Mohon tunggu...
Darfito Pado
Darfito Pado Mohon Tunggu... -

A dreamer, who is also a simple person seeing everyday is a beautiful day. Also: A father, Electrical Engineer, Project Management Practitioner, Photography & Book Lover.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Gempa Bumi Politik di Negeri Jiran

14 Oktober 2018   09:46 Diperbarui: 14 Oktober 2018   10:40 455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi ini harian Kompas menurunkan tulisan pada kolom International di halaman 3 tentang kemenangan Anwar Ibrahim pada pemilu sela di Port Dickson yang dilaksanakan kemarin. Prosesnya sungguh menarik disebabkan oleh 3 hal:

1. Lowongnya kursi parlemen dari Port Dickson dimulai dari mengundurkan dirinya incumbent untuk membuka jalan bagi Anwar Ibrahim untuk meraih kursi parlemen dibawah bendera koalisi Pakatan Harapan.

2. Port Dickson bukanlah daerah pemilihan tradisional Anwar. Biasanya Anwar Ibrahim bertarung di daerah Permatang Pauh sejak tahun 1982.

3. Port Dickson adalah wilayah dengan heterogenitas ras yang tinggi.

Malaysia yang Terbelah

Turunnya Mahatir Muhammad 15 tahun lalu dan naiknya Najib Razak sebagai perdana menteri Malaysia lambat laun membawa perubahan besar pada konstelasi politik di Malaysia. 

Barisan Nasional yang telah menguasai pemerintahan selama negara itu berdiri, perlahan mengalami pelemahan dukungan bahkan dari kalangan Melayu sendiri akibat kebijakan-kebijakan tidak populis yang dikeluarkan oleh pemerintahan Najib Razak. Hal ini kemudian diperparah dengan kecurigaan masyarakat umum akan masifnya praktek korupsi pemerintahan itu.

Kebijakan pemerintah sebelum Najib Razak berkuasa banyak membela kepentingan Melayu secara umum, belakangan malah dianggap memberikan tekanan yang luar biasa dan tidak membela kepentingan puak Melayu lagi. Situasi ini kemudian mengakibatkan perubahan persepsi terhadap pemeritahan Najib dan menimbulkan tanda tanya besar kepada Barisan Nasional tentang keberpihakan mereka kepada kaum Melayu.

Pakatan Harapan

Mahatir Muhammad yang melancarkan kritikan-kritikan pedas terhadap pemerintahan Najib selama 3-4 tahun belakangan kemudian turun gunung dan membentuk Parti Pribumi Bersatu pada September 2016 dan bergabung dengan Koalisi Pakatan Harapan dengan menduduki posisi sebagai Chairman. 

Koalisi ini dibentuk untuk menandingi Koalisi Barisan Nasional pimpinan Najib Razak. Menariknya, Pakatan Harapan ini adalah Koalisi yang terdiri dari partai-partai oposisi yang pernah berseberangan dengan Mahatir. Salah satunya adalah Partai Kesejahteraan Rakyat di mana Anwar Ibrahim duduk sebagai pimpinannya.

Pada akhirnya, pemilu raya Malaysia kemarin memberikan kemenangan kepada Pakatan Harapan dan mendudukan kembali Mahatir Muhammad sebagai perdana menteri Malaysia.

Apa Yang Bisa Kita Pelajari

Sebagai orang luar Malaysia, dan sebagai orang awam setidaknya saya memberikan catatan-catatan sebagai berikut:

1. Kemenangan Pakatan Harapan adalah kemenangan rakyat. Sebab, mayoritas mereka ini adalah partai oposisi yang tidak pernah menang melawan koalisi Barisan Nasional.

2. Faktor Mahatir, ini memang penting. Tetapi, menurut hemat saya, pentingnya Mahatir adalah kemampuannya membaca kecenderungan arah politik rakyat Malaysia.

3. Sekali lagi Mahatir. Bergabung dengan oposisi adalah sebuah gempa bumi politik. Tetapi bagi Mahatir, itu tidak penting. Yang penting adalah bagaimana mengakomodir aspirasi rakyat. Ego dibuang jauh-jauh.

4. Bertarung dan menangnya Anwar di Port Dickson. Ini juga sebuah kelegawaan politik bagi incumbent, terlepas dari ada tidaknya "deal" dibalik itu, untuk memuluskan Anwar ke parlemen. Masyarakat Port Dickson yang heterogen secara politik juga memberikan 71% suara yang memastikan dukungan mayoritas kepada Anwar.

Apa Artinya Ini? Bagi saya ini adalah sebuah keindahan komunikasi politik antara rakyat dan pemimpinnya.

1. Ketika rakyat gusar dan beban hidupnya bertambah, para pemimpinnya bisa membaca kegusaran-kegusaran itu.

2. Pemimpin kemudian mengambil langkah-langkah cermat yang konstitusional dalam usaha menerjemahkan aspirasi rakyat yang gusar itu dengan aksi yang cepat.

3. Dalam hal aksi pemimpin itu, rakyat kemudian memberikan dukungan, dengan kemenangan 71% bagi Anwar misalnya.

4. Baseline dari semua ini adalah: komunikasi politik yang baik antara rakyat dan pemimpinnya yang menimbulkan rasa percaya (trust) yang tinggi.

Pertanyaannya adalah adakah ini bisa memberikan pelajaran bagi kita dalam hidup berbangsa dan bernegara?

Jakarta, 14 Oktober 2018.

Pada sebuah pagi, di warung kopi depan rumah sambil menyeruput kopi dan beberapa batang rokok kretek.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun