RESENSI BUKU
Judul Buku : SENJA ITU BERCERITA
Pengarang : Darju Prasetya
Penerbit : Nida Dwi Karya Publishing, Jakarta
Jumlah halaman : 114 Halaman
Tahun Terbit : 2013
“Banyak manusia di dunia ini yang tidak mau belajar dari tanda-tanda alam. Padahal Tuhan telah memberikan pelajaran agar belajarlah dari rahasia alam. Dari kehidupan ini bila kau ingin selamat. Apakah kau tak menyadari kawan?” katanya.
Lelaki itu mendengar, tetapi apakah telinganya benar-benar telah mendengar? Lelaki itu memandang jauh di bawah temaram. Di bawah kaki senja yang terlukis di balik bukit-bukit yang temaram. Bukit-bukit yang dahulu telah melukiskan beribu cerita kehidupan. Ia teringat bagaimana orang tuanya pernah berjuang habis-habisan mempertahankan harga dirinya dalam merebut kemerdekaan bangsanya di antara bukit-bukit yang sekarang sedang dikelilingi senja.
Itulah salah satu kutipan dialog dalam buku kumpulan cerita berjudul SENJA ITU BERCERITA yang ditulis oleh Darju Prasetya dalam tampilan sebelas cerita pendek yang menawan yang terkumpul dalam buku ini. Dari gambaran percakapan di atas merupakan hasil renungan yang mendalam pada diri penulis dan merupakan pengembaraan batin sang penulis dalam memasuki dunia belantara imajinasi yang tak terbatas. Pembaca seolah-olah diajak untuk menyelami hutan belantara dan membiarkan kaki kita melangkah kemana saja yang kadang diri kita sendiri tak tahu harus sampai dimana.
“Saya membiarkan ide itu berjalan liar begitu saja sebagai sebuah perjalanan batin untuk menemukan sebuah hakekat dari sebuah cerita yang kadang di luar apa yang saya pikirkan” kata sang penulis dalam salah satu pengantar buku ini.
Apa yang dikatakan penulis dalam kata pengantarnyamerupakan refleksi yang hampir semuanya tercermin dalam semua cerita yang ada dalam buku ini.Penulis nampaknya melihat realitas yang sering tak memuaskan dirinya sehingga ia seperti seorang pelari agar ia bisa menyembuhkan dirinya sendiri dari “rasa sakit” karena tak puas dengan dunia realitas dan apa yang sebenarnya yang sedang ia pikirkan. Cerita-cerita dalam antologi “Senja itu Bercerita” seolah merupakan refleksipotret kegelisahan manusia akan sebuah pencarian makna hidup. Kegelisahan ketika sang penulis melihat ketimpangan yang terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari.
Sebelas judul dalam kumpulan cerita ini antara lain: Perempuan di Cerobong Asap, Dua Dunia, Senja itu Bercerita, Cermin, Sakuntala, Cita-Cita Larka, Sang Pelukis Angin, Kisah Sebutir Debu, Sebuah Pesta Perkawinan, Bintang-Bintang itu Menampar Wajahnya dan Sekolah Wah.
Dan nampaknya, dari sebelas cerita di atas selainbanyak menggambarkan kejadian yang ada di sekitar kita jugaada beberapa cerpen mengandung unsur surialisme sehingga bisa membuat para pembacanya untuk berfikir sejenak sambil memegang kepala agar lebih mengerti apa makna sebenarnya yang terkandung di dalamnya.
Dan yang lebih membuat kita ingin membuka buku ini selain kisah-kisahnya yang tersusun apik juga pembaca disuguhi oleh format sampul warna senja dengan gambar perahu yang sedang berlayar mengarungi sebuah samudera yang luas yang menggambarkan sebuah perjalanan hidup manusia yang penuh warna. Atau seperti yang dikatakan penulisnya, “Saya menulis cerita ini seperti sebuah mimpi yang kadang diluar kesadaran saya. Karena saya percaya bila kita membiasakan diri untuk membiarkan imajinasi kita lambat atau cepat kita akan mendapatkan sebuah dunia baru yang kadang tak pernah kita bayangkan sebelumnya”.
Bacalah buku ini maka anda akan terbawa dalam sebuah pesona cerita-cerita yang akan mengajak imajinasi kita mengembara mencari mutiara akan nilai-nilai hakekat kehidupan yang tak pernah anda duga sebelumnya. Mutiara yang akan menjadi pembelajaran bagi hidup keseharian kita agar bisa menjadi lebih bermakna. Cerita yang layak untuk menjadi tambahan gizi dalam dunia intelektualitas kita. Selamat membaca!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H