Mohon tunggu...
Daron AlfaAgustinusRahardianto
Daron AlfaAgustinusRahardianto Mohon Tunggu... Administrasi - Pendidik

Sejarah itu bapaknya ilmu-ilmu; suaminya Filsafat; saudaranya Seni dan Bahasa; temannya Matematika; dan anaknya Agama.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mata Pelajaran Sejarah dalam Kurtilas

9 Desember 2015   22:11 Diperbarui: 9 Desember 2015   22:39 1524
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dua tahun berlalu, sekolah-sekolah di tingkat menengah atas (baca: (SMA dan sederajat) telah menerapkan Kurikulum 2013 atau akrab disapa Kurtilas dan K13 sebagai kebijakan baru di bidang pendidikan menjelang masa akhir pemerintahan SBY. Meskipun belum semua SMA dan sederajat baik berstatus negeri dan swasta menerapkannya karena pertimbangan tertentu. Namun perlahan, Kurikulum 2013 yang awalnya akan diterapkan ke seluruh SMA dan sederajat di pelosok-pelosok negeri kini akan kembali ke Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006.

Semacam kekagetan melanda para guru, murid dan orang tua murid mengenai penerapan Kurikulum 2013. Salah satunya istilah ‘penjurusan’ pada tingkat SMA dan sederajat diganti dengan istilah ‘peminatan’ yang mulai diturunkan ke kelas X Tahun Pelajaran 2013/2014 dengan mengadakan tes peminatan terlebih dahulu. Berbeda dengan KTSP yang memberlakukan penjurusan mulai kelas XI. Hal ini menjadi pembelajaran ke depan bagi para murid dan para orang tua murid di tahun mendatang agar dapat menyiasati para buah hatinya untuk menentukan posisi peminatan sejak di bangku tingkat menengah pertama kelas IX, apakah anak Anda berminat di kelompok Ilmu-ilmu Alam, Ilmu-ilmu Sosial atau Bahasa?

Begitulah perubahan kebijakan pendidikan dalam waktu singkat yang akan tercatat dalam sejarah pendidikan di Republik Indonesia. Menyinggung persoalan dalam sejarah pendidikan bangsa ini adalah hal menarik bahwa di dalam Kurikulum 2013 terdapat mata pelajaran-mata pelajaran yang bernuansa meningkatkan iman, taqwa, kepribadian dan moral kehidupan bangsa. Ini sebenarnya masih merupakan kompetensi-kompetensi lama dalam kurikulum sebelumnya, tetapi dimunculkan kembali secara intensif dalam rangka mengimbangi laju perkembangan sains dan teknologi. Salah satunya adalah mata pelajaran Sejarah.

Pelajaran Sejarah kini mengalami perubahan dalam bentuk tujuan, sasaran, durasi waktu pembelajaran dan pembagian lingkup materi yang tertuang di dalam Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar (KD) dan Silabus Sejarah. Dalam hal tujuan dan sasaran, pemerintah melalui mata pelajaran Sejarah berharap kepada para Guru Sejarah selaku ujung tombak –bisa bersama dengan para guru terutama dibidang Agama, Pendidikan Kewarganegaraan dan Seni Budaya– berupaya semaksimal mungkin menjalankan proses pembelajaran yang dapat meningkatkan penghayatan akan kecintaan terhadap Tuhan, ciptaan-ciptaan-Nya, alam semesta, negara, bangsa dan kebudayaan nasionalnya.

Upaya di atas justru didukung oleh pemerintah bahwa ada penambahan waktu pembelajaran Sejarah. Bandingkan, di dalam KTSP sejak peminatan di kelas XI, Kelompok Ilmu-Ilmu Alam hanya diberi waktu belajar Sejarah rata-rata 1 jam pelajaran (1 jam pelajaran=45 menit), sedangkan Kelompok Ilmu-Ilmu Sosial sekitar 3 jam pelajaran dalam seminggu. Kini di dalam Kurikulum 2013, Guru-guru Sejarah mendapatkan kesempatan emas untuk mengeksplorasi lebih mendalam kegiatan pembelajarannya dengan penambahan waktu pembelajaran Sejarah rata-rata dua kali lipat dari KTSP, di tiap kelompok peminatan.

Alangkah senangnya para Guru Sejarah jika mendapat kesempatan emas ini dan tidak menganggap Kurikulum 2013 sebagai beban untuk dikeluhkan. Inilah saatnya para Guru Sejarah mendedikasikan harapan pemerintah untuk menciptakan generasi-generasi muda yang senantiasa sadar dan belajar dari sejarah bangsanya, bukan sekedar menghapal peristiwa dan angka-angka tahun saja, melainkan merangsang para siswa untuk menajamkan daya kekritisannya dan analisisnya dalam memahami peristiwa-peristiwa lampau agar dapat berguna bagi kehidupan di masa depan.
Jika..., pada akhirnya Kurikulum 2013 memang benar-benar diterapkan di semua sekolah kelak.

Mewujudkan harapan pemerintah melalui peran Guru Sejarah terkesan ideal dan muluk karena banyak pihak masih memperdebatkan kelayakan dari segi muatan materi pelajaran yang berubah susunannya. Namun para Guru Sejarah harus makin kreatif, optimis dan tidak perlu gelisah akan perubahan susunan materi. Peristiwa-peristiwa sejarah selalu abadi dalam bentuk data, kecuali dipengaruhi kemampuan interpretasi terbaik para ahli sejarah.

Selain peran Guru Sejarah dan pemerintah, peran para orang tua murid juga diperlukan untuk menanamkan rasa kepedulian kepada para buah hatinya untuk sadar dan mau belajar dari sejarah masa lalu bangsanya. Tidak melulu mengarahkan pada sains, dan mengejar keuntungan ekonomi. Alangkah bagusnya jika ada orang tua murid yang mampu memahami dan mengkritisi KI, KD dan Silabus tiap-tiap mata pelajaran.

Guru Sejarah dan para orang tua murid adalah para pendidik sejarah dalam hal membelajarkan pengalaman. Kerja sama yang baik antara kebijakan pemerintah di dalam Kurikulum 2013, para Guru Sejarah sebagai eksekutor mulia dilapangan dan peran para orang tua murid sebagai pembimbing humanis para buah hatinya dapat mewujudkan cita-cita bersama dan membangun kesadaran bahwa membelajarkan diri dalam sejarah sangat diperlukan.

Cukuplah kita berkaca kepada pendahulu agung negeri ini bahwa “Jangan sekali-kali melupakan Sejarah!”. Kurikulum 2013 secara tersirat jika dipahami dan diimplementasikan mendalam mampu menaikkan martabat Guru-guru Sejarah dan seluruh orang tua murid dipelosok negeri untuk menambah wawasan kebangsaan dan kenegeraan generasi-genenasi muda.

 

Sumber gambar: mataairradio.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun