Mohon tunggu...
Darno Latif
Darno Latif Mohon Tunggu... Guru - Guru

Membaca itu bukan hobi tapi kebutuhan pokok

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Teori Pendidikan Orangtua Zaman Dahulu

1 November 2022   04:28 Diperbarui: 1 November 2022   17:55 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Tulisan ini dari rekaman video Ustadz Muflih Saputra yang saya sadur. Beliau bercerita tentang keberkahan sekolah zaman dahulu. Kalau mau dibandingkan dengan teori pendidikan zaman sekarang mungkin teori pendidikan zaman sekarang sudah sampai di langit ke tujuh. Kami yang bersekolah di kampung dan terlahir di tahun sembilan belas delapan puluhan merasakan hal ini.

Guru dengan segala macam 'eskulnya'. Kami disuruh angkat air untuk di bawa ke rumah guru, membantu guru menanam di kebun, menjadi hal yang biasa bagi kami. Guru bagi kami adalah sosok yang sangat kami segani. inilah pendidikan adab yang diajarkan kepada kami. Tapi ketika ada seorang guru yang memukul kami karena kesalahan di sekolah tidak ada sama sekali dari kami yang melaporkan ke orang tua. Dan walaupun orang tua kami tahu hal itu, mereka tidak pernah melaporkan kepada polisi. Karena orang tua kami sadar bahwa guru memukul untuk mendidik kami. Kami tidak pernah sama sekali menaruh dendam kepada guru-guru kami.

Mungkin yang guru-guru kami pahami dalam teori pendidikan hanya  mengenal dua hal. Yang pertama adalah hukuman (punishment) , yang kedua adalah penghargaan (reward).  Bila melakukan kesalahan dihukum, bila mendapatkan prestasi diberi penghargaan. Makanya tak heran ketika di akhir kelulusan kami selalu menyisakan air mata kebahagiaan. Semuanya itu terjadi karena dekatnya kami dengan para guru. Di sekolah kami benar-benar berkomunikasi dengan guru dari hati ke hati. Meskipun gedung sekolah kami tidak megah. Pendidikan zaman sekarang seperti kehilangan ruh itu. Anak-anak kita lebih cenderung melihat sekolah dengan gedung yang megah.

Akhirnya dengan segala kebodohan teori pendidikan guru tersebut, dengan segala bentuk hukumannya, dengan segala bentuk 'eskul'nya yang diberikan kepada kami. Mengusik Allah subhana wata'ala dengan menurunkan berkahnya. Banyak yang melanjutkan sekolah kemudian menjadi orang-orang yang berguna bagi nusa dan bangsa. Kata-kata yang selalu kami ingat setiap apel pagi dan pulang adalah "di ujung cambuk ada emas". Semoga Allah subhana waata'ala merahmati guru-guru kami yang telah wafat dan memanjangkan usia mereka dalam keberkahannya bagi yang masih hidup. Amiin.#doc jay

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun