Mohon tunggu...
Darin Salsabila S
Darin Salsabila S Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga 20107030079

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Perempuan, Target Objektifikasi dalam Standar Kecantikan Masyarakat

22 Maret 2021   21:24 Diperbarui: 27 Maret 2021   18:15 1533
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam kasusnya, perempuanlah yang tentunya dirugikan atas stigma yang terbentuk ini. Bagaimana tidak, standar ini seperti sebuah keharusan bagi perempuan untuk berpenampilan seperti itu. Dan untuk perempuan sendiri pasti juga akan terobsesi menjadi sedemikian rupa.

Inilah dia mengapa perempuan disebut target objektifikasi. Perempuan selalu menjadi target atas fisik yang ia miliki, entah itu berupa sebuah pujian ataupun kritikan. 

Tanpa disadari sedari kecil perempuan sudah menerima objektifikasi ini. Dari orang tua, saudara, ataupun tetangga, yang menjadi perhatian mereka pasti mengenai fisik. 

Entah itu membahas penampilan, tubuh, atau kondisi wajah. Apapun itu bentuk pujian atau kritikan pasti akan kembali lagi pada pandangan tentang stigma kecantikan tadi.

freepik.com
freepik.com
Lalu apa yang akan terjadi?

Ini akan berakibat pada terbentuknya identitas seseorang. Identitas ini bukan hanya tentang siapa dia dimata dirinya sendiri tapi juga dimata lingkungannya. Menurut teori Looking-glass Self  yang dikemukakan oleh Cooley, ada 3 elemen dalam proses identifikasi diri:

  • The imagination of our appearance to the other person (imajinasi penampilan kita dimata orang lain)
  • The imagination of the other person's judgments on that appearance (imajinasi penilaian orang lain terhadap penampilan kita)
  • Some sort of self-feeling, such as pride or mortification (semacam perasaan diri, seperti bangga atau malu)

Nah, dari teori tersebut konsepsi diri ini terbentuk, identitas diri ini terbangun. Oleh karena itu, dalam kaitannya dengan stigma masyarakat terhadap objektifikasi terhadap perempuan ini memang sangat berpengaruh bagi identitasnya. 

Maka hal yang wajar jika seorang wanita selalu memandang fisik, berbicara mengenai fisik, ataupun mementingkan terhadap penilaian fisik. Karena apa? Karena dari kecil, perempuan memang selalu dikaitkan dengan stigma kecantikan fisik, selalu menjadi target objektifikasi kecantikan ini.

Lebih jauh lagi, dampak dari objektifikasi oleh masyarakat ini akan mengakibatkan juga adanya objektifikasi pada diri sendiri. Jadi bagaimana dengan objektifikasi diri ini? Objektifikasi diri mengacu pada penerimaan stigma atau keyakinan yang dibuat oleh masyarakat.

Sayangnya, konsekuensi dari objektifikasi diri ini sungguh bukan hal baik. Seperti dalam hal ini, maka seseorang tentunya ingin menjadi seperti apa yang menjadi standar kecantikan di atas. 

Perempuan yang menginginkan kulit putih, mungkin akan menggunakan cara instan dengan meminum obat pemutih atau memakai skin care yang tak terjamin keamanannya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun