Mohon tunggu...
Darryl Virgiawan Tanod
Darryl Virgiawan Tanod Mohon Tunggu... profesional -

A Doctor and a photographer, owner of ©DarrylV Photograph

Selanjutnya

Tutup

Bola featured

TBC dan Kurang Gizi pada Anak

23 Februari 2011   21:01 Diperbarui: 24 Maret 2016   13:14 1902
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

TBC (tuberculosis) adalah penyakit yang di masyarakat sering di identikkan dengan masalah kurang gizi, daerah kumuh, atau kemiskinan. Hal ini bukan saja terjadi pada orang dewasa, tetapi dapat juga terjadi pada anak-anak. Alhasil banyak yang merasa gengsi atau malu ketika seseorang mengalami penyakit ini. Tidak hanya orang dewasa yang perlu mewaspadai TBC. Terlebih khusus anak-anak harus mewaspadai penyakit ini. Penyakit ini bisa timbul oleh anak yang mengisap udara yang mengadung kuman TBC. Beberapa gejala awalnya adalah si kecil gampang jatuh sakit, batuk terus-terusan, atau berat badan turun tanpa sebab.

Berbeda dengan TBC pada orang dewasa, TBC pada anak tidak menular. TBC pada anak, kuman berkembang biak di kelenjar paru-paru. Jadi, kuman ada di dalam kelenjar, tidak terbuka. Sementara pada TBC dewasa, kuman berada di paru-paru dan membuat lubang untuk keluar melalui jalan napas. Sehingga pada saat batuk, percikan ludahnya akan mengandung kuman. Kuman inilah yang biasanya terhisap oleh anak-anak, lalu masuk ke paru-paru. Hal inilah yang membuat semakin banyak anak-anak yang terinfeksi dengan TBC.

Sementara itu masalah kurang gizi pada anak menjadi salah faktor yang sangat penting akan terjadinya penularan TBC yang meningkat pada anak-anak. Penyakit kurang gizi bahkan gizi buruk tidak hanya diderita anak yang hidup di bawah garis kemiskinan. "Mereka yang mampu juga bisa terkena penyakit ini. Penyebab kurang gizi tidak sebatas kemiskinan. "Bisa juga karena problem pencernaan yang tidak dapat menyerap asupan gizi secara baik,". Balita penderita kurang gizi biasanya disertai penyakit penyerta seperti tuberculosis (TBC) dan bronkhitis. Hal ini tentu tidak terlepas dari peranan orang tua dimana sering kali terjadinya kurang gizi pada anak adalah keengganan orang tua untuk membawa balitanya ke posyandu untuk diperiksa perkembangan kesehatannya.

Menurut perkiraan WHO pada tahun 1999, jumlah kasus TB baru di Indonesia adalah 583.000 orang per tahun dan menyebabkan kematian sekitar 140.000 orang per tahun. WHO memperkirakan bahwa TB merupakan penyakit infeksi yang paling banyak menyebabkan menyebabkan kematian pada anak dan orang dewasa. Jumlah seluruh kasus TB anak dari tujuh Rumah sakit (RS) Pusat pendidikan d Indonesia adalah 5 tahun (1998-2002) adalah1086 penyandang TB dengan angka kematian yang bervariasi dari 0%-14,1%. Kelompok usia terbanyak adalah 12-60 bulan (42,9%), sedangkan untuk bayi <12 bulan didapatkan 16,5%.

Dr. Darryl Virgiawan Tanod

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun