Â
Â
Ketika saya mengikuti kegiatan prajabatan, banyak pelajaran penting terkait bagaimana menjadi seorang ASN. Diantaranya bagaimana mengaktualisasikan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Diantara sila kelima pancasila yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Banyak kejadian-kejadian ketidakadilan di negeri kita yang tercinta ini. Kemudian, kejadian-kejadian itu terakumulasi menjadi sebuah kebencian kepada pemerintah.
Di antara kejadian yang memilukan, Hampir setiap hari kita mendengar kasus seorang jenderal polisi yang membunuh ajudannya sendiri membanjiri media cetak maupun elektronik. Pihak keluarga tidak merasa puas dengan itu lalu dibawa ke ranah hukum. Kita tidak bisa bayangkan hal ink bisa terjadi.Â
Keadilan merupakan hal yang sangat diinginkan bagi setiap orang. Kadang ada yang salah tangkap, dan kejadian-kejadian yang serupa lainnya. Yang pastinya setiap orang berhak mempertanggung jawabkan perbuatannya masing-masing di dunia dan dihadapan Allah subhana wata'ala kelak.
Dalam ajaran islam membunuh satu jiwa maka dosanya sama dengan membunuh semua orang dimuka bumi. Oleh karena itu dalam ajaran islam sangat memperhatikan dan melindungi hak dan kehormatan manusia. Orang-orang islam yang berusaha menjalankan syariat agamanya menjadi korban bulling atau yang sejenisnya di masyarakat hanya karena segelintir orang yang berpemahaman radikal. Adil berarti menempatkan sesuatu pada tempatnya. Salah satu ajaran islam yang mulia adalah seorang muslim harus berbuat adil kepada siapa pun baik itu kepada orang yang dia benci.
Ketidakadilan yang terjadi terus menerus menyebabkan munculnya gerakan demonstrasi yang anarkis. Tapi sadarkah kita sebagai rakyat, sudahkah kita berbuat adil untuk diri kita sendiri dan orang lain? Seorang ulama terkenal yang bernama Fudhail bin Iyadh mengatakan : "seandainya aku memiliki sebuah doa yang mustajab maka aku akan doakan kepada pemimpinku". Â Ketika ditanyakan kepada Fudhail bin Iyad kenapa beliau berdoa seperti itu, beliau mengatakan : Seandainya saya berdoa kebaikan untuk pemimpin saya, jika terkabul maka kebaikannya akan didapatkan oleh banyak orang. Berbeda halnya dengan doa yang saya tujukan untuk diri saya sendiri. Begitulah akhlak para ulama yang belajar di kampus-kampus kerasulan dan di meja-meja kenabian.
Begitu juga perkataan ulama-ulama yang lain. Dan ini kita bisa dapatkan dalam kitab-kitab mereka. Sangat jelas tertulis pendapat-pendapat mereka tentang bagaimana menghadapi pemimpin yang zhalim. Imam Ahmad rahimahullah ta'ala tatkala dipaksa untuk mengatakan Al-Qur'an adalah makhluk oleh khalifah Al-Makmun, beliau memilih untuk bersabar, tak terhitung cambukan dibadannya namun beliau tetap sabar. Padahal seandainya Imam Ahmad ingin memberontak banyak ulama lain yang mendukungnya dan masyarakat juga mendukungnya tapi beliau memilih untuk bersabar. Beliau adalah sosok ulama yang rabbani.
Pernah suatu hari ketika Ali bin Abi Thalib menjadi khalifah lalu ia didatangi oleh seorang lalu orang tersebut bertanya kepadanya tentang kepemimpinan Ali bin Abi Thalib dan ia juga memprotes kepemimpinan Ali bin Abi Thalib yang berbeda dengan dua Khalifah sebelumnya. Lalu Ali bin Abi Thalib berkata :Â "Pada masa kekhalifahan Abu Bakar dan Umar itu adil karena kualitas rakyatnya itu seperti saya, sementara ketika saya memimpin kualitas rakyatnya seperti kamu banyak protes".
Dalam hadits yang lain, para sahabat bertanya tentang akan munculnya penguasa-penguasa yang hanya mementingkan dirinya sendiri. Tubuh mereka adalah tubuh manusia, namun hati mereka seperti hati setan, hanya mementingkan diri-diri mereka sendiri. Lalu Nabi Muhammad shallalahu 'alaihi wasallam menasehati para sahabat agar bersabar menghadapi penguasa yang zhalim. Diantara sabda beliau yang terkenal adalah : "Bersabarlah kalian, sampai kalian menemuiku di telaga (Al-Haudh)." Namun tentu saja hal ini sangat berat bagi para pengekor hawa nafsu.Â
Kalau kita mau keadilan ada, sudahkah kita sebagai rakyat memperbaiki kualitas kita sebagai rakyat, sementara kita ingin seorang pemimpin yang adil dan berkualitas? Harus sportif dan fair. Tidaklah mungkin seekor singa akan memimpin sekawanan tikus atau seekor tikus akan memimpin sekawanan singa. Mungkin itu ada tapi hanya dalam dunia fiksi.Â
Bukankah seorang pemimpin lahir dari rakyatnya sendiri? Jika rakyat sudah baik tentu pemimpin juga akan baik karena seorang pemimpin dipilih dari rakyat yang baik maka bisa dipastikan pemimpin itu pasti baik. Lihatlah, kaum bani israil yang dipimpin oleh seorang Nabi tapi setelah Allah subhana wata'ala menyelamatkan mereka, mereka banyak melakukan pelanggaran. Mari kita memperbaiki kualitas kita sebagai rakyat, lalu minta hak kita kepada Allah subhana wata'ala. Semoga kedepan kita dipimpin oleh pemimpin yang amanah, adil dan mencintai rakyatnya. Aamiin
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H