Mohon tunggu...
darma ismayanto
darma ismayanto Mohon Tunggu... Penulis - Menulis itu seperti pisau, harus terus diasah agar semakin tajam

Pecinta makanan berbumbu kacang, yang jatuh cinta pada puisi Chairil, karya-karya Pramoedya dan Ahmad Tohari

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berbagi Itu Bahagia, Bahagia Itu Berbagi

17 Desember 2020   12:48 Diperbarui: 17 Desember 2020   12:54 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Itu kan sesuatu yang menurut saya  keajaiban dari sedekah. Pada 1998 kita bersedekah dengan menawarkan bisnis kepada orang, tanpa kita tahu apa bisnis yang akan terjadi, kita belum tahu saat itu akan ada online selling," kata Johari dalam wawancaranya.

Johari memang sangat gemar berbagi, dan tidak sekadar memberi atau berbagi saja, tetapi ia juga sangat memuliakan orang-orang yang disedekahinya. Seperti anak-anak yatim dan kurang mampu.

Bagaimana mereka dijamu di restoran mahal, merasakan berbelanja di mal. Hal-hal yang bisa jadi sangat biasa bagi sebagian besar orang, tapi ternyata merupakan pengalaman yang luar biasa buat anak-anak tersebut.  

Dari kisah Johari tersebut, saat ini saya tidak ingin lagi berpikir terlalu jauh saat berbagi atau sedekah. Yang saya tahu, saat kita berbagi kebahagiaan dengan seseorang. Berarti ada orang yang sedang berbahagia saat itu, dan itu membuat saya juga bahagia. Sesederhana itu. 

Seperti saat saya berbagi sedekah dengan seorang pengamen tua, setidaknya saya tahu, ia tidak akan kelaparan untuk waktu dua hari. Itu saja, dan itu membuat saya tenang.

Saya tahu tidak akan ada yang sia-sia dari apa yang saya berikan atau sedekahkan untuk orang lain. Baik untuk orang itu, maupun untuk saya pribadi.  

Lalu apakah saya tidak yakin akan janji Allah yang akan mengganti minimal 10 kali lipat dari apa yang kita sedekah kan? Sangat yakin, hanya kini saya tidak ingin terlalu sempit dalam memaknai kebesaran nikmat yang diberikan-Nya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun