Setelah berbulan-bulan menderita sesak napas, dan diagnosa dokter yang keukeuh menyebut saya menderita Asma, Sebel juga begitu menerima kenyataan bahwa setiap habis obat lalu sakit datang lagi. Untung Askes banyak membantu (jadi PNS ada gunanya juga hehe), jadi biaya yang di keluarkan bisa di tekan sampai di bawah 100 ribu rupiah setiap kali harus melakukan kunjungan kerja ke UGD rumah sakit.Tetapi masalahnya bukan hanya persoalan uang, tetapi persoalan; waktu, sakit yang mengganggu, belum gangguan pada anggota keluarga lain.
Asma adalah keadaan saluran napas yang mengalami penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan; penyempitan ini bersifat sementara.Pada penderita asma, penyempitan saluran pernapasan merupakan respon terhadap rangsangan yang pada paru-paru normal tidak akan memengaruhi saluran pernapasan. Penyempitan ini dapat dipicu oleh berbagai rangsangan, seperti serbuk sari, debu, bulu binatang, asap, udara dingin dan olahraga. Tetapi asma juga bisa terjadi pada beberapa orang tanpa alergi tertentu. Reaksi yang sama terjadi jika orang tersebut melakukan olah raga atau berada dalam cuaca dingin. Stres dan kecemasan juga bisa memicu dilepaskannya histamin dan leukotrien.
Frekuensi dan beratnya serangan asma bervariasi. Beberapa penderita lebih sering terbebas dari gejala dan hanya mengalami serangan serangan sesak napas yang singkat dan ringan, yang terjadi sewaktu-waktu. Penderita lainnya hampir selalu mengalami batuk dan mengi (bengek) serta mengalami serangan hebat setelah menderita suatu infeksi virus, olah raga atau setelah terpapar oleh alergen maupun iritan. Menangis atau tertawa keras juga bisa menyebabkan timbulnya gejala. Pada serangan yang sangat berat, penderita menjadi sulit untuk berbicara karena sesaknya sangat hebat. Kebingungan, letargi (keadaan kesadaran yang menurun, dimana penderita seperti tidur lelap, tetapi dapat dibangunkan sebentar kemudian segera tertidur kembali) dan sianosis (kulit tampak kebiruan) merupakan pertanda bahwa persediaan oksigen penderita sangat terbatas dan perlu segera dilakukan pengobatan. Meskipun telah mengalami serangan yang berat, biasanya penderita akan sembuh sempurna.
Dalam semua jenis pengobatan asma yang di tawarkan; Agonis reseptor beta-adrenergik (misalnya albuterol, theophylline), kita akan menemui efek samping yang hampir pasti kita terima, walaubagaimanapun asma relatif tidak bisa disembuhkan dalam pandangan banyak dokter. ini berakibat pasien akan menggunakan obat-obatan ini secara terus menerus. Kalau melihat cara kerja obat-obatan ini, semua mengarah pada agar obat bekerja pada semua reseptor beta-adrenergik (misalnya adrenalin), atau yang hanya bekerja pada reseptor beta2-adrenergik (yang terutama ditemukan di dalam sel-sel di paru-paru) agar merangsang pelebaran saluran udara oleh reseptor beta-adrenergik.
Fakta ini mengingatkan saya pada kopi. Minuman yang menurut saya memiliki prilaku yang sama dengan obat-obatan asma yang biasa saya minum. Saya ingat dulu ketika saya ingin tidur nyenyak suka minta di buatkan kopi tanpa cream/susu atau minuman energi FitUp. Setelah di ingat-ingat kedua minuman ini ada memiliki kandungan yang sama yaitu kafein. Berbekal pengalaman itu, tadi malam saya coba untuk menghentikan pengobatan asma saya yang biasanya hanya berpengaruh 4-6 jam itu. Lalu saya coba meminum secangkir kopi, dan hasilnya "HUP, B-E-R-H-A-S-I-L!" sesak napas yang sudah mengganggu selama berhari-hari ini hilang! Tetapi memang masih ada seperti desakan udara di rongga dada, lalu saya coba meminum satu cangkir kopi lagi dan sesak di dada itu juga hilang! hehe obat ratusan ribu kalah oleh torabika duo seharga 500 perak! Pengalaman ini menunjukkan bahwa ternyata kopi sangat efektif untuk menyembuhkan sesak napas saya.Sampai siang saya menulis tulisan ini, saya masih sehat dan bisa tidur siang (sesuatu yang biasanya dibayar mahal, karena pas bangun pasti batuk/sesak).
Eksperimen saya ini tentu eksperimen berbahaya yang tidak begitu saja saya sarankan pada penderita sesak napas lainnya. Tetapi ternyata pendapat/eksperimen saya ini ada juga lho yang mendukung dan dokter beneran (bukan dokter/peneliti karbitan kaya saya hehehe). Dr Menaldi Rasmin Sp P(K), pulmonologis dan ketua pendidikan kedokteran berkelanjutan-FKUI, khasiat kafein dapat merelaksasi dan memperkuat kerja tonus otot napas yang membantu paru-paru. Sedangkan menurut Marshall Plaut, M D, ketua Divisi Alergi di Natonal Institute Allergy and Infection Disease, kafein pada secangkir kopi dapat bertindak untuk meredakan ketegangan di percabangan trakea (bronkus). Namun walaupun memiliki manfaat untuk pernafasan.
Metode pengobatan sesak napas saya ini tentu harus saya teliti lebih dalam, berapa sebenarnya kandungan kafein yang tepat atau bahkan jenis kopi apa yang paling tepat. Tentu saya harus mempertimbangkan usia, berat badan, tingkat keparahan sesak napas dari pasien yang bersangkutan. hehe yang penting mah sehat! Jadi tunggu penelitian saya berikutnya ya.. Sementara jangan minum lebih dari 2 cakir kopi panas ya (eksperimen saya, saya pakai kopi torabika duo seharga 500 rupiah)! dan jangan yang pakai cream/susu soalnya bisa menimbulkan gatal di tenggorokan yang malah memancing batuk!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H