Berawal dari berdirinya rest area pada 2006 lalu, kini Rest Area Grafika Cikole berkembang menjadi Terminal Wisata Grafika Cikole yang berlokasi di kaki pegunungan Tangkuban Perahu pada ketinggian 1400 m diatas permukaan laut dengan luas mencapai 9 hektar yang berada di Desa Cikole, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat.
Cabang utama Grafika mencakup lokasi di Sukabumi, Gerlong, Jogja, dan Gombong, serta restoran dan hotel di Bali. Grafika Cikole, berfokus pada layanan wisata seperti penyediaan lunchbox, katering untuk hotel tanpa F&B (seperti Hotel Makmur Indah), dan aktivitas outbound serta sarapan bagi wisatawan yang menuju Tangkuban Perahu. Jaringan pelanggan Grafika Cikole terdiri dari 60% wisatawan Jawa Tengah dan Jawa Timur, 20% dari Jakarta, dan 20% dari Sumatra.
Pak Sapto sebagai General Manajer dari Terminal Wisata Grafika Cikole mengungkapkan “Kalau TWGC sendiri fokus awalnya di wisatawan tangkuban perahu, karena wisatawan bandung itu tidak pas kalau tidak ke tangkuban perahu, tapi seiring berjalannya waktu kita sebagai penyangga dan berkembang menjadi suatu kawasan wisata dimana pengunjung itu bisa outbound sekaligus makan dan kami juga sediakan tempat untuk menginap.” ungkapnya saat ditemui di Lokasi Grafika Cikole pada Jumat (08/11/2024).
Saat ditanya visi mengenai usaha ini, Pak Sapto menjawab “Tujuan kami adalah memastikan wisatawan memilih Terminal Wisata Grafika Cikole sebagai tempat makan utama kemanapun mereka pergi”
Pak Sapto menungkapkan bahwa dari berdirinya Grafika Cikole hingga saat ini tak luput dari tantangan-tantangan yang dilalui. Akan tetapi, dari tantangan-tantangan tersebut juga menumbuhkan inovasi. “Salah satu tantangan yang kita hadapi adalah orang-orang kalau datang kesini sekarang suka selfie dan mengambil foto, konten-konten yang diambil di tempat kami dishare di sosial media, otomatis kita harus memberi citra yang baik untuk ditunjukkan, kita harus mengikuti perkembangan dan trend yang ada untuk itu”
Bukannya melihat kompetitor sebagai ancaman, Terminal Wisata Grafika Cikole justru menganggap persaingan sebagai daya tarik yang bisa mendatangkan lebih banyak pengunjung ke Cikole, bikin suasana wisata jadi makin ramai.
Melansir dari website resminya yaitu grafikacikole.com, Grafika Cikole menyediakan tempat penginapan yang terdiri dari pondok wisata alam, urban camp, rumah panggung, dan juga camping ground. Lalu untuk outboundnya sendiri dapat dipilih paket outbound maupun wahana permainan. Terdapat Hutan Mycelia yang menggambarkan sebuah peradaban kecil, di kedalaman hutan, penuh keceriaan, cahaya dan warna. Restorannya terdiri dari Aula Resto Grup dan Resto Taste of Cikole. Wisatawan juga dapat memilih FnB dari Taste of Cikole, Paket Buffet Banquet, BBQ kambing guling, pusat oleh-oleh dan juga foodcourt.
Sebelum kamar disewakan kepada tamu, dilakukan standar khusus untuk menjaga kebersihan dan kenyamanan, Alur dimulai dari marketing ke reservasi, kemudian mengeluarkan form berisi rincian kebutuhan untuk gudang, dapur, service, dan pelanggan. Producing control dilakukan melalui serah terima antara dapur dan service untuk memastikan semua kebutuhan pelanggan siap.
Mengenai keunikan TWGC, Pak Sapto menjelaskan “Penginapan di Terminal Wisata Grafika Cikole yang kami tawarkan adalah nomor satu, mengutamakan kelengkapan fasilitas, pelayanan prima, dan standar hospitality yang tinggi. Dengan tiga aula, kami mampu menyediakan makanan untuk 600–700 orang. Kami juga memiliki jaringan travel agent yang kuat, memudahkan akses tamu ke Grafika Cikole. Kecepatan produksi kami menjadi keunggulan, mampu menangani permintaan dadakan hingga 100 orang dalam waktu hanya satu jam. Bahkan bulan lalu, jumlah tamu melebihi jumlah reservasi yang masuk, menunjukkan tingginya kepercayaan pelanggan. Sistem manajemen yang solid juga menjadi nilai tambah, dengan banyak tamu yang datang dari Lampung dan Jogja.”
Pak Sapto mengatakan dalam hal strategi pemasaran “Prioritas kami adalah pertama, menjaga kualitas layanan agar tetap unggul. kedua memastikan hubungan baik dengan tamu, baik yang sudah datang maupun yang akan datang dan ketiga yaitu aktif mengikuti kegiatan mitra travel agent untuk memperluas jaringan dan meningkatkan kunjungan.”
Selanjutnya mengenai Sumber Daya Manusia (SDM), Pak Sapto mengungkapkan bahwa pengembangan-pengembangan karyawan itu lebih penting dan diutamakan, karena apabila kantor tanpa karyawan yang berkembang, maka sistem manajamennya tidak akan baik. Perusahaan ini juga secara resmi dibentuk PT pada 2018 lalu agar memudahkan untuk pengelolaan dari beberapa cabang.
Pak Sapto menjelaskan bahwa kendala permodalan hampir tidak pernah menjadi masalah besar, kecuali saat pandemi Covid-19. "Sejujurnya, sebelumnya tidak ada kendala. TWGC sangat berkembang, kawasan wisata juga terus maju. Kami selalu berpikir matang agar masalah tidak muncul. Namun, saat Covid-19, kami benar-benar terpukul. Meski begitu, loyalitas karyawan dan dukungan mitra menjadi kekuatan utama yang membantu TWGC bertahan," ungkapnya.
Motivasi untuk menjalankan bisnis ini serta momen yang menjadi titik balik dalam berwirausaha didasarkan pada prospek, inovasi, dan tujuan yang jelas. Pak Sapto menjelaskan, "Pariwisata memiliki prospek yang besar, terutama dengan inovasi pada wahana, menu, serta pengembangan area sesuai kebutuhan pelanggan. Fokus utama kami adalah menarik grup-grup besar karena potensi ini sangat menjanjikan," ujarnya.
Pak Sapto juga mengungkapkan kunci sukses dan kiat-kiat dalam berwirausaha. Meskipun berjualan sering kali mengalami perubahan, penting untuk tidak terlalu banyak berpikir tanpa eksekusi. Segala keputusan harus dipikirkan dengan matang. Contohnya Ayam Kremes Juara Bertahan (Juber) yang bertahun-tahun berhasil mempertahankan penjualan dan terus berinovasi, menunjukkan bahwa penghitungan yang matang adalah kunci untuk tetap bertahan dan berkembang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H