Sungguh Tuhan bekerja dengan cara yang tidak akan bisa kita tebak. Seperti menebak dengan mudah apa balasan Allah atas sedekah kita. Sebab, bisa saja sebenarnya balasan itu berupa, terhindar dari sebuah kecelakaan fatal saat berkendara. Atau terhindar dari wabah penyakit. Kita tidak pernah tahu itu.
Sebenarnya saya kerap merasakan hal tersebut. Seperti seseorang yang tiba-tiba memberikan handphone saya yang tertinggal di motor, tidak diambilnya atau diambil orang lain.
Atau saat dua orang anak perempuan berboncengan motor, hilang kendali karena licin dan hampir menabrak saya, tapi akhirnya motor bisa dikendalikan dan saya selamat. Tapi saya tak pernah menghitung hal tersebut sebagai "balasan" dari Tuhan.
Saya mulai tidak mensyukuri rezeki yang saya dapat. Saya justru terus mengisi hati dengan kekecewaan.
Tanpa pernah saya sadari, kalau semenjak rajin bersedekah, saya tidak pernah lagi dalam posisi terhina dengan memposisikan tangan berada di bawah. Saya tidak pernah lagi sampai berutang karena tidak punya uang. Entah, selalu cukup saja.
Tapi keserakahan telah membuat saya buta.
Untungnya, kebiasaan bersedekah dan berbagi (walau ada udang di balik batunya) akhirnya menjadi kebiasaan. Walau karena kebodohan saya yang menganggap nikmat itu jika hanya kaya saja, membuat saya kerap merasa kecewa. Entah, tapi saya tak bisa memungkiri, lama-lama merasakan ada rasa tenang setelah bersedekah atau berbagi.
Lama-kelamaan, tumbuh keyakinan dengan berbagi kebahagiaan, dengan membuat orang bahagia, pasti akan ada energi positif yang berpengaruh pada kehidupan saya.
Keyakinan tersebut tumbuh salah satunya setelah melihat beberapa video wawancara bos JNE, Johari Zein di kanal Youtube. Johari adalah seorang mualaf yang kisah suksesnya dilatarbelakangi oleh kegemarannya bersedekah dan berbagi, yang terus dijaga hingga saat ini.
Salah satu kisah yang sangat menginspirasi  yaitu saat wawancara Johari dengan Coach Yudi Candra. Bagaimana pada tahun 1998, saat terjadi krisis, Johari coba membantu orang-orang yang putus kerja dengan menawarinya untuk menjadi agen, dengan modal seadanya bahkan di-support timbangan oleh JNE. Padahal JNE pun waktu itu belum sebesar saat ini.
Tapi siapa sangka di tahun 2000-an, e-commerce mulai bermunculan. Memasuki 2010, Bisnis JNE pun perlahan semakin moncer.