Gerakan tangan yang membawa properti seperti tombak, pedang, dan baluse mempertegas semangat perlawanan dalam tarian ini. Gerakan yang dinamis dan penuh energi ini juga mencerminkan semangat hidup masyarakat Nias yang tidak kenal lelah dalam menjaga dan melestarikan budaya serta identitas mereka.
4. Kostum Penari Tari Baluse
Kostum yang dikenakan oleh penari Tari Baluse adalah representasi dari pakaian perang tradisional masyarakat Nias. Kostum ini terdiri dari kombinasi warna-warna yang melambangkan keberanian dan semangat juang, seperti kuning, merah, dan hitam.Â
Warna-warna ini memiliki makna simbolis, di mana kuning melambangkan keberanian dan kemuliaan, merah menunjukkan semangat perjuangan, dan hitam sebagai simbol keteguhan dan kekuatan yang tidak tergoyahkan.Â
Kostum ini juga menggambarkan status sosial dan peran dalam masyarakat, di mana pemuda Nias yang mengenakan kostum ini diharapkan menjadi pemimpin dan penjaga tradisi. Dalam konteks pendidikan, kostum ini mengajarkan nilai disiplin, identitas, dan tanggung jawab yang harus dimiliki oleh setiap individu dalam komunitas.
5. Pertunjukan Tari Baluse: Dari Penyambutan hingga Simbol Perlawanan
Pada masa lalu, Tari Baluse ditampilkan dalam konteks peperangan dan perayaan kemenangan. Namun, seiring berjalannya waktu, tarian ini sering kali ditampilkan dalam berbagai acara adat dan penyambutan tamu, terutama dalam bentuk yang dikenal dengan nama Tari Fataele.Â
Meskipun demikian, meskipun tampil sebagai tarian selamat datang, esensi dan makna yang terkandung dalam Tari Baluse tetap terjaga, yaitu sebagai simbol ketahanan dan perlawanan terhadap kekuasaan yang menindas.
Dalam konteks modern, Tari Baluse tidak hanya mempertahankan nilai-nilai budaya, tetapi juga menjadi sarana pendidikan yang mengajarkan semangat juang dan kebersamaan.Â
Tarian ini mengingatkan kita bahwa kebudayaan lokal, meskipun terpinggirkan oleh globalisasi dan perubahan zaman, tetap memiliki kekuatan untuk bertahan dan menginspirasi generasi penerus dalam menghadapi tantangan zaman.Â