Bahasa Indonesia, laksana zamrud khatulistiwa, menyimpan keindahan yang tersembunyi di balik rimbunnya pepohonan. Keindahan ini seringkali terlupakan, tertutup oleh gemerlap bahasa asing yang seolah lebih modern dan bergengsi. Padahal, jika kita mau menyelami lebih dalam, akan tersingkap kekayaan kosakata yang memancarkan keindahan, kearifan, dan jati diri bangsa.Â
Bahasa Indonesia dipenuhi dengan kata-kata unik yang jarang digunakan, namun memiliki makna yang mendalam dan puitis. Â Kata arunika misalnya, melukiskan keindahan cahaya matahari pagi dengan lebih lembut dan khidmat dibandingkan "matahari terbit". Sendikala, bukan sekadar "senja", melainkan juga membangkitkan nuansa melankoli dan perenungan.Â
Ada pula kata giriwana yang berarti "puncak gunung", mengajak kita membayangkan ketinggian dan keagungan alam. Samudera raya, bukan sekadar "lautan luas", melainkan juga menggambarkan kekuatan dan misteri yang terkandung di dalamnya. Kata-kata ini, layaknya permata yang terpendam, menunggu untuk ditemukan dan dibangkitkan kembali.
Kekayaan kosakata bahasa Indonesia juga tercermin dalam banyaknya istilah yang berasal dari bahasa daerah. Citra rasa (Jawa) misalnya, menggambarkan  keindahan  dan  keharmonisan,  baik  dalam  seni,  alam,  maupun  kehidupan. Guyub (Jawa)  mengungkapkan  kebersamaan  dan  kerukunan  dalam  suasana  yang  hangat  dan  akrab.
 Kata mangkus  dan  sangkil  (Jawa)  menunjukkan  sikap  kerja  keras,  cermat,  dan  efisien.  Paijo  (Jawa)  menggambarkan  seseorang  yang  memiliki  keberuntungan  dan  kesuksesan.  Istilah-istilah  ini  tidak  hanya  memperkaya  kosa  kata,  tetapi  juga  menunjukkan  kearifan  lokal  yang  menjadi  bagian  tak  terpisahkan  dari  identitas  bangsa.
Siapa yang tak akrab dengan Paijo, istilah yang sangat sering digunakan dalam keseharian sebagai kata ganti seseorang. Namun, apakah kalian tahu darimana asal usul kata Paijo ini? Atau bahkan artinya? Ternyata, Paijo berasal  dari  bahasa  Jawa  dan  mengandung  makna  keberuntungan  dan  kesuksesan.  Paijo  sering  dikaitkan  dengan  seseorang  yang  memiliki  nasib  baik,  rezeki  yang  melimpah,  dan  hidup  yang  bahagia.Â
Melestarikan bahasa Indonesia, terutama kosakata yang mulai terpinggirkan, merupakan tanggung jawab kita bersama sebagai orang Indonesia. Bahasa bukan sekadar alat komunikasi, melainkan cerminan identitas dan jati diri bangsa. Kosakata bahasa Indonesia, yang lahir dari khazanah budaya Nusantara yang beragam, mengandung nilai-nilai luhur, kearifan lokal, dan jejak sejarah perjalanan bangsa.Â
Lebih dari sekadar identitas, kosakata bahasa Indonesia juga menjadi wadah bagi kekayaan budaya bangsa. Setiap kata, frasa, dan ungkapan menyimpan pengetahuan, tradisi, dan kearifan yang diwariskan nenek moyang. Hilangnya kosakata berarti hilangnya sebagian dari warisan budaya tersebut.Â
Bayangkan, betapa banyak cerita, legenda, dan petuah bijak yang tersimpan dalam kata-kata yang jarang kita dengar lagi seperti guyub, sengkil, mangkus, atau citra rasa. Dengan melestarikan kosakata tersebut, kita memastikan bahwa generasi mendatang tetap dapat mengakses dan memaknai kekayaan budaya leluhur.
Maka, melestarikan bahasa Indonesia, khususnya kosakata yang mulai hilang, adalah wujud nyata kecintaan kita terhadap tanah air. Â Ini adalah investasi jangka panjang bagi masa depan bangsa.Â
Dengan melestarikan dan menggunakan kosakata yang kaya dan beragam, kita memastikan bahwa bahasa Indonesia tetap hidup, dinamis, dan relevan dengan perkembangan zaman. Â Mari kita jadikan bahasa Indonesia sebagai sumber kebanggaan dan alat pemersatu bangsa, serta warisan berharga yang akan terus kita lestarikan untuk generasi mendatang.Â