Mohon tunggu...
Darni Samad
Darni Samad Mohon Tunggu... profesional -

Kita mungkin telah bersepakat menerjemahkan jarak sebagai kebisuan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ada Apa Dengan 2

5 Juli 2014   19:09 Diperbarui: 18 Juni 2015   07:21 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah membaca doa sejenak lelaki kerempeng itu meraih bundelan tempat gulungan kertas berisi nomer urut kepemilihannya. Dia meraih sesuatu yang tidak begitu jauh dari tubuhnya, hanya sejangkauan tangan saja. Mengapa?

Apakah dia malas? Tapi lengan bajunya yang acap kali tergulung, dan sebagian lengan yang tampak legam terpapar sinar matahari itu seperti bercerita tentang perjalanan demi perjalanan. Kerja-kerja sederhana, laku-laku sederhana, serta kata-kata yang sederhana.

Apakah dia sangat berambisi dan gila jabatan? Lantas mengapa ia memilih bundelan yang letaknya paling terakhir atau urutan ke Dua. Sementara kesempatan pertama diberikan Tuhan padanya untuk memilih sesuka yang dia mau. Karna lazimnya setiap keinginan, orang selalu berkehendak menjadi paling depan atau nomor satu bukan?

Kesimpulan saya pada pengamatan hari itu. Saya tak salah memilih lelaki kerempeng berwajah ndeso itu sebagai calon pemimpin negeri yang saya cintai ini. Karna segala yang terpancar dari tubuh, pikiran dan sikapnya adalah tanda dari keseimbangan yang tercantum pada sila ke Dua Pancasila " Kemanusiaan yang adil dan beradab " Amin.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun