Mohon tunggu...
Riyadi Agus S.Sos M.M
Riyadi Agus S.Sos M.M Mohon Tunggu... -

Dosen, Peneliti dan Penulis Lepas

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hari Ibu dan Budaya Riba

22 Desember 2017   06:19 Diperbarui: 22 Desember 2017   08:02 748
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

HARI IBU & BUDAYA RIBA

***
Bayangkan Ibu Kita,
Ibu yang melahirkan kita,
Ibu yang membesarkan kita,
Ibu yang memberi kita makan,
Ibu yang menyusui kita..

Apa perasaan kita jika ada seorang yang menzinahi ibu kita?
Pasti hati kita remuk bukan?

Nah sekarang bagaimana jika yang menzinahi ibu kita itu adalah anak kandungnya sendiri yang tak lain adalah kita?

Ih.... menjijikkan bukan?

Itulah perumpamaan dosa Riba.
Banyak hadist shahih yang mengatakan dosa riba itu sama dengan berzina dengan Ibu Kandung Sendiri. 

Salah satunya adalah hadis :
Dari Abdullah bin Masud RA dari Nabi SAW bersabda,"Riba itu terdiri dari 73 pintu. Pintu yang paling ringan seperti seorang laki-laki berzina dengan ibunya sendiri. (HR. Ibnu Majah dan Al-Hakim). 

Zina adalah dosa yang besar. Hukuman zina juga sangat keras yaitu rajam. Nah, Bagaimana kalau zina nya dilakukan dengan ibu kandung sendiri? Hukumannya pasti lebih keras bukan?

Itulah Dosa Riba. Dosanya setara dengan menzinahi ibu kandung sendiri..

Riba adalah urusan serius yang menjadi penyakit akut si tengah masyarakat. Kita sudah terperangkap jauh di dalamnya. Namun banyak yang tidak sadar akan bahaya dan dosa Riba yang sangat besar. Riba dianggap suatu hal yang biasa. Kaum kapitalis berhasil menjebak kita, membuat kita memandang Riba adalah hal yang sepele. 

Yang terkena dosa Riba tidak hanya orang yang memakan Riba tapi juga orang yang sangat dengan sengaja memakai produk-produk Riba. 

"Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam melaknat pemakan riba (rentenir), penyetor riba (nasabah yang meminjam), penulis transaksi riba (sekretaris) dan dua saksi yang menyaksikan transaksi riba." Kata beliau, "Semuanya sama dalam dosa." (HR. Muslim no. 1598). 

Contoh praktek Riba sehari-hari
1. Meminjam uang ke Bank dengan bunga untuk membeli rumah atau mobil..

2.Menggadaikan SK Pengangkatan PNS untuk beli mobil atau Rumah

3. Menggunakan Kartu Kredit

4. Bekerjan sebagai sales kartu Kredit

5. Mencicil mobil lewat Leasing yang mengandung bunga

6. KPR

Dan lain sebagainya. 

Lah terus,
Kalau pengen beli mobil bagaimana?
Kalau pengen beli rumah bagaimana?

Jauh sebelum pertanyaan itu muncul di tengah-tengah masyarakat modern seperti kita, Rasulullah sudah pernah mengingatkan :

Sesungguhnya setiap umat memiliki ujian, dan ujian umatku adalah harta." [HR. Tirmidzi, no. 2336; Ahmad 4/160)

Ternyata ujian terberat kita umat Muslim adalah Harta. Dan ini menjadi alat kaum kapitalis untuk menggoda dan "merobek" umat muslim. 

Kaum kapitalis tahu kalau orang Muslim pengen mobil dan rumah akhirnya ditawarkanlah mobil dengan DP murah dan bisa mencicil. Padahal kita tidak sadar di dalam transaksi cicilan tersebut mengandung bunga RIBA yang dilarang. 

Tak sadar kalau penawaran DP murah itu menjebak. Membuat kita jadi membayar lebih mahal dan lebih lama masa waktu cicilannya..ini jelas menguntungkan kaum kapitalis sebagai pemilik modal dan pihak yang menawarkan produk. 

Bandingkan dengan hidup sederhana menabung, sebutlah sebulan menabung 3 juta. Dalam waktu 3 tahun sudah cukup untuk beli mobil baru. Atau bekas yang masih bagus..atau sebulan menabung 1 juta atau 500ribu juga bisa asal sabar.
Hidup sesuai kemampuan lebih baik daripada pura-pura kaya tapi hutang sana sini. Di hadapan Allah menabung secara halal lebih baik daripada memakai cara Riba.

Hai Muslim, sebegitu dungukah kita umat Muslim? Kita sudah menjadi budak Riba orang-orang kapitalis..
Sebegitu dungukah kita?

Untuk punya mobil atau rumah saja ternyata Kita lebih memilih ke Rentenir daripada kepada Allah. Padahal kalau kita sabar meminta kepada Allah, pada waktu yang tepat Allah akan hadiahkan yang lebih baik asalkan kita yakin..

Miris kalau sekarang melihat realitas di kota-kota terutama kota besar seperti Jakarta dan Bandung banyak lembaga-lembaga Riba tumbuh subur di mana-mana. Yang menawarkan dana cair segera dengan jaminan BPKB dan lainnya. Dan mempersyaratkan pengembalian uang disertai bunga alias rentenir. 

Ironisnya lembaga-lembaga ini ada yang berdiri berdampingan dengan mesjid. 

Mari kita mengajak semua orang menjauhi Riba..

Pada musim Pilkada, ada seorang yang tidak disolatkan oleh tetangganya karena ia memilih pemimpin yang kafir.

Nah bagaimana dengan si pelaku Riba? Jika ia meninggal apakah pantas untuk disolatkan? Pantaskah menyolatkan seorang yang melakukan dosa yang nilainya setara dengan dosa yang sangat menjijikkan yaitu: berzina dengan ibu kandung sendiri ?

Mari kita mulai jauhi Riba dalam kehidupan kita..

Salah satu syarat sebuah negeri di azab adalah jika Riba dan Zina sudah dianggap biasa.

Seperti diingatkan oleh Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam dalam sabdanya:

Artinya : "Jika zina dan riba sudah menyebar di suatu kampung, maka sesungguhnya mereka telah menghalalkan azab Allah atas diri mereka sendiri".(HR al-Hakim, al-Baihaqi dan ath-Thabrani).

Bangsa Indonesia sudah tak terhitung berapa kali mendapatkan bencana baik itu Gunung Meletus, Tsunami, Banjir, Tanah Longsor, Kekeringan, Kelaparan dan lain-lain..

Maukah kita menjadi penyebab datangnya azab Allah karena terbiasa dengan Riba?

Mau?

Memang sulit.
Karena Riba sudah menggurita dalam semua aspek kehidupan kita.
Kita sudah masuk terlalu jauh dalam perangkap Riba. Jadi memandang Riba sebagai hal biasa.

Pilihan kita masing-masingz apakah mau berusaha lepas dari perangkap Riba atau malah terus menenggelamkan diri dalam Riba...

Selamat Hari Ibu
Hormati Ibu kita
Tinggalkan Riba karena itu sama dosanya dengan berzina dengan Ibu Kandung kita sendiri..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun