Kearifan Lokal dalam Perayaan Natal dan Tahun Baru ala Kepulauan Nias sangat kaya dengan tradisi dan nilai-nilai yang tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat. Tradisi-tradisi ini mencerminkan kebijaksanaan lokal yang diwariskan turun-temurun dan mengajarkan tentang pentingnya hubungan sosial, kebersamaan, serta penghormatan terhadap budaya dan agama. Beberapa aspek kearifan lokal yang tak bisa dilepaskan dalam perayaan Natal dan Tahun Baru di Kepulauan Nias antara lain:
1. Salam "Ya'ahowu"
Salam Ya'ahowu adalah salam khas masyarakat Nias yang digunakan dalam berbagai kesempatan, termasuk dalam perayaan Natal dan Tahun Baru. Ya'ahowu memiliki arti "selamat" atau "semoga selalu diberkahi," dan sering digunakan untuk menyambut tamu atau menyapa keluarga dan teman-teman dekat. Dalam perayaan Natal dan Tahun Baru, ucapan ini menjadi simbol kedamaian dan kebahagiaan yang ingin dibagikan kepada orang lain. Penggunaan Ya'ahowu mencerminkan semangat positif yang ingin disebarkan dalam merayakan momen penuh sukacita tersebut.
2. Sumange
Sumange adalah pemberian ungkapan berupa tindakan yang sering digunakan oleh masyarakat Nias dalam menyampaikan harapan atau doa kepada sesama. Artinya adalah "semoga sejahtera" atau "semoga bahagia." Dalam konteks Natal dan Tahun Baru, ungkapan sumange menjadi doa berupa tindakan agar seluruh umat Kristiani dan masyarakat pada umumnya diberkahi dengan kesejahteraan, kesehatan, dan kebahagiaan di tahun yang baru. Sumange mencerminkan nilai kebersamaan dan rasa saling peduli dalam kehidupan sosial masyarakat Nias.
Sumange adalah bagian integral dari budaya Nias yang menggambarkan pemberian penghormatan, doa, dan harapan yang baik kepada orang lain, terutama kepada tamu yang dihormati. Melalui sumange, masyarakat Nias menunjukkan rasa kasih dan perhatian yang mendalam kepada orang lain, baik dalam bentuk ucapan, pemberian barang, atau tindakan nyata. Tradisi ini bukan hanya sekadar pemberian materi, tetapi lebih pada makna sosial dan spiritual yang terkandung dalam setiap pemberian, yang memperkuat hubungan antar anggota masyarakat dan menjaga keberlanjutan nilai-nilai kearifan lokal di Pulau Nias.
3. Simbi Bawi (Memberikan Berkat kepada Saudara)
Dalam perayaan Natal dan Tahun Baru, kebiasaan memberikan simbi bawi atau berkat kepada saudara, baik berupa uang, makanan, atau hadiah lainnya adalah sebuah tradisi yang sangat dihargai. Simbi bawi ini menggambarkan rasa kasih sayang, perhatian, dan ikatan kekeluargaan yang kuat antar sesama. Melalui pemberian ini, keluarga dan kerabat saling mendoakan dan berharap agar hidup mereka diberkati, baik dalam aspek spiritual maupun material. Tradisi ini menunjukkan pentingnya berbagi berkat dengan orang lain, terutama pada saat perayaan besar seperti Natal dan Tahun Baru.
Pemberian sumange dan simbi bawi daging babi dalam budaya Nias merupakan simbol penghormatan yang mendalam kepada tamu atau anggota keluarga yang dihormati. Dalam konteks ini, sumange adalah ungkapan doa atau harapan agar orang yang menerima berkat tersebut selalu diberkahi dengan kebahagiaan, kesehatan, dan kesejahteraan. Sementara itu, simbi bawi adalah pemberian berkat berupa daging babi, yang dianggap sebagai simbol kemakmuran, kelimpahan, dan hubungan yang harmonis. Daging babi dalam budaya Nias sering kali digunakan dalam perayaan adat atau acara penting, dan dianggap sebagai simbol persatuan serta penghormatan yang tinggi. Ketika diberikan kepada tamu atau kerabat, ini menunjukkan rasa hormat dan doa agar hubungan sosial tetap erat dan diberkahi. Pemberian ini juga mencerminkan tradisi berbagi yang kuat dalam komunitas Nias.