Mohon tunggu...
Darlis Darwis
Darlis Darwis Mohon Tunggu... Penulis - Pensiunan

menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Monolog Drama P.A.M.I.T.A.N

13 Agustus 2024   18:50 Diperbarui: 13 Agustus 2024   18:54 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

MONOLOG DRAMA. P.A.M.I.T. A.N Pada akhirnya berakhir tidak perlu isak tangis tak perlu mengacungkan jari jempol tak  perlu juga kaget. Memang tiada yang abadi di muka bumi ini. Ada siang pasti ada malam, ada pagi pasti ada petang, ada yang datang ada yang pergi. Ada yang datang dengan sembunyi sembunyi ada juga yang dengan "pedekate" kelewat berani. Datang tampak muka pulang tampak punggung itulah filosofi kehidupan. Dan (nah ini) yang menjadi teka-teki bak seperti  bunyi tokek,  disuruh pamit (dibaca mundur) atau mau mundur karena memang ingin mau mundur menurut kata hatinya yang paling dalam. Jagat alam raya pasti sudah mengatur kehidupan semua yang melata dimuka bumi  Jadi ya "enteng" saja,  biasa-biasa-biasa ajalah gak usah "baper" nggak usah melo,  namanya juga  manusia MasBroo  tempatnya -"gudangnya"  khilaf dan dosa. 

Maka nya, ketika  selagi di atas lihatlah ke bawah ketika berada di bawah sana mendongaklah-menengadahlah ke atas, tengoklah geleng gelengkan kepala menoleh  kekanan  kekiri kedepan dan kebelakang serta berputarlah sejenak pejamkan mata  tariklah - hiruplah nafas dalam dalam hembuskan perlahan lahan nah disitulah sesungguhnya makna hakekat sejatinya  kesempurnaan hidup. Akan halnya demikian itu, memang tidak semua gading retak, kebaikan akan tetap dicatat sebagai kebaikan keburukan akan dicatat sebagai keburukan. ingin (dibaca akankah) mendarat  dengan "soft landing" maka jangan taburkan angin pesona agar tidak menuai badai disertai angin puting beliung cemoohan-cibiran. Menetesnya air mata merisaukan masa depan menyadari (dibaca  menyesali?) sepak terjang masa silam. Bangga akan kehidupan dunia bagai ingin hidup seribu tahun lagi lupa esok akan"mati". Oooh Oooh-Oooh ya - ya,  manusia itu kan "tempat" nya dosa dan khilaf iya-iya-iya, ya kan?. 

Penyesalan seringkali selalu hadir datangnya terlambat di kemudian hari terbungkus lipatan selimut kesombongan-arogansi-kezaliman-kepongahan terdahulukan karena gapaian ingin meraih angan-angan. Itukah yang ditangisi menyesal kemudian tiada "guna". Begitulah katanya . Tersumbatnya pikiran tertutupnya mata hati tanda tiada penyesalan raut wajah tak dapat dibohongi dengan "pansos" (dibaca pesona so(k)sial) Aku bukanlah dari kumpulan manusia yang terbuang apa lagi dari kumpulan ... "jalang" Aku adalah (dibaca hanya) manusia biasa yang tak luput dari khilaf dan dosa.Nasiblah mengantarkanku sehingga aku terduduk tunduk atas kehendak ilahi *(delta-delta)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun