus tersebut.
- Cuci tangan menggunakan sabun setelah pekerjaan selesai, pastikan untuk mencuci tangan dengan tepat.
- Pada sektor informal konveksi juga harus tetap menjaga jarak aman untuk berinteraksi. Pengenalan Adaptasi Kebiasaan Baru bisa dilakukan oleh pihak Puskesmas.
Sektor informal harus mendapatkan pembinaan yang tepat dari Puskesmas. Lakukan secara rutin karena biasanya tingkat kepatuhan dari sektor informal ini lebih rendah. Jika adaptasi kebiasaan baru dan perilaku hidup bersih dan sehat tidak berjalan, sangat dikhawatirkan kesehatan pekerja akan terganggu.
Jangan lupa untuk selalu memastikan bahwa ISPA bisa dicegah dengan upaya pencegahan yang tepat. Hindari berkelakuan seenaknya tanpa mempedulikan kesehatan Anda, siapa bisa menyerang siapa saja tanpa melihat usia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H