Mohon tunggu...
Darmin Hasirun
Darmin Hasirun Mohon Tunggu... Freelancer - Menulis Agar Menjaga Nalar Sehat

Saya hobi menulis, menganalisis, membaca, dan travelling

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Review Benteng Kotano Wuna Sebagai Benteng Terluas

25 Mei 2024   19:26 Diperbarui: 25 Mei 2024   19:36 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Darmin Hasirun

Ramai perbincangan di media sosial yang mengandung pro kontra pasca Ketua Umum Lembaga Museum Rekor-Dunia Indonesia, Prof. Dr. (H.C.) KP Jaya Suprana menandatangani piagam penghargaan Museum Rekor Dunia Indonesia yang menetapkan Benteng Kotano Wuna sebagai Cagar Budaya Benteng Terluas pada tanggal 22 Mei 2024.

Banyak yang bertanya-tanya, dimana letaknya benteng tersebut dan bagaimana rupanya (fotonya)? Ternyata beberapa nitizen sudah melakukan kunjungan langsung di benteng ini dan berhasil mendokumentasikan gambar-gambar benteng. Dari hasil pengamatan beberapa foto yang ada nampaknya Benteng Kotano Wuna berada di dalam hutan, sudah sebagian besar ditumbuhi banyak rumput dan pepohonan, tinggal puing-puing dan sebagian lagi mulai dilakukan pemugaran dengan membangun sisa-sisa tembok yang sudah runtuh. Disinilah banyak pihak yang mulai memberikan koreksi terhadap penetapan Benteng Kotano Wuna sebagai benteng terluas karena kondisinya yang kurang terurus, bangunannya tidak utuh dan terkesan terburu-buru menetapannya sebelum dilakukan pemugaran.

Adanya Rekor Muri terbaru mulai memunculkan anggapan bahwa Benteng Keraton Buton (Wolio) akan digantikan oleh Benteng Kotano Wuna sebagai benteng terluas di dunia dengan luas 165,9 Ha dengan panjang mencapai 8.073 meter, tinggi dan lebar benteng berkisar 3 sampai 4 meter.

Secara administratif Benteng Keraton Buton sebenarnya masih tercatat sebagai benteng terluas hal ini dibuktikan dalam penghargaan Guinness Book of World Record dan Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) sebagai benteng terluas di dunia tahun 2006 dengan luas 23,375 Ha dan keliling benteng sepanjang 2.740 meter.

Dibutuhkan upaya kerja keras dari Pemerintah Kabupaten Muna dan pihak-pihak terkait untuk mencatatkannya dalam Guinness Book of World Record dan lembaga Unesco agar benteng Kotano Wuna bisa menggeser Benteng Keraton Buton sebagai benteng terluas di dunia yang diakui secara de jure dan de facto oleh negara-negara luar.

BUKTI SEJARAH

Perlu diketahui Benteng Kotano Wuna tepatnya berada di Lokologou, Kecamatan Tongkuno, Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara. Benteng ini letaknya unit pemukiman Wuna sekitar 22 kilometer dari pusat Kota Raha (ibukota Kabupaten Muna).

Di dalam catatan sejarah Benteng Kotano Wuna pernah tercatat dalam Ikhtisar Etnografi Mengenai Muna yang ditulis dalam bahasa Belanda oleh Julius Couvreur (1900-1970) dengan judul buku Ethnografisch Overzicht van Moena yang diterbitkan pada tahun 1935. J. Couvreur sendiri merupakan kontrolir onderafdeling Muna (setara Bupati saat ini) yang menjabat tahun 1933-1935 yang kemudian buku tersebut diterjemahkan dalam bahasa Indonesia tahun 2001.

Dijelaskan bahwa Benteng Kotano Wuna mulai dibangun sekitar awal abad ke-15 dimasa pemerintahan Raja Muna Lakilaponto. Pembangunan struktur benteng kemudian disempurnahkan oleh Raja Muna La Posasu hingga pertengahan abad-15 tetapi dalam perkembangannya benteng ini diperkirakan mulai ditinggalkan oleh penduduk setempat karena perang, wabah penyakit dan kebijakan resettlement (program pemukiman penduduk lokal) pada masa orde baru sehingga kawasan ini tidak lagi dijadikan pemukiman penduduk yang layak. Sekian lama Benteng Kotano Wuna tidak lagi terurus akhirnya ditumbuhi oleh rumput, pohon, batu-batunya bentengnya semakin berkurang dan berantakan.

Menurut penuturan tokoh adat Muna, La Ode Sirad Imbo yang juga putra Raja Muna ke-36 mengatakan bahwa "Kerajaan Muna merupakan 4 kerajaan besar yang berada Provinsi Sulawesi, kerajaan Muna berdiri tahun 1371 hingga 1956, pada abad 15 lahir Raja Muna yang bernama La Pontoi. Dia jadi raja yang kedelapan. Kebesaran Kota Muna itu sebagai ibu kota kerajaan itu mulai dari sana. Pada masa kejayaannya ada benteng keliling, kelilingnya 8.073 meter. Semua perangkat kerajaan tinggal di dalam benteng".

Lanjutnya "untung ada bukunya J. Couvreur, mengenai Muna ini. Dia kan pernah dari kontroler disini selama kurang lebih 3 tahun, kontroler semacam Bupati sekarang pada tahun 1935. Yang paling penting dalam buku itu adalah lokasi benteng ini, dibuat dalam lingkaran. Salah satu lampiran dalam buku itu adalah gambar benteng. Berikut semua rumah-rumah para pejabat di dalamnya". (Sumber: kompastv. Mencari Kota Wuna yang Hilang, Ekspedisi Pulau Muna (1), 3 Maret 2018).

Berdasarkan pernyataan di atas, benteng Kerajaan Muna telah ada sejak abad ke-15 yang bertujuan sebagai benteng pertahanan dari serangan musuh. Di dalam buku yang ditulis oleh Couvreur menyatakan bahwa Kerajaan Muna merupakan satu diantara empat bharata yaitu Muna, Kulisusu, Tiworo dan Kalidupa. Keempat bharata ini wajib melindungi kerajaan Buton dari serangan musuh yang datang dari luar. (Sejarah dan Kebudayaan Kerajaan Muna, ditulis oleh J. Couvreur diterjemahkan oleh Dr. Rene van den Berg, 2001:10).

TINJAUAN KEMBALI KELAYAKAN BENTENG

Akibat Benteng Kotano Wuna sudah lama ditinggalkan oleh penduduk setempat sehingga banyak hal yang harus diperbaiki agar kondisi benteng utuh kembali layaknya benteng-benteng pada umumnya, seperti halnya benteng Keraton Buton yang sampai sekarang masih berdiri megah, sangat terawat dari meriam, struktur bangunan, masjid, bangunan utama benteng, gerbang, bahkan batu-batu yang tersusun didalam benteng masih terawat dengan baik. Begitu juga dengan benteng-benteng yang berada di luar negeri sebagai benteng peninggalkan masa lampau yang masih terawat hingga sekarang seperti benteng Queescliff (Australia), benteng Nizwa (Oman), Benteng Al Zubarah (Qatar), benteng Chittor Fort (India), Chitadel of Allepo (Suriah), dan Masada (Israel).

Kondisi Benteng Kotano Wuna yang masih jauh dari kata "Layak" sebagai benteng utuh dan original menjadikan tantangan tersendiri untuk menjadi perhatian utama semua pihak sehingga benteng ini bukan hanya sekedar berdiri tetapi semua komponen benteng termasuk filosofi pendirian, dan historis benteng harus terpenuhi agar bisa bersaing dengan benteng-benteng lain di dalam dan luar negeri. Disamping itu perlunya keterlibatan para akademisi dalam mendalami eksistensi benteng ini sehingga mempunyai landasan akademik yang kuat untuk dijadikan sebagai referensi dalam penbuktian keberadaan benteng Kotano Wuna.

Masyarakat pasti sangat menantikan upaya serius dari pemerintah dan pemerhati benteng agar bisa melahirkan benteng yang jauh lebih baik dan membanggakan bukan hanya masyarakat Kabupaten Muna tetapi masyarakat Indonesia di mata dunia yang menunjukan kehebatan orang-orang Nusantara dalam membangun peradaban manusia di masa lalu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun