Mohon tunggu...
Darraz Azharian
Darraz Azharian Mohon Tunggu... -

dreamer...learner...and hopefully.. achiever

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kader PKS, Mari Belajar Islam dan Ihsan Lagi

18 April 2014   03:20 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:32 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Orang beragama, pada kondisi tertentu terkadang muncul sikap ‘tegas’ dan ‘keras’nya, terkadang juga muncul sikap apa yang dikatakan dan diperbuatnya adalah hal yang benar dan tdk bisa diganggu gugat. Karena nya tak jarang dia memandang orang yg berkata dan berbuat tdk sesuai dengan agama atau tdk sesuai dg ‘pemahaman’ agamanya diaanggap menyimpang dan harus segera diselamatkan.

Sikap tegas dan keras ini muncul dari tuntutan ajaran agama yang terkadang keras jika dilihat secara literal. Misalkan saja perintah memotong tangan bagi orang yang mencuri. Atau perintah menghukum orang meminum khamar dan berzina dengan mencambuknya. Perintah-perintah seperti ini terkadang mempengaruhi psikologis orang beragama tadi, ketika ia berhenti pada pemahaman jika perintah-perintah tsb tdk dilaksankan, maka ada anggapan beragama nya tdk kaffah total.

Itulah mungkin alasan dibalik kelakuan dan sikap berpolitik kader-kader partai PKS. Ketika mereka terkadang bersikap berlebihan membela habis-habisan partainya ketika ada yang mengkritik atau terkadang mencemohnya seperti ketika mantan partainya terlibat korupsi. Karena dalam ‘pemahaman’ mereka bahwa mereka berada pada posisi yang benar secara agama dengan memilih partai PKS dan mereka sudah berusaha sekuat tenaga berkorban dan berbuat untuk bangsa ini, sementara orang lain, apalagi partai partai ‘sekuler’ ‘liberal’, dalam pemahaman mereka berada pada posisi yang keliru dan menyimpang, buat apa dukung partai menyimpang, karena nya tetap wajib membela partai PKS walaupun ada kesalahan oknum ketua nya terlibat korupsi, tetapi secara umum PKS tetap harus didkung dan dibela. Ini lah mungkin pandangan dan ‘pemahaman’ mereka atas agama dan partai agama/Islam yang bisa saya simpulkan.

Betul saya tidak menafikan hal-hal positif yang telah dilakukan partai ini dan kader-kadernya. Sudah banyak hal juga yang diperbuat kader-kader partai ini untuk masyrakat tentunya. Tapi bukan berarti PKS itu tdk bisa menerima kritikkan.

Dalam pemahaman saya, Islam yang dipahami kader-kader PKS itu baru sebatas Islam secara dhahir alias secara lahir saja. Banyak kader-kader PKS yang tdk mengerti substansi agama Islam. Sebagian poin-poin ajaran Islam memang jika dilihat sepintas terkesan keras dan berat. Misalkan saja dalam shalat. Baginda Nabi ketika shalat sendirian pasti ia berlama-lama dan membaca surat-surat yang panjang sampai berjam-jam, karenanya beliau telapak kakinya sampai memerah dan bengkak. Tapi tatkala ini dipraktikkan pada shalat Jamaah, maka tidak tepat, karenanya Nabi sempat sampai marah menegur sahabat yang mengimami shalat jema’ah dengan lama. Jika dalam shalat saja ada aturannya, maka analogikan denga permasalahn lain, termasuk dalam berpolitik-agama. Tentunya ini menuntut kita untuk belajar menambah wawasan lagi dan menkaji dalam apa yang telah dibahas para ulama pendahulu kita terutama dalam permasalahn imamah fiqh kenegaraan yang kaitannya banyak melibatkan orang.

Dalam sisi lain, keberagaman tinggi seseorang dinilai dari kualitas moral yang sudah mencapi ‘ihsan’, dalam artian berbuat baik sebanyak-banyaknya tanpa meminta imbalan dan pujian, dan dalam artian berbuat baik walaupun kepada orang yang memusuhi.
Kanjeng Nabi Muhamad adalah potret yang telah mencapai kualitas moral ini dan telah memberikan contoh bagi kita. Beliau ketika pipi dan kakinya berdarah-darah karena dilempari batu oleh suku Thaif tetap tdk membuat beliau benci terhadap mereka, malahan beliau sebaliknya mendoakan mereka “Wahai Allah beri hidayah lah mereka, sesungguhnya mereka orang-orang yang tdk mengerti.

Jika memang benar kader-kader PKS berjuang demi agama maka idealnya ketika dikritik tdk melakukan tindakan reaksioner habis-habisan melakukan pembelaan. Bahkan kalo perlu, jika dicemooh maka balaslah org yang mencemoh itu dengan kebaikkan bukan dengan mencemoh lagi. Jika hal ini berat dilakukan, maka ckup dengan membalas kritikkan2 itu dengan sikap fair ‘menerima’ tidak perlu lah menanggapinya dengan cemohan lagi, maka apa bedanya dengan pencemoh tsb, pdhal kader PKS adalah orang yg menjunjung beragama.

Dampak sebaliknya jika PKS tdk bisa melakukan hal spt diatas, maka PKS dianggap tdk mampu mengejawantahkan ajaran Islam dengan baik, dan yang menjadi korban adalah Islamnya sendiri sehingga timbullah cemohan-cemohan yang menganggap ‘Kader PKS sok suci, sok alim’ yang bnyak dikatakkan orang-orang yg tdk suka dan tdk pro PKS. Padahal mungkin sebenarnya kader-kader PKS tidak bermaksud demikian, tetapi karena permasalahn cara yang berangkat dari pemahaman agamanya, akhirnya menjadikan kader-kader PKS dalam posisi demikian.

Mohon maaf saya sedang tidak menghakimi, karena saya pun belum mampu mngamalkan Ihsan, berbuat baik pada org yang bahkan berbuat jahat pada kita, tapi setidaknya mari kita saling belajar dan saling menasehati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun