Saran saya, mari kita introspeksi masing-masing. Apakah dewan guru yang mengeluarkan siswa tersebut sudah membuat pelajarannya menarik untuk diikuti anak? Ataukah guru itu mengajar dengan cara monton sehingga anak pun malas mengikutinya? Apakah peran Bimbingan Konseling sudah pro aktif dalam membimbing dan memberikan konseling pada anak anak tersebut? Apakah pemerintah telah menyediakan saran ekspresi minat dan bakat anak yang layak sehingga anak-anak pun bisa menyalurkan energinya ke tempat yang benar? Apakah Dinas Kesehatan menyadari pentingnya kesehatan jiwa anak dan remaja dan adakah program-program pro aktif Dinas Kesehatan tersebut dalam membentuk jiwa anak dan remaja yang sehat? Ataukah Dinas Kesehatan hanya memrpioritaskan penyakit fisik dan pengobatannya tanpa mempedulikan aspek promotif dan preventif khususnya dalam hal jiwa anak dan remaja?
Saya doakan semua anak tidak menjadi "calon bajingan", tapi "calon penerus bangsa", "calon pemimpin bangsa","harapan kemajuan bangsa".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H