Mohon tunggu...
Darius Kaba
Darius Kaba Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hanya seorang tukang cukur keliling

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence

AI, Etika dan Martabat Manusia: Menjaga Nilai-Nilai Gereja Katolik dalam Dunia Digital

18 Desember 2024   14:03 Diperbarui: 19 Desember 2024   02:52 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di tengah revolusi teknologi yang terus berkembang, kecerdasan buatan (AI) hadir sebagai kekuatan yang memengaruhi hampir setiap aspek kehidupan manusia, membawa kemajuan yang luar biasa, namun juga memunculkan dilema tentang arti dan nilai kemanusiaan. AI, dengan kemampuannya yang berkembang pesat, mendorong kita untuk merenungkan peran kita: apakah kita masih mengendalikan teknologi ini, atau malah terjebak dalam ciptaan kita sendiri? Gereja Katolik mengingatkan kita bahwa meskipun teknologi dapat mempercepat kemajuan manusia, ia harus tetap berlandaskan pada prinsip-prinsip yang menjaga martabat dan kebebasan kita sebagai makhluk yang diciptakan menurut gambar Allah. Sebagaimana Paus Fransiskus mengingatkan dalam Laudato Si': "Teknologi yang tidak dilandasi oleh nilai-nilai etika akan menghancurkan keindahan manusia yang diciptakan Tuhan."

AI dalam Konteks Kemajuan Manusia

Kecerdasan buatan membuka banyak peluang bagi kemajuan di berbagai bidang, seperti dalam dunia kesehatan dan pendidikan. AI dapat mempercepat proses diagnostik dan membuka akses pendidikan yang lebih luas. Namun, meskipun manfaatnya besar, muncul pertanyaan besar: apakah kita mengorbankan nilai-nilai kemanusiaan demi kemajuan teknologi? Gereja mengajarkan bahwa teknologi bukanlah tujuan akhir, melainkan alat untuk menciptakan kebaikan bersama. Seperti yang dikatakan oleh Paus Yohanes Paulus II dalam Centesimus Annus, "Teknologi, meskipun memberikan keuntungan bagi umat manusia, harus digunakan untuk melayani martabat manusia dan bukan untuk menguranginya."

Martabat Manusia dalam Perspektif Gereja Katolik

Menurut ajaran Gereja Katolik, manusia memiliki martabat yang tak terhingga karena diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. Dalam dunia yang semakin didominasi teknologi, martabat ini harus dijaga dengan sangat hati-hati. Gereja mengajarkan bahwa teknologi harus digunakan untuk memberdayakan manusia, bukan untuk mengurangi nilai kemanusiaan kita. Kasih dan keadilan---dua nilai utama dalam ajaran Kristiani---harus menjadi dasar moral dalam setiap kemajuan teknologi. AI, jika digunakan dengan bijaksana, dapat menjadi alat untuk mewujudkan dunia yang lebih adil, di mana hak-hak dan martabat setiap individu dihormati. Paus Fransiskus dalam Fratelli Tutti menegaskan, "Martabat manusia tidak tergantung pada apa yang dapat dilakukan atau diproduksi oleh teknologi, melainkan pada nilai intrinsik yang diberikan Tuhan kepada setiap orang."

Tanggung Jawab Moral dalam Era AI

Di tengah berkembangnya kecerdasan buatan, Gereja mengajak kita untuk selalu mengingat tanggung jawab moral kita. Teknologi adalah ciptaan manusia, dan tidak boleh melampaui kemanusiaan itu sendiri. Ketika AI mengambil keputusan otomatis, kita harus bertanya apakah keputusan itu berlandaskan pada nilai-nilai kemanusiaan. Gereja mengingatkan bahwa teknologi harus digunakan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia, bukan untuk menindas atau merugikan. Paus Fransiskus menyatakan dalam Laudato Si' bahwa "Pengembangan teknologi yang tidak mengikuti prinsip-prinsip etika akan mengarah pada ketidakadilan dan kerusakan sosial." Oleh karena itu, pengembangan dan penerapan AI harus dilakukan dengan penuh pertanggungjawaban, mengutamakan transparansi, akuntabilitas, dan perlindungan terhadap martabat setiap individu.

Peran Gereja dalam Mendidik Umat tentang Etika AI

Sebagai pembimbing moral umat, Gereja Katolik memiliki peran penting dalam mendidik umat untuk memahami tantangan etika di dunia digital. Gereja mengajarkan bahwa teknologi harus digunakan untuk kebaikan bersama, dan bukan untuk memperkuat dominasi kelompok tertentu. Dalam ajaran Kristiani, teknologi tidak boleh melampaui nilai-nilai kasih, keadilan, dan kesetaraan. Paus Fransiskus dalam Fratelli Tutti mengatakan, "Kita harus menjaga agar teknologi tidak mereduksi hubungan kita satu sama lain menjadi transaksi semata, tetapi mengingatkan kita akan panggilan untuk saling menghormati dan melayani." Oleh karena itu, pendidikan moral tentang AI harus menekankan pentingnya menggunakan teknologi dengan bijaksana, menjadikan manusia sebagai pusat dari segala penciptaan teknologi, bukan hanya sebagai objek atau alat.

Aplikasi AI yang Menghormati Martabat Manusia

AI, jika diterapkan dengan penuh pertanggungjawaban, dapat menjadi sarana untuk menciptakan dunia yang lebih adil dan manusiawi. Dalam bidang medis, misalnya, AI dapat mempercepat proses perawatan tanpa mengurangi nilai kemanusiaan dalam hubungan antara pasien dan dokter. Di dunia pendidikan, AI dapat menciptakan pengalaman belajar yang lebih inklusif, sambil tetap menjaga nilai-nilai karakter dan spiritualitas. Gereja mengingatkan kita bahwa teknologi harus selalu digunakan untuk mendukung martabat manusia, dan bukan untuk merendahkannya atau mengabaikan kesejahteraan bersama. Paus Fransiskus menekankan dalam Laudato Si' bahwa "Teknologi harus melayani kebaikan bersama, menghormati hak-hak dasar setiap individu, dan berfokus pada kesejahteraan seluruh umat manusia."

Kesimpulan: Teknologi untuk Martabat Manusia

Dalam dunia yang semakin dipenuhi dengan teknologi, Gereja Katolik mengajarkan bahwa martabat manusia harus tetap menjadi prioritas utama. AI, seperti halnya semua bentuk teknologi, adalah alat yang harus digunakan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia, bukan untuk menggantikan atau merusak esensi kemanusiaan. Teknologi yang tidak berlandaskan pada kebaikan bersama hanya akan membawa kehancuran, sementara teknologi yang berlandaskan pada prinsip moral akan membawa kita lebih dekat pada dunia yang adil, penuh kasih, dan menghormati martabat setiap individu. Oleh karena itu, setiap kali kita menghadapi tantangan yang dibawa oleh AI, kita harus bertanya apakah itu membawa kita lebih dekat pada pengertian sejati tentang martabat manusia atau justru menjauhkannya.

Gereja Katolik berperan sebagai penjaga nilai-nilai moral di tengah gelombang teknologi, mengingatkan kita bahwa setiap inovasi, termasuk AI, harus diukur berdasarkan ukuran kasih, keadilan, dan martabat manusia yang tidak ternilai. Seperti yang dinyatakan Paus Fransiskus dalam Fratelli Tutti, "Kemanusiaan hanya akan berkembang dengan sejauh mana kita dapat menjaga martabat manusia sebagai nilai tertinggi dalam segala hal."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun