Kakak saya turun ke palka kapal memeriksa papan kapal. Karena air terlalu cepat naik sampai ke roda gila mesin. Kakak saya menyampaikan kabar bahwa papan kapal sedikit terbuka sehingga air cepat masuk ke lunas kapal. Kakak saya berusaha menyumbatnya semacam serabut khusus untuk kapal.
Adapun kapal yang kami tumpangi adalah kapal dari kayu. Jumlah kami hanya bertiga. Dalam keadaan lapar, haus, capek, takut. Saya memaksakan diri untuk memompa air dari dalam kapal selama 8 jam. Karena kapal memang tidak memiliki mesin pompa air.
Tangan saya mulai terasa sakit karena 8 jam memompa air. Saya pun berdoa kepada Allah. "Yaa Allah selamatkanlah pelayaran kami". Setibanya di pelabuhan Banggai saya berjanji tidak akan bekerja lagi sebagai ABK.
Bersambung.........
(Kisah nyata)