Mohon tunggu...
Riyadi Agus S.Sos M.M
Riyadi Agus S.Sos M.M Mohon Tunggu... -

Dosen, Peneliti dan Penulis Lepas

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Penyebab Gempa Bumi : Budaya Riba

19 Desember 2017   19:19 Diperbarui: 19 Desember 2017   19:39 2568
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Itulah, apa yang dalam pandangan manusia sepele, tapi di sisi Allah bisa jadi dosa besar yang membuat Dia murka. Kita menganggap sepele karena ilmu kita sebagai manusia terbatas.

Sama halnya dengan RIBA kita sering menganggap sepele padahal di sisi Allah dosa besar yang jika dilanggar akan membuat murka.

Dan GEMPA yang kemarin terjadi bisa jadi adalah peringatan dari Allah. Salah satunya karena bisa jadi Riba sudah mulai merebak di tengah-tengah kehidupan kita. Dan kita sendiri acuh tak acuh akan hal itu.

Kita lebih suka berkutat untuk berdebat soal politik. Sebagian dari ustadz-ustadz kita juga lebih hobi menjadikan politik sebagai isi ceramahnya.

Akan Tetapi seringkali melupakan membahas RIBA yang bobot dosanya sangat besar. Banyak hadist yang mengatakan kalau Riba itu dosanya sama dengan BERZINA dengan ibu Kandung sendiri. Dan di Al Quran RIBA merupakan salah satu dosa serius yang pelakunya diajak perang oleh Allah dan Rasul-Nya (Al Baqarah 278-279).

Jika begini, ibaratnya kita sibuk membetulkan atap yang bocor tapi kita lupa kalau tembok rumah kita mau roboh.

Bisa kita lihat beberapa contoh Riba dalam masyarakat yang sudah dianggap lumrah dan menjadi gaya hidup dalam masyarakat kita : 

1. Meminjam uang ke Bank dengan bunga untuk membeli rumah atau mobil.

Trend dalam masyarakat kita adalah orang yang terlihat sudah punya mobil dan punya rumah dipuji-puji karena dianggap sudah sukses. Sedangkan orang yang terlihat belum pakai mobil atau rumah masih kontrak sering dihina atau dicemooh.

Padahal belum tentu demikian. Bisa jadi yang terlihat sudah punya mobil dan rumah itu hutangnya malah sangat banyak. Karena dia membeli mobil dengan cara hutang yang mengandung Riba seperti meminjam uang ke Bank. Ini adalah perilaku "berpura-pura kaya di atas lautan hutang"

Sedangkan yang terlihat belum memakai mobil atau rumahnya masih ngontrak, bisa jadi tabungannya malah lebih banyak. Karena ia ingin membeli mobil dan rumah secara cash. Prinsip dia adalah : menabung itu bersusah-sudah dahulu bersenang kemudian. Sedangkan "kredit hutang Riba" itu langsung senang dahulu bikin susah kemudian. Dan yang terpenting dia tidak mau terjebak oleh hutang yang mengandung Riba. Dan bisa jadi orang yang belum terlihat punya mobil dan rumah itu, sedekahnya lebih besar ketimbang orang yang berpura-pura kaya di atas lautan hutang tadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun