Indonesia merupakan negara dengan berbagai macam suku, bahasa, agama, ras atau biasa disebut dengan negara multikultural. Selain merupakan sebuah negara multikultural, Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan dengan kurang lebih 16.056 pulau yang terpisahkan oleh perairan.Â
Dalam sebuah negara yang memiliki berbagai macam kebudayaan ini, tentu saja banyak masalah yang timbul karena perbedaan pandangan dan pendapat. Salah satu yang sedang menjadi trending topic saat ini adalah hubungan antara agama, politik dan pemilu.
Tahun 2019 merupakan tahun yang paling ditunggu oleh rakyat karena di tahun tersebut mereka dapat menggunakan hak pilik untuk memilih siapa presiden dan wakil-wakil rakyat yang akan membawa Indonesia ke arah kemajuan. Namun, sebelum menuju ke tahun tersebut, proses yang dilewati sangatlah kompetitif.Â
Seperti yang dapat kita lihat di media cetak maupun elektronik, banyak perseteruan yang dilakukan pendukung Prabowo dengan pendukung Jokowi dengan menjatuhkan salah satu pihak. Contoh yang dapat saya berikan adalah mengenai isu bahwa Jokowi adalah seorang anggota PKI dan yang dilakukannya dianggap sebuah pencitraan belaka.Â
Menurut pendapat saya, isu tersebut tidaklah masuk akal karena PKI sudah lama dibubarkan bahkan saat Jokowi masih kecil. Komunis sendiri adalah bentuk ideologi yang menginginkan adanya sama rasa, sama rata di segala aspek kehidupan tanpa memikirkan hal lain. Jadi, yang dapat saya simpulkan adalah apabila Jokowi adalah seorang PKI, ia tidak mungkin mau mendekatkan diri kepada rakyat dan membangun infrastruktur yang memajukan Indonesia.
Selain itu, isu yang paling banyak menyita perhatian masyarakat adalah mengenai sangkut-paut agama terhadap politik Indonesia. Agama merupakan salah satu aspek yang paling sensitif terutama bagi masyarakat Indonesia. Rencana mengenai akan diadakannya Reuni 212 dapat diambil sebagai contoh bahwa agama disangkut pautkan denga politik dan pemilu.Â
Mengapa demikian? Menurut pendapat saya karena susunan pelaksana aksi tersebut berasal dari salah satu pihak pilpres 2019. Terlebih lagi dari banyaknya berita mengenai pro dan kontra mengenai Reuni 212 yang diprakarsai oleh Habib Rizieq yang notabene memiliki citra negatif di masyarakat. Selain itu, pengamat politik Indonesia kebanyakan berasal dari kaum-kaum yang religius, tidak dapat dipungkiri bahwa politik pasti disangkut-pautkan dengan agama.
Bagi saya sendiri, agama tidaklah terlalu penting bila dikaitkan dengan usaha memajukan sebuah negara. Apabila agama terus dikaitkan dengan politik, negara ini tidak akan mengalami kemajuan karena hanya diisi oleh perbedaan pendapat mengenai agama tersebut.Â
Agama merupakan pilihan bagi setiap orang dan hal tersebut merupakan hak hidup bagi manusia. Menjadi seorang yang taat beragama itu penting, namun sebaiknya juga melihat situasi dan kondisi yang ada. Semoga apa yang saya tulis dapat berguna bagi pembaca. Saya berharap pula masyarakat dapat menilai secara bijak mengenai hal tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H