Mohon tunggu...
Darryl Sebastian Winata
Darryl Sebastian Winata Mohon Tunggu... Lainnya - -

-

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Cara Mengatasi Adiksi Menonton Konten Porno untuk Para Remaja

27 April 2024   23:06 Diperbarui: 28 April 2024   19:12 409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Remaja adalah fase pertumbuhan antara masa anak-anak dan dewasa yang sangat berdampak dalam kehidupan manusia. Pada masa ini, remaja mulai mencari jati diri mereka dengan mengeksplorasi berbagai hal di internet. Secara umum, eksplorasi ini dapat memiliki dampak positif bagi perkembangan remaja, seperti pembelajaran masak, pemilihan karier, penemuan hobi baru, dan sebagainya.

Namun, tidak semua konten internet bersifat positif. Salah satu contoh konten negatif yang dapat diakses adalah konten dewasa atau porno yang sering muncul dalam iklan dan situs web yang tidak bertanggung jawab. Adiksi terhadap konten semacam ini dapat menjadi sangat berbahaya bagi remaja.

Konten dewasa memiliki potensi besar untuk merusak pikiran remaja, mirip dengan dampak narkoba. Adiksi pada konten dewasa dapat mengakibatkan kerusakan otak pada remaja. Tanda-tanda remaja yang kecanduan konten dewasa meliputi kegugupan berlebihan, menghindari kontak mata, penurunan prestasi akademik, kesulitan berkonsentrasi, dan sebagainya. Hal ini dapat menyulitkan remaja dalam membangun hubungan sosial yang sehat, meraih prestasi, dan bahkan menghadapi perundungan dari teman sebaya.

Untuk mengatasi adiksi konten dewasa pada remaja, langkah-langkah pencegahan dan intervensi yang tepat sangatlah penting. Langkah-langkah tersebut antara lain:

  1. Berolahraga secara rutin: Berolahraga secara teratur dapat membantu remaja menghindari konten dewasa dengan mengalihkan fokus mereka pada aktivitas fisik. Ini tidak harus berupa olahraga kompetitif; aktivitas seperti berjalan atau jogging juga dapat membantu mengalihkan pikiran remaja dari konten dewasa.

  2. Mencoba bergaul dengan teman-teman: Interaksi sosial dengan teman-teman juga dapat membantu mengurangi adiksi konten dewasa. Remaja akan lebih fokus pada dinamika interaksi sosial daripada pada konten dewasa. Namun, penting untuk memilih teman yang berpengaruh positif dan menghindari pergaulan yang negatif.

  3. Konsultasi dengan orang yang berpengalaman: Jika langkah-langkah sebelumnya tidak efektif, konsultasikan masalah ini kepada orang dewasa yang dapat dipercaya seperti psikolog, konselor sekolah, atau orang tua. Berbicara dengan orang yang lebih berpengalaman dapat memberikan saran dan dukungan yang efektif dalam mengatasi adiksi konten dewasa.

  4. Bimbingan orang tua pada saat melakukan penelusuran: Hal paling ampuh untuk menghilangkan adiksi menonton konten dewasa adalah untuk tidak menontonnya sama sekali. Orang tua adalah hal paling krusial dalam solusi ini. Bimbingan dari orang tua diharapkan dapat membuat kemungkinan sang remaja untuk menonton konten dewasa hampir 0%. Hal-hal yang dapat dilakukan orang tua adalah memblokir situs-situs mencurigakan dari jaringan sang remaja, mengajak sang remaja untuk lebih aktif dalam kegiatan outdoor, dan lain-lain.

Harapannya dengan menerapkan solusi-solusi tersebut para remaja dapat menghilangkan atau bahkan terhindar dari adiksi menonton konten dewasa. Karena pada dasarnya konten dewasa seharusnya tidak ditonton apalagi oleh remaja. Mari kita bersama-sama membantu para remaja untuk menghindari konten dewasa agar seluruh remaja dapat tumbuh dewasa dengan kondisi fisik dan mental yang baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun