Mohon tunggu...
Darmince ButarButar
Darmince ButarButar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

mendengar Musik

Selanjutnya

Tutup

Beauty Pilihan

Mengungkap Eksistensi Trend Fashion sebagai Bahasa Identitas

23 Januari 2024   00:22 Diperbarui: 23 Januari 2024   00:25 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pakaian dan Aksesoris (Sumber Foto : Pixabay)

Tanpa bisa disangkal, di tengah maraknya image dan citra dalam kehidupan sehari-hari, aspek penampilan muncul sebagai elemen vital dalam dinamika sosial. 

Interaksi antarindividu kerap dimulai dengan pandangan pertama pada penampilan fisik, di mana pakaian menjadi benda yang mencuri perhatian paling banyak ketika kita berkomunikasi dengan sesama. Sehingga, saat ini orang ramai -- ramai untuk berpenampilan unik dan menarik, agar menimbulkan kesan pertama yang baik dari orang lain.

Fashion menjadi elemen tak terpisahkan dari penampilan dan gaya sehari-hari, di mana pakaian dan aksesoris tak hanya berfungsi sebagai pelindung tubuh atau perhiasan semata. Mereka juga berperan sebagai medium ekspresi untuk mengkomunikasikan identitas personal. 

Dalam evolusinya, fashion tidak lagi terbatas pada urusan pakaian dan aksesoris seperti kalung dan gelang, melainkan juga melibatkan benda-benda fungsional lain yang dipadukan dengan desain yang cerdas dan unik. Semua ini menjadi alat yang mampu mencerminkan dan meningkatkan tampilan seseorang.

Fashion dapat berfungsi sebagai jendela kecil yang mengungkapkan kepribadian seseorang kepada orang lain. Gaya berpakaian atau berbusana menjadi kriteria pertama yang digunakan untuk menilai seseorang. 

Selain itu, fashion juga menjadi wadah untuk menyatakan ekspresi diri seseorang. Usaha manusia untuk mempercantik diri guna mendapatkan perhatian bukanlah suatu hal baru. Bahkan, jauh sebelum zaman modern seperti sekarang, upaya ini telah dilakukan. 

Jejaknya dapat ditemukan di museum-museum sejarah atau pada relief-relief candi, di mana pakaian dan perhiasan pada masa itu terbuat dari bahan-bahan seperti kerang, manik-manik, batu alam, dan bahkan emas, yang menjadi elemen penting dalam menyempurnakan penampilan seseorang.

Misalkan saja ketika bertemu dengan pria menggunakan kemeja lengan panjang rapi dengan balutan jas yang menyempurnakan penampilannya, orang yang memandang pria tersebut akan memberi klaim bahwa pria tersebut berasal dari lingkungan yang berada dan bekerja di perusahaan dengan karir yang bagus. 

Belum lagi, apabila pria itu memakai aksesoris seperti jam tangan dan juga tas ber-merk yang akan mendukung anggapan orang lain terhadapnya. Hal itu membuktikan keberadaan fashion menjadi bagian dari identitas seseorang berdasarkan penilaian orang lain.

Dalam karya Budaya Populer sebagai Komunikasi (2007: 243), Idi Subandi menguraikan perkembangan masyarakat dalam mengartikan fashion sebagai konstruksi identitas. Subandi mengelompokkan masyarakat ke dalam tiga tahap, yaitu tradisional, modern, dan pasca-modern. 

Pada tahap pertama, masyarakat tradisional dianggap memiliki kode-kode kemewahan yang tetap, di mana busana dan penampilan mencerminkan kelas sosial, profesi, dan status seseorang secara langsung.

Kemudian, tahap kedua melibatkan masyarakat modern yang mereduksi kode-kode fashion yang kaku, memberikan ruang baru untuk membentuk identitas personal. 

Masyarakat modern memberikan kesempatan bagi individu untuk menciptakan identitas mereka sendiri, namun juga membawa dampak yang disebut sebagai 'krisis identitas'. 

Fashion dalam masyarakat modern dianggap sebagai penentu identitas seseorang dan memengaruhi bagaimana masyarakat menerima individu pengguna fashion. Modernitas dan fashion bersinergi, terus berinovasi dengan mengganti yang lama dengan yang baru.

Tahap ketiga, masyarakat pasca-modern, menyoroti permasalahan identitas dan fashion. Pasca-modern menganggap identitas sangat tidak stabil dan rapuh, hanyalah mitos dan ilusi. 

Fashion dianggap sebagai aktivitas konsumsi, di mana keinginan untuk memiliki menandakan kehilangan identitas. Jacques Lacan menyebutnya sebagai sense of identity, di mana kepemilikan bukan karena kehendak atau pilihan sadar, tetapi karena menjadi trendsetter atau dimiliki orang lain. 

Fashion menjadi konsumsi, menjadi sarana untuk memanjakan diri dengan barang-barang komersial. Pada fase ini, fashion memiliki banyak interpretasi, dapat berarti identitas, trendsetter, atau bahkan topeng kebohongan. Ini menciptakan fungsi komunikasi dari busana dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam suasana formal maupun non formal.

Fashion memiliki makna yang mendalam dalam kehidupan seseorang, terutama bagi para wanita. Bagi mereka, fashion bukan hanya sekedar bahasa tubuh atau bentuk komunikasi non-verbal melalui penampilan, tetapi juga merupakan ekspresi naluri untuk tampil dan menarik perhatian, sebagai cara untuk mengkomunikasikan esensi diri mereka. 

Pentingnya fashion tidak hanya sebagai kebutuhan semata, melainkan sebagai suatu penampilan yang mencerminkan identitas individu. Jika ditinjau dari sudut pandang kebutuhan, fokusnya lebih pada keinginan untuk dipresentasikan kepada orang lain. Namun, jika penampilan dijadikan sebagai medium komunikasi yang konsisten, maka identitas pun akan terbentuk.

Berkenaan dengan hal itu, ada banyak trend fashion yang menjamur dan diikuti oleh berbagai kalangan untuk menggambarkan identitas mereka atau mungkin juga sebagai trendsetter. 

Trend fashion yang mereka pilih biasanya dikarenakan faktor rasa suka dan kecocokan trend tersebut dengan postur tubuh atau karakteristik. 

Ada beberapa contoh trend fashion yang sedang marak digandrungi oleh remaja hingga dewasa saat ini di berbagai negara, salah satunya Indonesia. 

Salah satunya adalah Chic Fashion Style, yang mana style ini memberi kesan mewah dan berkelas pada pemakainya. Bahan pakaian yang dibuat untuk style fashion ini juga berasal dari bahan berkualitas tinggi. Sehingga, memunculkan sisi mahal dari pemakainya. 

Lalu ada yang namanya Retro Fashion Style. Keunikan pada style fashion ini terletak pada warna -- warna pakaian yang mencolok, cerah, serta memiliki motif yang unik. Fashion style ini memberi kesan berani dan gembira kepada pemakainya.

Bagi yang menyukai hal -- hal yang berbau tahun 70-80an, Vintage Fashion Style merupakan pilihan gaya yang tepat. Fashion style ini menjadikan trend pakaian di zaman dahulu kembali ramai diminati oleh orang -- orang di zaman sekarang. 

Selain ketiga style tersebut, masih ada yang namanya Casual Fashion Style. Trend fashion ini menjadi pilihan banyak orang sebab style yang sederhana dan tergolong nyaman dipakai semua kalangan. 

Style ini kerap menggabungkan antara penggunaan jeans, jaket, kaos, dan juga sneakers. Pilihan fashion yang santai, namun dapat menarik perhatian orang lain saat kita memakainya. Pandangan yang muncul ketika melihat orang yang menggunakan Casual Style yaitu pemakainya adalah orang yang mengutamakan kenyamanan.

Tidak akan ada habisnya jika membahas persoalan trend fashion.  Bukan hanya keempat contoh diatas, tetapi masih banyak contoh trend fashion lain yang digemari anak muda. Trend ini biasanya berkembang dari waktu ke waktu. 

Ada trend fashion yang bertahan lama, ada pula yang sifatnya hanya "musiman". Trend fashion bukanlah sekadar fenomena, melainkan suatu keunikan yang memikat. 

Dinamika trend fashion tak hanya dipengaruhi oleh sekitar kita, tapi juga oleh ekonomi dan kebudayaan tempat tinggal kita. Seiring berjalannya waktu, orang-orang mulai terbuka dengan trend fashion yang tengah merajai dan mencuri perhatian masyarakat. 

Kini, banyak yang mengikuti trend fashion sebagai cara adaptasi terhadap lingkungan sekitar, yang tak terkecuali memengaruhi segala aspek kehidupan, terutama dalam ranah fashion.

Selayaknya sesuatu, tentunya trend fashion memiliki dampak positif dan juga negatif terhadap gaya hidup seseorang. Adanya trend fashion membuat seseorang menjadi lebih kreatif dan inovatif dalam mengekspresikan dirinya. Pakaian yang ia pakai menjadi lambang identitas dan kenyamanan. 

Selain itu, trend fashion juga menjadi ajang menunjukkan jati diri seseorang kepada orang lain. Akan tetapi, banyak juga orang yang menggunakan trend fashion tanpa memperhatikan budaya yang berlaku di tempat ia tinggal. Sehingga, timbulnya ketidakmampuan dalam menyesuaikan fashion sesuai dengan kondisi yang ada. 

Tidak ada yang salah dari suatu trend fashion, semua orang memiliki kebebasan untuk memilih fashion yang ingin ia kenakan, asalkan trend fashion tersebut tidak melanggar nilai dan norma yang berlaku di tempat ia berada. 

Sebagai seseorang yang bijak dalam memandang kemajuan zaman, sudah semestinya kita semua menjadi pihak yang mampu menyesuaikan fashion style yang dikenakan, sesuai dengan tema acara, norma dan nilai, serta keadaan lingkungan sekitar kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun