Menurut penuturan tokoh adat Muna, La Ode Sirad Imbo yang juga putra Raja Muna ke-36 mengatakan bahwa "Kerajaan Muna merupakan 4 kerajaan besar yang berada Provinsi Sulawesi, kerajaan Muna berdiri tahun 1371 hingga 1956, pada abad 15 lahir Raja Muna yang bernama La Pontoi. Dia jadi raja yang kedelapan. Kebesaran Kota Muna itu sebagai ibu kota kerajaan itu mulai dari sana. Pada masa kejayaannya ada benteng keliling, kelilingnya 8.073 meter. Semua perangkat kerajaan tinggal di dalam benteng".
Lanjutnya "untung ada bukunya J. Couvreur, mengenai Muna ini. Dia kan pernah dari kontroler disini selama kurang lebih 3 tahun, kontroler semacam Bupati sekarang pada tahun 1935. Yang paling penting dalam buku itu adalah lokasi benteng ini, dibuat dalam lingkaran. Salah satu lampiran dalam buku itu adalah gambar benteng. Berikut semua rumah-rumah para pejabat di dalamnya". (Sumber: kompastv. Mencari Kota Wuna yang Hilang, Ekspedisi Pulau Muna (1), 3 Maret 2018).
Berdasarkan pernyataan di atas, benteng Kerajaan Muna telah ada sejak abad ke-15 yang bertujuan sebagai benteng pertahanan dari serangan musuh. Di dalam buku yang ditulis oleh Couvreur menyatakan bahwa Kerajaan Muna merupakan satu diantara empat bharata yaitu Muna, Kulisusu, Tiworo dan Kalidupa. Keempat bharata ini wajib melindungi kerajaan Buton dari serangan musuh yang datang dari luar. (Sejarah dan Kebudayaan Kerajaan Muna, ditulis oleh J. Couvreur diterjemahkan oleh Dr. Rene van den Berg, 2001:10).
TINJAUAN KEMBALI KELAYAKAN BENTENG
Akibat Benteng Kotano Wuna sudah lama ditinggalkan oleh penduduk setempat sehingga banyak hal yang harus diperbaiki agar kondisi benteng utuh kembali layaknya benteng-benteng pada umumnya, seperti halnya benteng Keraton Buton yang sampai sekarang masih berdiri megah, sangat terawat dari meriam, struktur bangunan, masjid, bangunan utama benteng, gerbang, bahkan batu-batu yang tersusun didalam benteng masih terawat dengan baik. Begitu juga dengan benteng-benteng yang berada di luar negeri sebagai benteng peninggalkan masa lampau yang masih terawat hingga sekarang seperti benteng Queescliff (Australia), benteng Nizwa (Oman), Benteng Al Zubarah (Qatar), benteng Chittor Fort (India), Chitadel of Allepo (Suriah), dan Masada (Israel).
Kondisi Benteng Kotano Wuna yang masih jauh dari kata "Layak" sebagai benteng utuh dan original menjadikan tantangan tersendiri untuk menjadi perhatian utama semua pihak sehingga benteng ini bukan hanya sekedar berdiri tetapi semua komponen benteng termasuk filosofi pendirian, dan historis benteng harus terpenuhi agar bisa bersaing dengan benteng-benteng lain di dalam dan luar negeri. Disamping itu perlunya keterlibatan para akademisi dalam mendalami eksistensi benteng ini sehingga mempunyai landasan akademik yang kuat untuk dijadikan sebagai referensi dalam penbuktian keberadaan benteng Kotano Wuna.
Masyarakat pasti sangat menantikan upaya serius dari pemerintah dan pemerhati benteng agar bisa melahirkan benteng yang jauh lebih baik dan membanggakan bukan hanya masyarakat Kabupaten Muna tetapi masyarakat Indonesia di mata dunia yang menunjukan kehebatan orang-orang Nusantara dalam membangun peradaban manusia di masa lalu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H