Kembali ke hari pertama saya masuk sekolah di semester 2. Nah, setelah pengumuman untuk registrasi akun ltmpt itu, saya bertanya lah dengan teman saya, cari info di mading dan sebagainya. Dari situ baru saya paham ternyata alurnya begini dan begitu.
Pada bulan berikutnya keluarlah daftar siswa yang eligible untuk ikut SNMPTN, dan saya termasuk didalamnya. Tentunya saya senang, yang saya pikirkan adalah ikut SNMPTN, kalau lolos berarti besok-besok tidak usah mikirin SBMPTN, ujian mandiri, ataupun hal lain untuk mendaftar kuliah. Sungguh enak bukan, tinggal daftar, tunggu lolos, dan masuk kuliah deh.
Tapi tidak semudah itu, disinilah permasalahan mengenai jurusan dan universitas mana yang mau saya pilih menjadi beban pikiran. Dalam waktu sekitar satu bulan saya harus memutuskannya karena memang selang waktu untuk pendaftarannya juga sedikit.
Singkat cerita, saya sudah menentukan jurusan dan kampusnya. Sebulan kemudian lagi, tibalah saat pengumuman dan wala, saya tidak lolos. Yap, bahkan satu angkatan saya tidak ada yang lolos SNMPTN. Hah kok bisa?
Ternyata oh ternyata, SNMPTN atau jalur undangan ini ada beberapa pertimbangan awal dulu, bukan hanya soal nilai tapi juga soal kualitas sekolah. Dari beberapa sumber yang saya dapat dan saya simpulkan, pertimbangan tersebut adalah, sekolah kita favorite atau tidak, alumni sekolah kita banyak yang ada di uviv tersebut atau tidak, negeri atau swasta, dan SMA atau SMK.
Nah, ini dia yang menjadikan satu angkatan saya tidak ada sama sekali yang masuk SNMPTN. Yang pertama adalah bahwa sekolah saya bukan sekolah favorite. Yang kedua, alumni sekolah saya tidak ada yang masuk di univ yang saya daftar. Ketiga, ini yang agak diskriminatif, sekolah saya adalah SMK karena yang diutamakan dalam SNMPTN adalah SMA. Kemudian yang keempat, ini juga agak menyedihkan, sekolah saya merupakan sekolah swasta.
Lengkap sudahlah itu bahwa sekolah saya tidak termasuk dalam kriteria. Oh iya, ditambah lagi, saya mendaftar dijurusan favorite dan kampus favorite ternama juga yang pastinya saingannya juga sangat-sangat banyak. Istilah yang bisa saya pakai adalah pilihan saya saat itu "gak ngotak". Tapi tak apa, saya jadi bisa lebih mengatur strategi dalam mendaftar SBMPTN.
Jadi, saya rasa SNMPTN bukanlah ukuran yang patut kita sesalkan jika tidak lolos. Jika bisa lolos ya bagus dan pastinya meringankan beban pikiran, tapi kalau tidak lolos ya sudah, ini bukan akhir dari segalanya. Masih banyak jalan menuju Roma kawan. SBMPTN, ujian mandiri, dan kampus swasta, masih banyak yang bisa kita pilih.
Ingatlah bahwa kesuksesan bukan karena kita masuk kuliah lewat jalur apa, bukan karena kita kuliah di kampus mana, dan bukan karena nilai akademik. Kesuksesan ada dalam diri kita sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H