Darmin Hasirun
Ramai perbincangan di media sosial yang mengandung pro kontra pasca Ketua Umum Lembaga Museum Rekor-Dunia Indonesia, Prof. Dr. (H.C.) KP Jaya Suprana menandatangani piagam penghargaan Museum Rekor Dunia Indonesia yang menetapkan Benteng Kotano Wuna sebagai Cagar Budaya Benteng Terluas pada tanggal 22 Mei 2024.
Banyak yang bertanya-tanya, dimana letaknya benteng tersebut dan bagaimana rupanya (fotonya)? Ternyata beberapa nitizen sudah melakukan kunjungan langsung di benteng ini dan berhasil mendokumentasikan gambar-gambar benteng. Dari hasil pengamatan beberapa foto yang ada nampaknya Benteng Kotano Wuna berada di dalam hutan, sudah sebagian besar ditumbuhi banyak rumput dan pepohonan, tinggal puing-puing dan sebagian lagi mulai dilakukan pemugaran dengan membangun sisa-sisa tembok yang sudah runtuh. Disinilah banyak pihak yang mulai memberikan koreksi terhadap penetapan Benteng Kotano Wuna sebagai benteng terluas karena kondisinya yang kurang terurus, bangunannya tidak utuh dan terkesan terburu-buru menetapannya sebelum dilakukan pemugaran.
Adanya Rekor Muri terbaru mulai memunculkan anggapan bahwa Benteng Keraton Buton (Wolio) akan digantikan oleh Benteng Kotano Wuna sebagai benteng terluas di dunia dengan luas 165,9 Ha dengan panjang mencapai 8.073 meter, tinggi dan lebar benteng berkisar 3 sampai 4 meter.
Secara administratif Benteng Keraton Buton sebenarnya masih tercatat sebagai benteng terluas hal ini dibuktikan dalam penghargaan Guinness Book of World Record dan Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) sebagai benteng terluas di dunia tahun 2006 dengan luas 23,375 Ha dan keliling benteng sepanjang 2.740 meter.
Dibutuhkan upaya kerja keras dari Pemerintah Kabupaten Muna dan pihak-pihak terkait untuk mencatatkannya dalam Guinness Book of World Record dan lembaga Unesco agar benteng Kotano Wuna bisa menggeser Benteng Keraton Buton sebagai benteng terluas di dunia yang diakui secara de jure dan de facto oleh negara-negara luar.
BUKTI SEJARAH
Perlu diketahui Benteng Kotano Wuna tepatnya berada di Lokologou, Kecamatan Tongkuno, Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara. Benteng ini letaknya unit pemukiman Wuna sekitar 22 kilometer dari pusat Kota Raha (ibukota Kabupaten Muna).
Di dalam catatan sejarah Benteng Kotano Wuna pernah tercatat dalam Ikhtisar Etnografi Mengenai Muna yang ditulis dalam bahasa Belanda oleh Julius Couvreur (1900-1970) dengan judul buku Ethnografisch Overzicht van Moena yang diterbitkan pada tahun 1935. J. Couvreur sendiri merupakan kontrolir onderafdeling Muna (setara Bupati saat ini) yang menjabat tahun 1933-1935 yang kemudian buku tersebut diterjemahkan dalam bahasa Indonesia tahun 2001.
Dijelaskan bahwa Benteng Kotano Wuna mulai dibangun sekitar awal abad ke-15 dimasa pemerintahan Raja Muna Lakilaponto. Pembangunan struktur benteng kemudian disempurnahkan oleh Raja Muna La Posasu hingga pertengahan abad-15 tetapi dalam perkembangannya benteng ini diperkirakan mulai ditinggalkan oleh penduduk setempat karena perang, wabah penyakit dan kebijakan resettlement (program pemukiman penduduk lokal) pada masa orde baru sehingga kawasan ini tidak lagi dijadikan pemukiman penduduk yang layak. Sekian lama Benteng Kotano Wuna tidak lagi terurus akhirnya ditumbuhi oleh rumput, pohon, batu-batunya bentengnya semakin berkurang dan berantakan.