Setelah sahur selesai, tentunya dilanjutkan sholat shubuh berjamah. Dan setelah itu ada kegiatan ngaji kitab yang wajib diikuti oleh semua santri. Selesai ngaji pagi kegiatannya bebas, bisa mandi jika tidak malas, banyak juga yang memilih melanjutkan tidur, tidak sedikit juga yang memilih untuk tadarus Al-Quran agar mencapai target bacaan.Â
Kalau saya ya tergantung suasana hati, jika sedang rajin saya akan lebih produktif beribadah daripada tidur tapi jika sedang malas-malasnya ya saya akan memilih menemani selimut dan bantal saya di kamar bersama dengan teman-teman malas yang lain, hehe.
Kemudian nanti setelah sholat dzuhur ada ngaji kitab lagi, begitu pun sehabis sholat ashar. Ngaji sehabis sholat ashar ini diibaratkan sebagai ngabuburitnya anak pondok, bermanfaat sekali bukan?
Sambil menunggu berbuka, banyak yang membeli lauk di kantin pondok. Ini membutuhkan skill khusus saat mengambil lauk dan saat mengantre membayar, bagaimana tidak, kantin hanya sekecil warung pada umumnya dikerumuni oleh ratusan  santri, wah sangat perjuangan sekali untuk mendapat lauk yang diincar. Tapi dengan ini juga membantu menghilangkan rasa lapar menunggu berbuka.
Dilanjut berbuka puasa dengan makanan yang sebelumnya sudah diambil dan dibagi sesuai jadwal piket seperti saat sahur. Ini adalah momen yang menyenangkan dan tak terlupakan. Berbuka dengan teman-teman yang amat banyak diselingi kegiatan tawa canda dan keseruan lainnya. Setelah kegiatan berbuka selesai, sholat maghrib berjamaah juga merupakan hal yang wajib.
Kegiatan malam hari ini lumayan banyak, dari mulai sholat maghrib, dilanjutkan membaca Al-Quran secara individu, kemudian langsung diteruskan sholat isya' serta tarawih, berlanjut acara simakan Al-Quran, dan yang terakhir adalah setoran hafalan nadhom.
Setelah semua kegiatan itu selesai, baru bisa bersantai. Biasanya saya dan teman-teman saya membuat air panas dengan hitter untuk membuat mi instan atau pun minuman seperti kopi dan susu dengan ditemani berbagai cemilan. Seperti itulah kegiatan mengakhiri hari saat berpuasa di pondok, sederhana tapi menyenangkan. Catatannya adalah tidak ada dampak yang ditimbulkan dari adanya pandemi terhadap kegiatan puasa disana.
Lalu apa perbedaan berpuasa di rumah dan di pondok? Tentu saja banyak sekali perbedaanya. Tahun ini saya menjalani puasa di rumah. Walaupun di rumah juga ada orang tua dan saudara tapi rasa kebersamaan yang ditimbulkan itu berbeda.Â
Saya juga merasa kurang termotivasi untuk lebih giat beribadah ketika di rumah. Jika di pondok kita akan melihat banyak teman-teman yang melakukan ibadah seperti baca Al-Quran atau sholat sunah, dengan sendirinya kita akan termotivasi dan ikut melakukan hal tersebut. Sedangkan di rumah, karena orang-orangnya juga tidak banyak dan aktivitas yang dilakukan juga tidak terlihat karena lebih suka melakukan aktivitas di kamar, jadi motivasi dari lingkungan itu tidak ada.
Semangat untuk berbuka atau pun sahur dengan segala perjuangan seperti yang dilakukan di pondok juga rasanya tidak timbul. Di rumah semua serba mudah dan cepat tidak seperti di pondok yang butuh banyak perjuangan dan kesabaran ekstra. Di rumah juga tidak banyak kegiatan, tidak ada yang mengatur jadwal, mau melakukan apa pun tidak ada batas waktu dan tidak dibatasi oleh waktu.
Namun, apa pun perbedaan yang terjadi, yang bisa dijadikan pegangan dari puasa di tengah pandemi yang masih belum berakhir ini adalah bulan puasa merupakan bulan keberkahan dan penuh rahmat, jadi buatlah diri ini selalu dekat dengan Sang Pencipta.Â