Representasi Sosial dalam Film Athirah (2016)
Film yang berlatar belakang di makassar ini bercerita tentang kehidupan ibu kandung dari Jusuf Kalla, bagaimana seorang perempuan bertahan untuk membesarkan anak-anaknya. Film yang mengambil setting di makassar tahun 1960-an.
Tema besar yang diambil pun tentang keluarga dan konflik jatuh-bangunnya. Film Athirah ini juga mendapatkan apresiasi tertinggi perfilman tanah air, yakni didapuk sebagai Film Terbaik dalam gelaran Festival Film Indonesia 2017.
Proses Penciptaan dan Ruang Religiusitas Riri Riza
Dari beberapa rekaman di balik layar (Behind The Scene) yang dipublikasikan oleh rumah produksi milik Riri Riza dan Mira Lesmana yaitu Miles Film, diperlihatkan bagaimana proses sutradara Riri Riza bekerja dalam membuat film.
Riri Riza banyak membuat film berdasarkan pengalaman-pengalaman empiris pribadinya atas kehidupan serta kepekaan sosialnya dengan menangkap isu isu yang penting dan relate dengan saat ini, tempo hari, atau bahkan mendatang.
Itulah mengapa film-filmnya selalu longlast, dibicarakan dan didiskusikan oleh banyak kritikus film. Bahkan filmnya yang dirilis 22 tahun lalu pun (Petualangan Sherina) masih menjadi film favorit bagi beberapa kalangan.
“Miles Films selalu tertarik dengan kehidupan orang-orang Indonesia yang jarang terpotret. Kami merasa bahwa melalui film inilah bisa membawa kisah orang-orang Indonesia. Film kami adalah bagian dari sikap atau pemikiran dan apa yang kami percaya sebagai manusia.” (Mira Lesmana dan Riri Riza dalam Video Behind The Scene Rumah Produksi Miles Film)
Proses penciptaan Riri Riza juga berdasarkan riset, ia memulai proyek film biasanya terlebih dahulu survey ke berbagai lokasi untuk merespon cerita yang akan ia tulis nantinya. Kemudian setelah skenario sudah tertulis, maka ia akan melakukan riset visual.
Riset visual khusus akan ia lakukan ketika film yang ia garap berlatar belakang periodik, seperti tahun 1950-an atau 1960-an. Seperti dalam film Athirah, Riri Riza banyak membuka arsip foto-foto lawas orang Bugis untuk melihat bagaimana mereka berpakaian, bagaimana cara mereka duduk, bagaimana cara mereka menyantap makanan, dll. Dari arsip arsip visual tadi, ia catat dalam notebook miliknya untuk kemudian diaplikasikan dalam treatment penyutradaraannya.
Treatment penyutradaraan lainnya adalah ketika Riri Riza memberikan treatment kepada Wardrobe Designer Film Athirah (Citra Subiakto) untuk mendesain elemen pakaian dalam film, Riri Riza memberikan acuan pallete warna menyesuaikan kondisi geografis suku bugis, ia menggunakan warna warna cerah, tak jarang juga menggunakan warna kuning seperti padi. Hal tersebut dikarenakan daerah setting tempat film Athirah merupakan daerah pedesaan penghasil produk pertanian dan perkebunan.