X: "Koq bisa sampean dipindah ke sana? Salah apa sih?"
Pemindahan lokasi tugas tidak hanya menimpa kuli pemerintah, tetapi lumrah juga untuk karyawan swasta.
Bagi Anda yang pernah dimutasi ke lokasi bukan impian, kemungkinan besar mendapatkan pertanyaan semacam  di atas, entah itu dari rekan kerja, pengguna jasa/klien, kawan sekolah, orang tua, bahkan mungkin dari suami/istri dan anak-anak sendiri.
Entah yang bertanya itu niatnya ngejek, empati, menghibur, penasaran, atau lainnya, pastinya Anda bingung merangkai jawabannya secara spontan...u huy.
X: "Makanya Mas kalo jadi Internal Control jangan terlalu reseh lah! Kerja mah standar-standar aja."
Y: "Iya Mas, saya kapok."
Penempatan tugas berikutnya mungkin tidak semata bergantung pada kinerja kita sebelumnya, tetapi bisa juga hal lainnya.
Saat Anda telah mencitrakan kinerja reseh yang Anda anggap itu hebat lalu Anda dimutasi ke lokasi bukan impian, tentunya Anda akan bereaksi. Terlebih saat modal pangkat/golongan/tingkatan Anda terlalu tinggi untuk lokasi dan jabatan baru Anda tersebut.
X: "Makanya Mas minta sana ke Boss-Boss Besar."
Y: "Saya gak pernah ngerasa pantas minta-minta lokasi tugas, Mas. Tau diri lah, da saya mah apa atuh."
Hal lainnya yang menentukan lokasi tugas kita berikutnya bisa jadi adalah ibadah kita. Terdengar klise tapi memang empirisnya begitu.
Jangan kepedean akan dimutasi ke lokasi impian saat Anda mencitrakan kinerja reseh yang Anda anggap itu hebat bila ibadah malah rusak.
X: "Tempo hari mutasi ke utara Kalimantan Timur, sekarang malah ke ujung timur Indonesia. Sampean masih reseh sih ya? Katanya kapok"
Y: "Iya Mas, saya kapok."
X:Â "Halah, janji tok sampean Mas."
Mudahan bermanfaat, aamiin. Mohon maaf bila tidak berkenan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H