Guru: "(Dengan suara sendu) Iya mba"
S: "Kalau boleh tau ini di rumah sakit mana yah?"
G: "Rumah sakit MK"
S: "Bekasi barat apa bekasi timur?"
G: "Bekasi barat. Mba langsung aja ngomong sama dokternya ya.. (Masih dengan suara seperti menangis)"
Dokter: "Halo bu ini si A sedang pendarahan yang banyak. Tadi jatuhnya tepat di kepala belakang sehingga mengenai otak kecilnya. Kalau dalam 10 menit tidak ditangani saya khawatir akan menjadi geger otak dan harus operasi sedangkan disini alatnya sedang tidak ada. bla bla blaaa (ngomong panjang lebar tapi saya sudah tidak mau mendengarkan karena sudah tau ini penipuan! Masa rumah sakit besar tidak ada alatnya!) Halo bu...."
S: "Oh iya.. Maaf saya sudah tidak percaya! Saya akan telepon ayah saya yang pengacara." (Dan saya pun menutup telepon)
Untuk memastikan saya pun menelepon ke sekolah adik saya dan memberitahukan perihal telepon tadi. Pihak sekolah menyatakan kalau tidak ada kejadian apa-apa, dan kalau pun terjadi hal seperti itu maka pihak sekolah yang akan langsung menelepon. Setelah menelepon sekolah, saya menelepon ayah saya untuk menyuruhnya balik secepatnya karena saya mau jemput adik saya yang hampir 1 setengah jam belum pulang juga. Tetapi setelah menelepon orang tua tidak lama kemudian adik saya pulang dengan ojek dengan selamat dan tidak ada bekas luka. Mama saya panik sekali dan mengira adik saya kemungkinan di culik, tetapi ayah saya dengan yakin kalau itu penipuan. Akhirnya mama saya mencoba menelepon nomor si "guru" itu untuk pura-pura ngerjai balik tetapi nomor itu sudah tidak aktif.
Bagi para orang tua yang mendapatkan telepon bermodus seperti ini intinya jangan panik dan langsung percaya begitu saja karena sekali percaya maka si pelaku akan menuntun kita untuk mentransfer uang. Lebih baik mengecek langsung ke sekolah.
Salam..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H