Mohon tunggu...
darmansjah godjali
darmansjah godjali Mohon Tunggu... -

Mendengarlah dengan hati, melihatlah dengan kearifan, bertindak dan berperilakulan benar kalau memang itu benar adanya. Labirin kehidupan dalam nalar dan logika.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Malaysia Trip at Glance

14 September 2011   06:26 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:58 662
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kualalumpur-Penang-Kualumpur

Oleh Darmansjah

Inilah liburan yang mahal, karena sejak dari Jakarta tanggal 30 Agustus 2011, kami ber 20 person ditinggal pesawat, AirAsia, walaupun kami semua telah memegang Boarding on Board, dikarenakan warga Jakarta yang ingin berpergian ke luar negeri teramat banyak sehingga petugas imigrasi yang telah membuka pelayanan melayani antrian yang panjang pada pagi hari itu terasa lambat menyelesaikan stempel exit permit, jadi keterlambatan ini mengakibatkan kami mengeluarkan kembali harga tiket (+/- 50 juta rupiah) untuk menyusul anak kami dan orangtua kami yang tanpa memegang uang turut 'take off" dengan pesawat yang meninggalkan kami di Bandara Soeta. Dan kami berangkat menyusul dengan rute penerbangan ke Penang dengan transit terlebih dahulu di Kuala Lumpur yang berangkat pada pukul 8.35 WIB.

Memang inilah penerbangan yang berlogo 'sekarang anda bisa terbang ' seperti bus umum yang rupanya bermotifkan siapa cepat dia akan diangkat, tanpa memberikan peringatan atau international code fare mengenai keberangkatan yang segera dilakukan seperti yang saya lihat dilakukan oleh Maskapai penerbangan Singapore Airlines yang mengirimkan official on duty nya kepada calon penumpang SQ itu yang turut mengantri di petugas imigrasi untuk segera dan secepat mungkin bergegas ke pesawat yang sebentar lagi akan "take off" , tapi inilah pengalaman mahal karena keterlambatan kami mengantisipasi membludaknya calon penumpang pengguna moda transportasi udara yang bertepatan dengan hari raya.

[caption id="attachment_131242" align="aligncenter" width="640" caption="ditepian selat penang dekat kawasan george town"][/caption]

Setibanya di Bandara Kualumpur yang khusus hanya melayani AirAsiaTraficFare  bukan Kualumpur Internasional Airpot terlihat suasana hari raya belum terasa, karena mungkin bertepatan dengan hari kemerdekaan Malaysia pada tanggal 31 Agustus, karena terlihat bendera kebesaran Malaysia berterbaran di seluruh penjuru Bandara dari terminal, kedalam, hingga keluar terminal udara, suasana ramai pada hari itu kami kira diisi oleh turis dari Indonesia terutama yang berasal dari Medan dan daerah Sumatera lainya.

[caption id="attachment_131247" align="aligncenter" width="550" caption="Petronas tower(google image)"][/caption]

Sambil menunggu keberangkatan kami ke Penang, saya hanya bisa mengelilingi sebatas ruang tunggu Bandara sambil menikmati hiruk pikuknya pendatang yang ingin menikmati liburan di Malaysia dan daerah sekitarnya, terlihat suasana kedai makanan dan minuman dipadati oleh orang yang ingin mengisi perut, semua kedai makanan di bandara itu penuh dan kami pun berdesakan pula antri untuk mendapatkan tempat makan walaupun yang tersedia semuanya hidangan cepat saji seperti Mac Donald, dan sejenisnya.

Ada terselip dalam hiruk pikuk para calon pengguna moda transportasi udara itu dibandara kusus untuk Ariasia ini, terlihat kebersihan dan atmosfir keteraturan masih terasa kental, ini bisa kami rasakan dari mulai toilet yang bersih, tidak adanya calo-calo penumpang, dan lantai bandara serta ruang tunggu bandara yang cukup terawat walaupun ini bandara lokal setempat yang menurut saya sudah lama dipergunakan.

Siang hari kami tiba di Penang sebelum ke hotel,dari bandara naik bus tur yang kami sewa melalui Panen tour sebulan dimuka dan langsung ke Kuil Kecil yaitu The Snake Temple, tidak ada yang istimewa dari bangunan kuil ini sepertinya sama seperti kuil yang ada di daerah "Kota" tua di Jakarta, yang membedakannya hanya ada mahkluk kecil putih melingkar di tempat penempatan lilin, yaitu dua atau tiga ular kecil yang jinak dalam bahasa setempat kuil ini dinamai Hock Kim Koong atau Cheng Soi So atau Cho So Kong, sebuah kuil untuk ritual Agama Budha yang berasal dari daerah Futian China.

[caption id="attachment_131250" align="aligncenter" width="640" caption="gedung peninggalan kolonial disekitar george town"][/caption]

Di Penang, tanggal 31 Agustus 2011 setelah kami check in di hotel Evergreen, alamat hotel di 53 Persiaran Gurney,10250 Penang,  berlokasi didepan selat penang sorehari terasa benderang karena disini matahari petang masih menyinari jalur pantai walaupun jam sudah menunjukkan pukul 07.00 pm waktu setempat.  Lalu lintas disepanjang pantai yang memisahkan selat dan daratan ini terasa padat namun sekali lagi tidak ada perilaku tak tertib seperti kebanyakan pengguna jalan di Jakarta yang melawan arus, semua mengikuti arus membuat saya tidak habis mengerti kenapa perilaku orang indonesia khususnya penduduk jakarta cenderung agresif dan destruktif menentang peraturan berlalu lintas yang telah dibuat dalam pasal-pasal nya, sehingga kita merasakan ketidaknyaman publik dimana motor melintas menentang arus walaupun itu membahayakan dirinya dan orang lain,tidak mengerti?  Sepertinya kita ini sama melayunya, sama mayoritas pemeluk agamanya, di penang bisa disiplin  di jakarta bisa binasa? Perilaku orang malay sama tertibnya dan tidak terlihat pengendara "kereta" membuang sampah ke luar dari, sungguh menyenangkan seandainya perilaku orang-orang indonesia bisa menghargai arti sebuah kebersihan,keteraturan,dan kedisiplinan.

Di Penang, tanggal 1 September 2011 pagi hari , saya menyusuri trotoar yang ada didepan hotel dan berjalan lurus mengikuti barisan trotoar dengan pemandangan air teluk yang tenang berbatasan dengan trotoar, terasa sekali udara bersih dan aroma masakan dari kedai-kedai makanan yang membuka tokonya dari pagi hingga ke pagi harinya berjajar rapi, tidak terlihat satu pun pedagang kaki lima mengokupasi trotoar yang saya lintasi. Walaupun saya hanya melangkah beberapa ratus meter sepanjang trotoar itu, saya cukup menikmatinya karena bersihnya trotoar yang tejejak, tidak ada bau pesing, sampah yang berserakan, dan pengemis atau pemulung yang berkeliaran (mungkin bangsa malay sudah makmur, bukan pimpinan atau pejabat nya saja?), yang ada kegiatan pagi hari dimana penduduk lokal berolah raga melintas sepanjang trotoar, ada yang sekadar duduk atau bercakap-cakap dengan sesama, atau menikmati makanan dan kopi hangat di restoran yang menghadap selat, semua memberikan atmosfir yang berketeraturan.

Jam 10 pagi, rombongan berangkat menuju tempat wisata yang selalu dijadikan usulan yaitu Lok Si Temple, sebuah kuil atau klenteng besar terletak di atas bukit dimana dari kejauhan (dari bus tour yang saya tumpangi) terlihat kompleks tempat suci agama budha ini.  Banyak sekali pengunjung yang datang dan pergi, turis maupun penduduk lokal berdatangan ke tempat ini, ada yang benar-benar untuk berdoa atau melihat-lihat Patung Dewi Kuan Im Yang terbuat dari perunggu berukuran besar, dimana ornamen dan ukiran bangunan ini Memberikan keharmonisan warna tersendiri. Semakin siang orang yang berdatangan ke tempat ini semakin berjejal, melewati barisan pedagang suvernir dari tangga terbawah hingga ketempat kuil itu berdiri kokoh menjulang diatas bukit, bangunan yang luas serta terawat baik memberikan suasana unik tersendiri bagi kita yang mengunjungi tempat ini. Dari puncak kuil ini kita bisa memandang bukit yang menghijau diselang-selingi oleh bangunan-bangunan berpadu dalam landscape alami.

[caption id="attachment_131246" align="aligncenter" width="500" caption="pecinan cina di penang"][/caption]

Penang juga sudah dinobatkan sebagai UNESCO World Heritage karena banyaknya peninggalan gedung kuno dan sampai detik ini terawat dengan amat sangat baik dan masih dipergunakan untuk operasionl pemerintahan sehari-hari.Di Georgetown banyak terdapat peninggalan gedung kuno berupa ruko, kuil, rumah (Cheong Fatt Tze Mansion), gereja, masjid, dan bangunan-bangunan kolonial, dan hotel-hotel kecil dengan suasana peranakan cina dan fasilitas modern seperti wifi, antara lain Red Inn, Catay Hotel, dan Old Penang Guesthouse.

Di KL, menara kembar Petronas di komplek Suria KLCC telah menjadi lokasi foto wajib hampir setiap turis yang datang ke ibukota Malaysia ini. Kalau anda mau naik ke jembatan yang menghubungi kedua menara ini, siap-siap untuk antri dari jam tujuh pagi, karena rombongan  kami pada hari itu tiba pukul 09.30 waktu setempat, terlihat sudah berserakan calon pendaki petronas, sementar loket tiket belum lagi dibuka, sayang akhirnya keputusan kami untuk membatalkan pengalaman menaiki ikon Malaysia ini, dikarenakan kami harus kembali ke Jakarta siang hari untuk check in pesawat yang akan mengantarkan kami kembali ke semerawutnya Jakarta, Jakarta Aku kembali....!

Untuk merasakan sensasi ketinggian dan kesejekuan udara yang bersih , pusat hiburan Genting Highlands sekarang yang kami tuju , dengan menumpang Tour Bus yang sudah kami sewa dari biro perjalanan, keberangkatan ini melalui Penang Bridge, dan ternyata pemandangan yang saya lihat cukup memesona, dimana jembatan ini masih terawat amat baik walaupun 8 tahun telah berlalu. Kilauan air selat yang tenang dan seliweran kendaraan yang memacu kendaraannya dengan kecepatan sedang, memang membuat Penang Bridge patut dilihat. Sementara bus melaju melewati Penang Bridge dan memasuki Tol panjang (diperkirakan 6 jam) untuk tiba di Genting Highland Resort, pemandang sepanjang tol tersebut dipagari oleh bukit cadas dengan pepohonan menghijau lebat memberikan pemandangan menentramkan hati, bukit-bukit karts yang terjaga baik tanpa perlu dirusak oleh penduduk lokal memberikan foto-foto alami berupa hijaunya tebing-tebing dinaungi oleh pepohonan, sehingga tidak membuat saya merasa bosan melainkan menjadi "exciting" referensi. Kontur jalan yang berliku namun tidak terlalu tajam, serta kualitas 'infrastructure' sebuah "Highway" teramat baik, hampir tidak saya lihat tambal sulam pengaspalan, apalagi galian jalan? Memang mengagumkan, jadi tidak perlulah kita membandingkan dengan Jalan Tol Merak-Jakarta.

Tanpa terasa enam jam saya lewatkan, menikmati pemandangan sepanjang jalan tol Penang menuju Genting, dan bus berhenti diparkiran Genting Higland Resort, tiba di sini dan masuk ke loby hotel, wow!, rupanya calon penginap pun sudah berjejalan, namun masih sebatas tertib, dan kebanyakan pula yang datang untuk menginap sama seperti kami, dari Indo (kalu orang Indonesia ke Singapura atau luar negeri  langsung bisa disiplin dan tertib!). Seperti yang ada dalam brosur wisata Genting, semua sama, tapi yang saya lihat sekarang, themepark dan bangunan hotel ini telah dimakan waktu dan terlihat kusam namun interior nya masih bersih dan terawat dengan baik, karpet-karpet nya masih bersih, perawatan khas Malaysia yang apik, kamar yang kecil seperti kamar flat atau hostel, mungkin penginap disini benar-benar lelap tertidur setelah lelah berjudi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun