Mohon tunggu...
Darmawan Harefa
Darmawan Harefa Mohon Tunggu... Dosen - Mahasiswa Program Doktor Universitas Pendidikan Ganesha

Ilmu Pendidikan, Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Pendidikan Fisika

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Sokhi Mate Moroi Aila: Filosofi Nias yang Terjajah oleh Kekuasaan dan Kemajuan Pendidikan Modern

28 November 2024   15:13 Diperbarui: 28 November 2024   16:31 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Filsafat sökhi mate moroi aila (lebih baik mati dari pada hidup dalam malu) adalah nilai inti dalam budaya Nias yang menekankan pentingnya kehormatan dan martabat pribadi serta keluarga. Filsafat ini telah menjadi pedoman hidup yang mengarahkan individu untuk menjaga kehormatan melalui prestasi dan integritas sosial. Namun, dalam konteks modernitas, filsafat ini menghadapi tantangan besar akibat kemajuan pendidikan modern dan pengaruh kekuasaan eksternal. Pendidikan formal yang berkembang, yang lebih menekankan pada kesuksesan individu dan mobilitas sosial, sering kali bertentangan dengan nilai-nilai kolektif yang dijunjung tinggi dalam budaya Nias. 

Selain itu, kebijakan pemerintahan yang lebih menekankan pada keseragaman sosial dan nilai universal sering mengurangi ruang bagi penghargaan terhadap nilai-nilai lokal. Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji dampak perubahan sosial dan budaya yang disebabkan oleh kemajuan pendidikan dan kekuasaan eksternal terhadap pemahaman masyarakat Nias terhadap sökhi mate moroi aila, serta bagaimana masyarakat Nias dapat mengkontekstualisasikan nilai-nilai tradisional ini dalam kehidupan modern tanpa kehilangan esensinya. Melalui pendekatan analitis, tulisan ini menggali ketegangan antara nilai-nilai tradisional dan tuntutan modernitas serta memberikan wawasan mengenai upaya pelestarian budaya dalam menghadapi tantangan zaman.

Filosofi sökhi mate moroi aila (yang harfiah berarti "lebih baik mati dari pada hidup dalam malu") adalah salah satu ajaran paling mendalam yang melekat dalam budaya Nias (Ono Niha). Filosofi ini mencerminkan pandangan hidup masyarakat Nias yang sangat mengedepankan kehormatan, martabat, dan harga diri. Dalam konteks ini, kehormatan dianggap sebagai aspek terpenting dari kehidupan seseorang, bahkan lebih berharga daripada hidup itu sendiri. Ungkapan ini tidak hanya menggambarkan keberanian atau keteguhan individu dalam menghadapi rasa malu, tetapi juga menegaskan nilai-nilai sosial yang kuat, di mana keluarga dan komunitas memainkan peran penting dalam menjaga nama baik dan reputasi setiap anggotanya.

Namun, seiring dengan berjalannya waktu, pengaruh luar-terutama kemajuan pendidikan modern dan kekuasaan dari pemerintah pusat-telah membawa perubahan signifikan dalam pola pikir masyarakat Nias. Pendidikan formal yang diperkenalkan oleh kolonialisme dan kemudian oleh negara Republik Indonesia, beserta sistem pemerintahan yang terpusat, telah memperkenalkan nilai-nilai yang seringkali bertentangan dengan filosofi tradisional seperti sökhi mate moroi aila. Pendidikan modern lebih menekankan pada pencapaian pribadi, rasionalitas, dan efisiensi, sementara nilai-nilai seperti kehormatan kolektif dan martabat sosial yang sangat dihargai oleh masyarakat Nias, mulai dipandang kurang relevan dalam dunia yang semakin modern dan individualistis.

Proses modernisasi ini tidak hanya mempengaruhi cara berpikir individu, tetapi juga mengubah cara masyarakat Nias berinteraksi dengan struktur sosial mereka. Pembelajaran formal yang lebih menekankan pada pengetahuan dan keterampilan praktis, ditambah dengan tekanan dari kekuasaan politik yang lebih sentralistik, sering kali mengabaikan kearifan lokal dan kebijaksanaan tradisional yang telah teruji oleh waktu. Pendidikan yang lebih rasional dan berorientasi pada kemajuan materi terkadang menganggap nilai-nilai tradisional sebagai sesuatu yang kuno dan perlu ditinggalkan demi perkembangan sosial dan ekonomi yang lebih maju.

Di sisi lain, kekuasaan politik yang terpusat dan kebijakan negara yang berlaku di tingkat nasional juga memberi pengaruh besar dalam mengubah struktur sosial dan budaya di Nias. Di bawah pengaruh negara modern, masyarakat Nias mulai mengenal sistem pemerintahan yang lebih birokratis, hukum yang seragam, dan norma sosial yang lebih bersifat universal, yang tidak selalu sejalan dengan nilai-nilai adat dan filsafat hidup mereka. Tuntutan untuk menyesuaikan diri dengan sistem ini sering kali mengorbankan warisan budaya yang telah menjadi bagian penting dari identitas mereka, termasuk pemahaman tentang kehormatan dan martabat yang terkandung dalam sökhi mate moroi aila.

Proses ini dapat dipahami sebagai suatu bentuk penjajahan budaya, di mana kebudayaan lokal, dengan nilai-nilai dan sistem filosofinya, terpaksa harus beradaptasi atau bahkan mengalah terhadap kekuatan eksternal yang mendominasi. Dampaknya adalah terciptanya ketegangan antara nilai-nilai tradisional dan modern, antara sistem pendidikan yang bersifat global dan sistem sosial yang lebih berakar pada budaya lokal. Masyarakat Nias kini menghadapi dilema dalam mempertahankan ajaran dan pandangan hidup mereka yang tradisional, seperti sökhi mate moroi aila, di tengah tuntutan modernisasi yang terus berkembang. Oleh karena itu, penting untuk menelusuri bagaimana filosofi sökhi mate moroi aila dapat terjajah dan mengalami transformasi dalam menghadapi pengaruh pendidikan modern dan kekuasaan negara. Apa dampaknya bagi identitas budaya orang Nias? Bagaimana nilai-nilai seperti kehormatan dan martabat yang terkandung dalam filosofi ini masih bisa bertahan atau bahkan beradaptasi dalam dunia yang semakin global dan terstruktur oleh kekuasaan eksternal?

Filosofi sökhi mate moroi aila (lebih baik mati daripada hidup dalam malu) adalah sebuah prinsip hidup yang menggambarkan pemahaman mendalam orang Nias tentang kehormatan, martabat, dan harga diri. Ungkapan ini menyiratkan bahwa menjaga kehormatan diri, keluarga, dan komunitas jauh lebih penting daripada kehidupan itu sendiri. Seiring berjalannya waktu, filosofi ini telah menghadapi berbagai tantangan dari kemajuan pendidikan modern dan kekuasaan eksternal, yang membawa dampak besar terhadap cara pandang masyarakat Nias, terutama dalam hubungan mereka dengan nilai-nilai tradisional.

1. Makna Filosofi Sökhi Mate Moroi Aila dalam Konteks Budaya Nias

Di Nias, kehormatan adalah inti dari kehidupan sosial dan pribadi seseorang. Bagi masyarakat Nias, reputasi dan kehormatan bukan hanya milik individu, tetapi merupakan tanggung jawab kolektif keluarga dan komunitas. Kehormatan ini diukur dari cara seseorang berinteraksi dengan orang lain, mematuhi norma-norma adat, dan menjalankan peran sosialnya dengan baik. Dalam hal ini, kehilangan kehormatan atau mengalami rasa malu adalah hal yang sangat memalukan dan dianggap sebagai keadaan yang lebih buruk daripada kematian itu sendiri.

Filosofi ini mencerminkan pandangan hidup yang sangat menghargai kesetiaan terhadap nilai-nilai adat, solidaritas sosial, dan keterhubungan antar anggota komunitas. Oleh karena itu, seseorang yang melanggar norma atau kehilangan kehormatan bisa merasa bahwa lebih baik mengakhiri hidupnya daripada hidup dalam rasa malu yang tak tertahankan.

2. Pengaruh Pendidikan Modern terhadap Masyarakat Nias

Seiring dengan kemajuan pendidikan modern yang diperkenalkan oleh pemerintah kolonial Belanda dan dilanjutkan oleh pemerintah Indonesia, masyarakat Nias (Ono Niha) mulai dikenalkan dengan sistem pendidikan yang lebih formal dan rasional. Pendidikan ini lebih menekankan pada penguasaan ilmu pengetahuan dan keterampilan teknis yang bersifat individualistik, dibandingkan dengan pendidikan berbasis nilai-nilai tradisional dan sosial yang ada dalam masyarakat Nias.

Dalam sistem pendidikan modern, individu lebih diajarkan untuk berorientasi pada pencapaian pribadi, efisiensi, dan keberhasilan materiil. Nilai-nilai seperti kehormatan kolektif, tanggung jawab terhadap keluarga dan komunitas, serta pentingnya menjaga nama baik, seringkali tidak mendapat tempat dalam kurikulum yang lebih mengutamakan pengetahuan praktis dan kompetensi profesional.

Proses ini menyebabkan ketegangan antara nilai-nilai tradisional yang dijunjung tinggi dalam budaya Nias dan sistem pendidikan yang menekankan individualisme serta kesuksesan pribadi. Pendidikan modern sering kali dianggap lebih penting dan lebih berguna dalam menghadapi tantangan dunia modern, sementara ajaran tentang sökhi mate moroi aila semakin dianggap kuno atau tidak relevan.

3. Kekuasaan Eksternal dan Penerapan Nilai-Nilai Negara

Selain pendidikan, pengaruh kekuasaan eksternal melalui struktur pemerintahan juga memainkan peran penting dalam mengubah cara pandang orang Nias terhadap kehidupan dan nilai-nilai budaya mereka. Sistem pemerintahan Indonesia yang sentralistik dan universal cenderung mengabaikan pluralitas budaya dan nilai-nilai lokal, termasuk filosofi kehidupan orang Nias yang sangat terkait dengan kehormatan.

Seiring dengan penerapan kebijakan pembangunan dan pemerintahan yang menekankan integrasi nasional, banyak nilai-nilai tradisional yang dianggap tidak sesuai dengan norma-norma negara modern. Pemerintah pusat lebih cenderung mempromosikan nilai-nilai yang berbasis pada keseragaman hukum, birokrasi, dan administrasi yang efisien, yang seringkali berbenturan dengan nilai-nilai lokal yang lebih kolektif dan terikat pada struktur adat.

Dalam banyak kasus, masyarakat Nias harus menyesuaikan diri dengan sistem yang lebih birokratis dan berorientasi pada hasil material, yang mengurangi ruang bagi mereka untuk mempertahankan nilai-nilai kehormatan dan martabat yang sudah menjadi bagian integral dari kehidupan mereka. Proses ini sering disebut sebagai bentuk "penjajahan" budaya, di mana sistem pemerintahan dan kebijakan negara mengurangi keberadaan atau bahkan menghapuskan nilai-nilai lokal yang dianggap tidak sejalan dengan pembangunan nasional.

4. Dampak Modernisasi terhadap Identitas Budaya Nias

Pengaruh pendidikan modern dan kekuasaan eksternal ini tidak hanya mempengaruhi cara berpikir individu, tetapi juga menyebabkan perubahan dalam struktur sosial dan budaya masyarakat Nias. Nilai-nilai tradisional seperti skhi mate moroi aila yang sangat menekankan pentingnya kehormatan mulai digantikan oleh paradigma baru yang lebih pragmatis, di mana keberhasilan dan kesejahteraan individu lebih dihargai.

Seiring dengan modernisasi, generasi muda Nias mulai cenderung memprioritaskan pencapaian pendidikan formal, karier, dan mobilitas sosial di atas pertahankan nilai-nilai kehormatan tradisional. Akibatnya, filosofi tentang hidup dan mati demi kehormatan yang selama ini menjadi pegangan hidup masyarakat Nias, semakin terpinggirkan. Generasi muda kini lebih banyak terpapar oleh nilai-nilai universal seperti kesetaraan, hak asasi manusia, dan kebebasan individu yang lebih sesuai dengan dunia global yang lebih terbuka.

Di sisi lain, beberapa kalangan di Nias masih berusaha untuk mempertahankan ajaran skhi mate moroi aila sebagai bagian dari identitas budaya mereka. Mereka berusaha untuk menemukan keseimbangan antara menjalani kehidupan modern yang lebih rasional dan materialistik, dengan mempertahankan nilai-nilai kehormatan dan martabat yang telah diwariskan oleh leluhur mereka.

5. Kesimpulan: Antara Tradisi dan Modernitas

Filosofi sökhi mate moroi aila menggambarkan betapa pentingnya kehormatan dan martabat dalam kehidupan masyarakat Nias. Namun, pengaruh pendidikan modern dan kekuasaan eksternal yang datang dari luar telah memberikan dampak besar terhadap cara pandang masyarakat Nias terhadap kehidupan dan nilai-nilai tradisional mereka. Meskipun nilai-nilai tradisional semakin tergerus oleh modernitas, masih ada upaya untuk mempertahankan dan mengadaptasi filosofi tersebut agar tetap relevan dalam konteks kehidupan yang semakin global dan terhubung.

Penjajahan budaya yang terjadi melalui modernisasi pendidikan dan kekuasaan eksternal menunjukkan adanya konflik antara nilai-nilai lokal dan nilai-nilai yang lebih bersifat global atau universal. Oleh karena itu, penting untuk terus menggali dan melestarikan nilai-nilai budaya yang terkandung dalam filosofi sökhi mate moroi aila, sekaligus memberikan ruang untuk adaptasi terhadap perubahan zaman yang tidak bisa dihindari. Dalam menghadapi perubahan ini, masyarakat Nias perlu menemukan cara untuk menjaga keseimbangan antara tradisi dan kemajuan tanpa kehilangan identitas budaya mereka yang unik dan penuh makna.

Dampak/Pengaruh Filsafat Skhi Mate Moroi Aila dalam Kehidupan Masyarakat Nias

Filsafat sökhi mate moroi aila, yang secara harfiah berarti "lebih baik mati daripada hidup dalam malu," merupakan salah satu ajaran dasar dalam budaya masyarakat Nias yang sangat menekankan pentingnya kehormatan, martabat, dan harga diri. Dalam kehidupan masyarakat Nias, nilai-nilai ini menjadi pedoman dalam banyak aspek kehidupan, dari hubungan sosial hingga bagaimana seseorang mempersepsikan dirinya sendiri dalam konteks komunitas. Meskipun filsafat ini memiliki banyak dampak positif yang mendorong kemajuan dalam berbagai bidang, ia juga memiliki dampak negatif yang mempengaruhi cara pandang masyarakat terhadap kehidupan dan hubungan mereka dengan norma sosial serta agama. Berikut ini adalah pembahasan mengenai dampak positif dan negatif dari filsafat sökhi mate moroi aila dalam kehidupan masyarakat Nias.

1. Dampak Positif Filsafat Sökhi Mate Moroi Aila

Filsafat sökhi mate moroi aila memberikan pengaruh yang besar terhadap kehidupan masyarakat Nias dalam hal memperjuangkan kehormatan dan martabat diri, yang pada gilirannya memotivasi individu untuk berusaha lebih keras dalam berbagai aspek kehidupan. Beberapa dampak positif dari filsafat ini adalah sebagai berikut:

1) Peningkatan Martabat Keluarga dan Individu

Filsafat ini telah mendorong masyarakat Nias untuk berusaha menjaga dan meningkatkan martabat keluarga serta martabat pribadi. Kehormatan dianggap sebagai aspek yang sangat penting dalam budaya Nias, sehingga setiap individu berusaha untuk berbuat baik agar tidak mencoreng nama keluarga atau komunitas. Salah satu cara untuk mencapai ini adalah dengan berusaha sukses dalam pendidikan dan kehidupan sosial. Banyak anak muda di Nias yang termotivasi untuk meraih gelar pendidikan setinggi-tingginya, karena prestasi pendidikan dianggap sebagai salah satu cara terbaik untuk menjaga dan meningkatkan martabat diri serta keluarga mereka.

2) Dorongan untuk Mencapai Keberhasilan Material

Filsafat ini juga mendorong individu untuk mengumpulkan kekayaan dan mencapai kesuksesan material sebagai bagian dari usaha untuk menjaga dan meningkatkan kehormatan. Dalam masyarakat Nias, memiliki harta benda dan kekayaan yang cukup dapat memberikan pengakuan sosial yang penting. Dengan bekerja keras untuk mengumpulkan harta, individu tidak hanya meningkatkan status sosial mereka, tetapi juga memberi kontribusi positif terhadap perekonomian keluarga dan masyarakat.

3) Penghargaan terhadap Pendidikan dan Pengetahuan

Salah satu dampak positif filsafat ini adalah dorongan kuat terhadap pendidikan. Karena kehormatan pribadi dan keluarga seringkali diukur berdasarkan pencapaian pendidikan dan prestasi akademik, banyak orang tua di Nias yang mendorong anak-anak mereka untuk menempuh pendidikan yang lebih tinggi. Hal ini menghasilkan peningkatan tingkat melek huruf dan pengetahuan di kalangan masyarakat Nias, yang pada gilirannya dapat mempercepat kemajuan sosial dan ekonomi mereka. Pendidikan dianggap sebagai salah satu cara terbaik untuk menjaga martabat keluarga dan meningkatkan status sosial.

4) Kekuatan Kolektif dalam Komunitas

Filosofi sökhi mate moroi aila juga berperan dalam membangun solidaritas sosial di dalam masyarakat Nias. Masyarakat yang menghargai kehormatan bersama akan lebih cenderung untuk saling membantu dan mendukung satu sama lain dalam menjaga martabat kolektif. Komunitas yang berbasis pada nilai kehormatan ini akan lebih kuat dalam menghadapi tantangan sosial dan ekonomi karena mereka memiliki rasa saling memiliki dan tanggung jawab terhadap kesejahteraan bersama.

2. Dampak Negatif Filsafat Sökhi Mate Moroi Aila

Meskipun filsafat sökhi mate moroi aila memiliki banyak dampak positif, tidak dapat dipungkiri bahwa filsafat ini juga memiliki dampak negatif, terutama ketika dihadapkan dengan perubahan zaman, pengaruh luar, dan modernisasi. Beberapa dampak negatif yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut:

1) Kehilangan Keseimbangan Antara Kehormatan dan Kehidupan Pribadi

Salah satu dampak negatif utama dari filsafat ini adalah penekanan yang berlebihan pada kehormatan yang dapat mengorbankan kehidupan pribadi individu. Dalam beberapa kasus, individu merasa tertekan untuk terus-menerus mempertahankan citra diri yang sempurna di mata masyarakat, yang dapat menyebabkan stres dan ketidakbahagiaan pribadi. Tekanan untuk selalu "menghindari rasa malu" dapat menghambat seseorang untuk menjalani hidup dengan cara yang lebih otentik dan jujur. Terkadang, individu lebih mementingkan penampilan atau status sosial mereka, ketimbang kesejahteraan emosional dan mental mereka sendiri.

2) Penyebaran Norma Sosial yang Ketat dan Menyulitkan

Filosofi sökhi mate moroi aila juga mendorong penerapan norma sosial yang sangat ketat dan bisa membatasi kebebasan individu, terutama bagi mereka yang tidak sesuai dengan harapan atau standar sosial yang berlaku. Dalam masyarakat Nias yang sangat mementingkan kehormatan keluarga, setiap tindakan atau keputusan yang dianggap mencoreng citra keluarga bisa membawa dampak sosial yang sangat besar. Hal ini bisa menyebabkan ketegangan, kecemasan, atau bahkan penghinaan terhadap individu atau keluarga yang dianggap gagal menjaga kehormatan.

3) Peran Gereja dalam Pergumulan Moral

Filsafat ini juga telah menjadi pergumulan dalam konteks gereja di Nias. Gereja, dengan ajaran-ajarannya yang berfokus pada kasih, penerimaan, dan pengampunan, sering kali bersinggungan dengan nilai-nilai tradisional yang lebih menekankan pada keadilan sosial berdasarkan kehormatan. Di dalam tradisi Nias, jika seseorang mengalami kegagalan atau merasa malu karena suatu alasan, ada kecenderungan untuk merasa terasing atau terpinggirkan, dan ini sering kali bertentangan dengan ajaran gereja yang lebih mengedepankan penerimaan tanpa syarat terhadap setiap individu. Dampak negatifnya adalah munculnya dualisme dalam kehidupan moral masyarakat Nias, di mana nilai tradisional dan ajaran agama yang berbasis kasih sering kali berbenturan.

4) Perkembangan Individualisme yang Tidak Seimbang

Seiring dengan pengaruh modernisasi, filsafat skhi mate moroi aila dapat mendorong perkembangan individualisme yang berlebihan dalam masyarakat Nias. Ketika individu lebih fokus pada pencapaian pribadi untuk menjaga martabatnya, sering kali nilai-nilai kolektivisme yang mengutamakan kebersamaan dan tanggung jawab terhadap keluarga atau komunitas mulai terkikis. Hal ini bisa menurunkan rasa solidaritas dalam masyarakat, karena orang lebih cenderung untuk berfokus pada keberhasilan pribadi, ketimbang kebersamaan dan kepentingan komunitas.

5) Tantangan dalam Menghadapi Globalisasi dan Modernisasi

Dampak negatif lainnya adalah tantangan dalam beradaptasi dengan nilai-nilai globalisasi dan modernisasi. Nilai-nilai seperti sökhi mate moroi aila, yang sangat terikat pada penghargaan terhadap kehormatan sosial, mulai dianggap ketinggalan zaman di tengah masyarakat yang semakin dipengaruhi oleh pemikiran rasional dan praktis. Sering kali, masyarakat Nias merasa terjepit antara mempertahankan tradisi mereka yang sudah ada berabad-abad dan tuntutan untuk beradaptasi dengan dunia modern yang lebih mengutamakan individualisme, materialisme, dan keberhasilan pribadi.

Filsafat sökhi mate moroi aila telah memberikan dampak yang signifikan dalam kehidupan masyarakat Nias, baik dari segi positif maupun negatif. Di sisi positif, filsafat ini telah mendorong peningkatan martabat keluarga dan individu, memperkuat nilai-nilai pendidikan, dan mempererat solidaritas sosial. Namun, di sisi negatif, filsafat ini juga telah menciptakan tekanan sosial yang besar bagi individu, menumbuhkan norma yang terlalu ketat, dan menyebabkan ketegangan antara nilai-nilai tradisional dengan ajaran agama serta perkembangan global.

Untuk menghadapi dampak negatif ini, masyarakat Nias perlu menemukan keseimbangan yang lebih baik antara menjaga kehormatan sebagai bagian dari identitas budaya mereka dan membuka diri terhadap perubahan zaman yang membawa nilai-nilai baru. Dengan demikian, nilai-nilai seperti skhi mate moroi aila tetap dapat dilestarikan, tetapi tidak menimbulkan dampak negatif yang merugikan kehidupan pribadi dan sosial masyarakat.

 

Upaya Kontekstualisasi Terhadap Filsafat Sökhi Mate Moroi Aila dalam Kehidupan Masyarakat Nias Kontemporer

Filsafat sökhi mate moroi aila ("lebih baik mati daripada hidup dalam malu") telah lama menjadi panduan hidup bagi masyarakat Nias. Filosofi ini berakar pada nilai-nilai adat yang sangat mengutamakan kehormatan pribadi, keluarga, dan komunitas. Dalam konteks sosial Nias, menjaga kehormatan adalah hal yang sangat penting, dan kehilangan kehormatan dipandang sebagai keadaan yang lebih buruk daripada kematian itu sendiri. Namun, seiring dengan berjalannya waktu dan kemajuan dalam bidang pendidikan, globalisasi, serta perubahan struktur sosial yang semakin dipengaruhi oleh sistem negara dan agama, banyak nilai-nilai tradisional, termasuk filsafat sökhi mate moroi aila, menghadapi tantangan besar. Oleh karena itu, penting untuk mencari cara agar filosofi ini tetap relevan dan kontekstual dalam kehidupan masyarakat Nias kontemporer, tanpa kehilangan esensinya.

1. Kontekstualisasi Melalui Pendidikan dan Penyuluhan

Salah satu cara untuk melakukan kontekstualisasi terhadap filsafat skhi mate moroi aila adalah melalui pendidikan. Pendidikan formal yang berkembang pesat dalam masyarakat Nias harus dapat menjadi sarana untuk menanamkan nilai-nilai tradisional yang bersifat kolektif, seperti kehormatan dan martabat, namun dalam kerangka yang lebih terbuka dan fleksibel terhadap perubahan zaman. Pendidikan tidak hanya berfungsi untuk meningkatkan keterampilan teknis dan pengetahuan akademik, tetapi juga sebagai wadah untuk menanamkan pemahaman tentang pentingnya menjaga keseimbangan antara pencapaian pribadi dan kehormatan sosial.

Upaya kontekstualisasi pendidikan dapat dilakukan dengan cara menyusun kurikulum yang memasukkan nilai-nilai budaya lokal, termasuk filsafat sökhi mate moroi aila, dalam konteks yang lebih relevan dengan situasi masyarakat modern. Misalnya, sekolah-sekolah di Nias dapat mengajarkan pentingnya menjaga kehormatan dan martabat diri, namun dengan penekanan bahwa penghormatan tersebut tidak harus mengorbankan kebahagiaan atau kesejahteraan pribadi. Hal ini dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam kepada generasi muda bahwa menjaga martabat tidak berarti harus terjebak dalam tekanan sosial yang membatasi kebebasan individu.

2. Integrasi Nilai-Nilai Tradisional dengan Ajaran Agama

Kontekstualisasi filsafat sökhi mate moroi aila juga dapat dilakukan dengan mengintegrasikannya dalam ajaran agama yang ada di Nias, khususnya dalam ajaran Kristen yang dominan. Gereja-gereja di Nias memiliki peran penting dalam membentuk pandangan moral dan etika masyarakat. Dalam banyak kasus, ajaran agama tentang kasih, pengampunan, dan penerimaan dapat berfungsi sebagai penyeimbang bagi norma sosial yang ketat dalam masyarakat tradisional.

Upaya kontekstualisasi agama dalam hal ini adalah dengan mengajarkan bahwa kehormatan tidak hanya terbatas pada aspek duniawi, tetapi juga mencakup nilai-nilai spiritual. Konsep tentang skhi mate moroi aila dapat dipadukan dengan ajaran-ajaran agama yang lebih inklusif dan penuh kasih, seperti bagaimana seseorang dapat menjaga martabat diri tanpa terjebak dalam rasa malu yang berlebihan atau dalam tekanan sosial yang merusak. Gereja dapat berperan dalam memberikan penekanan bahwa kehormatan sejati bukan hanya terkait dengan status sosial, tetapi juga dengan kehidupan yang berlandaskan pada kasih dan pengampunan yang diajarkan dalam agama.

3. Penyelarasan dengan Realitas Sosial dan Ekonomi Terkini

Seiring dengan perubahan sosial dan ekonomi yang terjadi, masyarakat Nias kini menghadapi tantangan besar untuk bertahan dalam dinamika global yang semakin terhubung. Fenomena seperti globalisasi, perkembangan teknologi, dan perubahan pola ekonomi memberi dampak besar terhadap kehidupan sosial dan budaya mereka. Oleh karena itu, kontekstualisasi filsafat ini harus mempertimbangkan realitas sosial dan ekonomi yang ada. Masyarakat Nias perlu memahami bahwa kehormatan bukan lagi hanya diukur dari aspek fisik atau materi, tetapi juga dari kualitas hidup yang lebih seimbang.

Misalnya, dalam masyarakat Nias yang kini lebih terhubung dengan dunia luar, pencapaian pribadi, seperti meraih kesuksesan dalam karier atau bidang profesional, harus dipandang sebagai bagian dari penghormatan terhadap diri sendiri. Di sisi lain, pemahaman tentang kehormatan juga harus mencakup kepedulian terhadap kesejahteraan komunitas dan lingkungan. Dengan kata lain, menghormati diri sendiri dan keluarga bisa dilakukan dengan berkontribusi pada masyarakat melalui pekerjaan yang bermanfaat, bukan sekadar mengejar harta atau status sosial.

Kontekstualisasi sosial-ekonomi juga bisa mengajak masyarakat Nias untuk melihat bahwa kekayaan dan status sosial, meskipun penting dalam budaya mereka, bukan satu-satunya tolok ukur kehormatan. Kehormatan dapat pula tercapai melalui partisipasi dalam kegiatan sosial, kerja keras untuk menciptakan lapangan pekerjaan, serta berbagi pengetahuan dan keterampilan dengan generasi muda. Peningkatan kualitas hidup yang berbasis pada solidaritas sosial dan perhatian terhadap sesama juga bisa menjadi bagian dari pemeliharaan kehormatan dalam kehidupan modern.

4. Mengatasi Tantangan Tekanan Sosial Melalui Dialog Budaya

Dalam masyarakat Nias, tekanan sosial untuk selalu menjaga citra dan kehormatan keluarga dapat menjadi beban berat yang berpotensi merusak kesehatan mental individu. Rasa takut akan kehilangan kehormatan, yang sering kali dianggap lebih buruk daripada kematian, bisa menyebabkan stres dan kecemasan yang mengganggu kesejahteraan individu. Untuk itu, penting untuk menciptakan dialog budaya yang memungkinkan masyarakat untuk berbicara secara terbuka mengenai perasaan, kesulitan, dan harapan mereka tanpa merasa takut atau malu.

Kontekstualisasi filsafat ini dapat dilakukan dengan cara membangun ruang untuk refleksi dan diskusi tentang nilai-nilai kehormatan yang lebih realistis dan sehat. Dialog ini dapat melibatkan para pemimpin adat, tokoh agama, pendidik, serta generasi muda, untuk bersama-sama mencari cara-cara baru dalam memaknai sökhi mate moroi aila yang tidak hanya mengedepankan aspek sosial semata, tetapi juga mengakui pentingnya kesehatan mental, kebahagiaan pribadi, dan penerimaan terhadap perbedaan.

5. Pembaruan dalam Praktik Adat dan Ritual Sosial

Ritual adat di Nias, yang sering kali berfokus pada perayaan atau penghormatan terhadap keluarga dan martabat, juga perlu mengalami pembaruan agar tetap relevan dengan konteks sosial saat ini. Kontekstualisasi nilai-nilai tradisional dalam praktik adat dapat dilakukan dengan menyesuaikan cara-cara perayaan atau penghormatan terhadap martabat agar lebih inklusif dan tidak menekan individu untuk memenuhi standar yang tidak realistis.

Misalnya, dalam upacara adat atau perayaan keluarga, bisa diperkenalkan penghargaan terhadap prestasi atau kontribusi sosial yang lebih luas, bukan hanya berdasarkan status materi atau posisi sosial. Ini bisa membuka ruang bagi individu untuk dihargai atas keberhasilan mereka dalam bidang lain, seperti pendidikan, pelayanan sosial, atau kontribusi terhadap kesejahteraan masyarakat.

Kontekstualisasi filsafat sökhi mate moroi aila dalam kehidupan masyarakat Nias kontemporer adalah langkah penting untuk memastikan bahwa nilai-nilai tradisional ini tetap relevan tanpa mengorbankan kebahagiaan dan kesejahteraan individu. Melalui pendidikan yang mengintegrasikan nilai budaya, pengajaran agama yang berbasis kasih dan penerimaan, serta penyelarasan dengan realitas sosial dan ekonomi saat ini, filsafat ini dapat dijaga kelestariannya. Selain itu, melalui dialog budaya dan pembaruan dalam praktik adat, masyarakat Nias dapat menjaga kehormatan diri dan keluarga dengan cara yang lebih sehat dan harmonis dalam konteks global yang semakin kompleks.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun