Berdasarkan mekanisme pemberian obat, microneedle dapat secara garis besar dapat digolongkan menjadi 4 jenis yaitu solid microneedle, coated microneedle, dissolving microneedle, dan hollow microneedle (Kim, Park dan Prausnitz, 2012).
- Solid microneedle digunakan sebagai pretreatment. Dalam hal ini, microneedle digunakan untuk membuat pori kulit dengan ukuran mikro. Lalu formulasi obat dapat diaplikasi kan langsung pada kulit secara topikal dan difusi dapat terjadi melalui pori tersebut masuk ke dalam kulit (Kim, Park dan Prausnitz, 2012).
- Coated microneedle digunakan dengan cara melapiskan obat dengan formulasi yang mudah larut pada air. Jadi ketika diaplikasikan pada kulit, obat akan tetap dan berdifusi pada jaringan sekitar walaupun microneedle telah di lepaskan (Kim, Park dan Prausnitz, 2012).
- Dissolving microneedle terdiri dari bahan yang mudah larut dalam air atau polimer biodegradable yang dapat mengangkut obat diantara jaringan matriksnya (Kim, Park dan Prausnitz, 2012).
- Hollow microneedle merupakan microneedle yang diberi lubang atau rongga pada bagian tengahnya yang digunakan sebagai jalur infusi formulasi cairan ke dalam kulit. Selain itu, dapat juga berupa difusi ke jaringan kulit melalui lubang jarum (Kim, Park dan Prausnitz, 2012).
Variasi Materi Penyusun microneedle
Berdasarkan jenis materi penyusunnya, microneedle dapat secara garis besar dapat digolongkan menjadi 3 jenis yaitu solid, degradable atau dissolvable, and hollow (Bariya et al., 2012).
- Penyusun solid dapat berupa: Silikon, Stainless steel, Titanium, dan Silikon mesopori.
- Biodegradable: asam polilaktat, asam poliglikolat, asam polilaktida-co-glikolat, polikarbonat, dan polivinilpirolidon.Â
- Non-biodegradable: polivinil asetat, asam alginate, gantrez AN-139, kopolimer dari, methylvinylether dan maleic, anhidrida, Karbopol 971 P-NF, dan polieterimida.
- Penyusun berupa bahan polimer alami dapat berupa: pati termoplastik, karboksimetilselulosa, amilopektin, dekstran, galaktosa, kondroitin sulfat, dan maltose (Bariya et al., 2012).
Keunggulan dan Kekurangan dari microneedle
Metode alternatif pemberian obat imunoterapi menggunakan microneedle memiliki banyak sekali keuntungan dibandingkan dengan metode konvensional (Bariya et al., 2012). Keuntungan tersebut antara lain:
- Molekul obat yang lebih besar dapat dengan mudah diberikan.
- Pemberian dan aplikasi yang mudah, tanpa rasa sakit, dan tanpa rasa takut pasien.
- Penyembuhan luka yang lebih cepat dibandingkan jarum suntik hypodermic atau konvensional.
- Daerah kulit dapat dengan spesifik ditargetkan.
- Efikasi yang lebih tinggi sehingga kebutuhan dosis dapat diturunkan.
- Rate of delivery dari obat dapat lebih terkontrol.
- Dan bersifat modular (Dapat digunakan untuk mengangkut berbagai jenis obat, vaksin, dsb).
Namun, metode alternatif pemberian obat imunoterapi menggunakan microneedle bukanlah sesuatu yang sempurna dan masih memiliki beberapa kekurangan (Bariya et al., 2012). Kekurangan tersebut antara lain:
- Keakurasian dalam pemberian dosis lebih sulit dilakukan dibandingkan jarum hypodermic.
- Aplikasi microneedle harus secara vertikal agar dapat menembus permukaan kulit dengan baik.
- Ketebalan lapisan stratum corneum pada epidermis kulit setiap pasien yang berbeda.
- Dapat terganggu oleh faktor-faktor eksternal.
- Ujung dari microneedle yang bisa saja tertinggal atau putus dari patch saat melepas plester.
- Pada microneedle hollow, lubang dapat saja terblokir akibat lapisan dermis kulit.
Kesimpulan
Jadi secara umum, pemberian obat imunomodulator dapat diberikan menggunakan plester microneedle dengan metode pengiriman obat berbasis transdermal yang dapat menembus kulit tanpa rasa sakit kemudian mencapai epidermis yang kaya sel imun untuk memberikan imunoterapi secara terkontrol, sehingga membutuhkan dosis yang lebih sedikit dan aman (Riley et al., 2019).
Walaupun masih terdapat beberapa kekurangan dan hambatan, metode alternatif pemberian obat imunoterapi menggunakan microneedle tetaplah menjadi salah satu metode yang menjanjikan dalam pengobatan kanker dan patut dievaluasi potensialnya. Diharapkan hambatan dan kekurangan tadi dapat teratasi melalui perkembangan dan penelitian kedepannya.
Nah, bagaimana, Sobat Pembaca? Apakah kalian menjadi semakin paham mengenai microneedle? Menurut Sobat Pembaca metode alternatif pemberian obat imunoterapi menggunakan microneedle ini merupakan solusi yang inovatif? Jika bisa memilih, Sobat Pembaca lebih memilih yang mana nih? Microneedle atau jalur konvensional?
Berikan pendapat kalian!