Mohon tunggu...
Darius Kaba
Darius Kaba Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hanya seorang tukang cukur keliling

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sungai Kualan dalam Tradisi Nyapa Tahun: Ritual Syukur Masyarakat Dayak Kualan

10 Januari 2025   01:22 Diperbarui: 10 Januari 2025   01:22 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sungai Kualan mengalir dalam keheningan yang penuh hikmah, membawa arus kehidupan yang tak terhentikan, seperti waktu yang terus melaju tanpa jeda. Dalam setiap tetesnya, terkandung kisah-kisah kuno yang terperam di dasar, menunggu untuk disampaikan kepada jiwa-jiwa yang siap mendengarnya. Ia bukan hanya sebuah aliran air, tetapi jantung yang berdetak di tengah alam, penyambung antara langit dan bumi, antara roh dan jasad. Dalam ritus Nyapa Tahun, sungai ini menjadi lebih dari sekadar ruang fisik; ia adalah sakral, ruang yang tak terlihat oleh mata, namun terasa di dalam hati.

Di tepian sungai yang tenang itu, masyarakat Dayak Kualan berkumpul dalam kesunyian yang penuh makna, menurunkan doa-doa ke dalam air yang jernih, membiarkan mereka terlarut dalam aliran yang tak kenal waktu. Setiap doa adalah permohonan agar aliran berkah yang tiada henti itu terus membawa kesuburan, kedamaian, dan harapan bagi kehidupan yang akan datang. Di sana, sungai menjadi pengingat bahwa kehidupan, seperti arus yang mengalir, adalah perjalanan yang tak terduga; berliku, tetapi selalu sampai pada tujuan yang lebih besar, yang tak bisa dipahami oleh logika, hanya bisa dirasakan dalam keluhuran jiwa.

Sungai Kualan bukan sekadar air yang mengalir, ia adalah guru yang mengajarkan tentang ketabahan dan kebijaksanaan. Air yang mengalir tanpa henti mengingatkan bahwa hidup ini adalah sebuah perjalanan tanpa akhir, sebuah perjalanan yang terus membawa pada perubahan dan pertumbuhan. Seperti riak-riak air yang mengusik permukaan yang tenang, begitu pula kehidupan; penuh dengan tantangan dan perputaran yang tak bisa dihentikan. Namun dalam setiap perubahan itu, ada keindahan yang tak terduga, ada kearifan yang tersimpan dalam setiap gerakan air yang tampak sederhana namun sarat makna.

Dalam tradisi Nyapa Tahun, sungai bukan hanya tempat berdoa, tetapi juga tempat untuk merenung, untuk mengingatkan diri akan hakikat kehidupan. Dalam setiap riak air, terpantul bayang-bayang perjalanan yang telah dilalui; setiap detik yang berlalu, setiap keputusan yang diambil, semuanya tercermin di permukaan air yang jernih. Sungai mengajarkan untuk menerima perubahan dengan hati yang lapang, untuk berjalan dengan penuh keikhlasan, dan untuk selalu percaya bahwa setiap akhir adalah sebuah awal yang baru. Di aliran air yang tak terhentikan, tersimpan pelajaran tentang kesabaran yang mendalam, tentang penerimaan yang penuh cinta, dan tentang keberanian untuk terus maju meski tak tahu apa yang akan datang.

Nyapa Tahun adalah ritual yang lebih dari sekadar simbol perubahan waktu; ia adalah pengingat bahwa dalam hidup, seperti dalam sungai, harus terus mengalir, beradaptasi dengan arus yang datang, dan menjaga keseimbangan antara dunia material dan spiritual. Setiap persembahan yang diletakkan di atas air adalah tanda pengakuan bahwa kehidupan ini bukan milik individu semata, tetapi milik alam, milik dunia yang lebih besar, yang mengatur segala sesuatu dengan cara yang tak dimengerti. Sungai Kualan, dalam aliran airnya yang tak terputus, menjadi simbol dari hubungan yang tak terputus pula antara manusia, alam, dan roh yang menjaga keberlangsungan kehidupan.

Dalam setiap tetes air yang mengalir, tersimpan rahasia kehidupan; keindahan yang tersembunyi, pelajaran yang harus diterima, dan harapan yang harus dijaga. Sungai Kualan, dengan segala kesederhanaannya, mengingatkan bahwa hidup ini adalah perjalanan panjang yang penuh dengan misteri, dan hanya dengan merendahkan hati, aliran yang membawa pada kedamaian hakiki akan dapat dipahami.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun