Mohon tunggu...
Dharono Trisawego
Dharono Trisawego Mohon Tunggu... -

saya sekarang bekerja didunia travel,

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Untung Ada Geliga, Jalan-jalan Jadi Gagah

24 Desember 2017   19:24 Diperbarui: 25 Desember 2017   16:27 1277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya kaget ketika istri dan anak saya ngajak ngajak jalan jalan ke Tamah Hutan Raya (THR) Juanda Bandung saat lagi nonton televisi malam malam .

" Pak ayo besok pagi ke Taman Hutan Raya Ya. Adik pengin lihat rusa dan batu selendang. Kita naik kendaraan online, gak usah bawa kendaraan ya. Kita berangkat jam 6 pagi ya pak," ujar anak saya.

Ibunya juga setuju. Pokoknya hari itu gak usah bawa kendaraan pribadi ke THR Juanda.

Memang saat masuk SD ,anak saya pernah ke kandang rusa. Sekarang sudah kelas 3 SMP jadi sekitar 3 atau 4 tahun tidak lagi mampir ke THR Juanda.

Sebenarnya kaget juga dengan acara jalanjalan mendadak ini. Soalnya seharian ada kerjaan sampai magrib, dan baru pulang jam 19.00.

Eh paginya  anak dan istri minta ngantar ke Taman Hutan Raya Juanda. Untung  hanya pakai kendaraan online, jadi gak ribet.

Malam itu juga saya siap kan pakaian, tas pinggang, minuman dan tak lupa bawa geliga krim. Siapa tahu ada obat bila gak kuat jalan. Maklum udah lama gak jalan jalan panjang.

Karena tujuannya utamanya ke penangkaran rusa dan melihat batu selendang,  begitu masuk ke THR Juanda langsung ke lokasi yang diinginkan.

Bahkan Goa Jepang dan goa Belanda di lewat saja. "Nanti saja pulangnya kalau sempat mampir sekarang adik mau ke penangkaran rusak dan batu selendang," ujarnya.

Dengan penuh semangat kami bertiga,menyusuri pepohonan. Jika dilihat dari peta jarak dari pintu THR Juanda ke penangkaran rusa hanya 2,5 - 3 km saja.Kalau jalan santai gak sampai satu jam.

Jalan santai tak terasa. Dan tiba tiba ada penunjuk jalan menuju Penangkaran Rusa. Tertulis 500 meter dan arah kiri. Dan melewati sungai dan  bendungan milik PDAM Kota Bandung.

Kaget juga melihat bendungan PDAM tak terawat. Banyak sampah di kawasan PDAM tersebut.

Dan tralalala, akhirnya sampai juga ke penangkaran rusa. Anak saya senangnya bukan main., begitupula dengan istri saya.

Dok.pribadi
Dok.pribadi
Setelah membeli sayuran , mereka berdua bercengkerama dengan rusa. Saya beristirahat sebentar.

Istilahnya menelonjorkan kaki sekalian mengoles  geliga krim di kaki. Dioles oles sambil sedikit dipijat kaki

Ada rasa hangat ketika geliga krim dioleskan di kaki. Rasanya darah seperti mengalir lagi.  Seperti ada perasaan menyegarkan. 

Ternyata geliga krim  meraih TOP BRAND AWARD 2017 sebagai balsam dan krim terpercaya untuk mengatasi masalah pegal.

Selain menyegarkan untuk siap jalan lagi, juga senang melihat anak dan istri bercengkerama dengan rusa.

Dok.pribadi
Dok.pribadi
Tiba tiba anak saya mendekati saya dan bertanya : Bapak kok ikutan ngasih rusa. Dan saya jawab, ini kaki bapak agak capek, bapak kasih Geliga krim dulu biar kuat jalannya nanti.

Setelah beristirahat sejenak, dan kaki terasa enak, kemudian saya bergabung dengan anak istri untuk bercengerama dengan rusa.

Penangkaran rusa ini sudah ada lama ada sekitar tahun 2005. Waktu itu hanya ada beberapa rusa. Ditahun 2017 ini sudah ada sekitar 25 ekor rusa. Lahan yang luasnya hampir 500 meter itu dipenuhi dengan rusa.

Kabarnya hampir setiap tahun rusa rusa itu melahirkan anak. Dan disebuah sudut penangkaran ada tempat khusus bagi anak anak rusa.

Sekitar 30 menit merasakan nuansa penangkaran rusa lalu dilanjutkan ke mencari lokasi Batu Selendang.

Penuh cerita legenda.

Dari penangkaran lalu menuju jalan utama. Dari jalan utama ini mencari papan nama yang bertulis Batu Selendang. Perjalanan dari penangkaran rusa ke Batu tulis sekitar 45 menit dengan jalan santai. Untung ada Geliga krim, jalan saya santai dan bertenaga kembali.

Tak terasa berjalan ada papan penunjuk ke arah Batu Selendang. Tapi apa yang terjadi kemudian ? Itu hanya jalan setapak dan kanan kiri banyak peohonan. Karena setapak jalannya harus hati hati, apalagi terasa basah di jalanan.

Begitu diujung menjadi kaget lagi. Tepat diujung ternyata ada jalan curam ke bawah sedalam 20 meter. Dan letak batu selendang  ada di tepian sungai antara Curug Kidang dan Curug Lalay.

Istri saya khawatir melihat jalan curam tersebut, apalagi kabarnya baru hujan kemarin, Jadi terlihat licin. Anak saya juga takut. Saya sendiri antara takut dan tidak. Tapi demi keselamatan anak istri, hanya bisa melihat lokasi Batu selendang dari atas.

"Gak apa apa adik sudah senang lihatnya meski gak kebawah," ujar anak saya.

Sebenarnya jika dilihat dari sejarah,  Batu selendang terbentuk dari lava Gunung Tangkuban Perahu. Lava encer itu kemudian mengeras setelah sebelumnya bergerak membentuk lipatan-lipatan yang khas menyerupai selendang.

Hamparan batu selendang yang tersingkap hanya 10 meter saja, tapi diperkirakan masih banyak batu model seperti itu di kawasan tersebut. Karena lokasinya di tepi sungai yang deras , belum ada ekploitasi lagi.

Batu selendang ini ditemukan oleh Agus Nana pada tanggal 19 mei 1983. Saat itu  sedang mencari cacing tanah untuk umpan pancingnya.

Batu Selendang itu terhampar di tepi Sungai Cikapundung, berdekatan dengan Curug Lalai membeku dalam batuan lava yang mengeras.

Selain bicara soal kejadian alam, ternyata batu selendang itu juga ada legendanya.

Dikisahkan marahnya Sangkuriang melihat Dayang Sumbi yang sedang  menebar helai-helai kain.

Mahluk halus anak buah Sangkuriang,  berlarian ketakutan bersembunyi memasuki tanah karena menyangka hari telah mulai pagi --Kain putih hasil tenunannya yang bercahaya karena pertolongan Sang Hyang disangka cahaya fajar oleh para makluk halus

Sangkuriang marah. Dan  Dihentakkan kakinya berkali-kali ke tanah hingga memuntahkan  isi perut bumi. Lava mengalir dari mulut  gunung  hingga ke dasar-dasar lembah dan sungai. Angin pagi yang berputar-putar kencang menerbangkan selendang jingga yang membalut leher Dayang Sumbi yang terus berlari.

Selendang terjatuh ke dasar lembah, tersapu lava dan tertimbun  tebing-tebing runtuh.

Meskipun belum bisa melihat secara langsung, namun informasi tentang batu selendang ini sangat menyenangkan.

Anak saya merasa puas msekipun tidak melihat secara batu slenedang. Yang penting ketemu rusa dan lokasi batu selendang.

Sekarang mau kemana ? tanya saya. Anak saya langsung menjawab dengan santai , sambil pulang mampir ke Goa Jepang .

Dok.pribadi
Dok.pribadi
Tapi dari lokasi batu selendang ke Goa Jepang sekitar 90 menit kalau jalan santai. Karena sudah memakai  geliga krim   jalan saya menjadi gagah.

Jalan santai sambil cerita sana sini soal Rusa  dan Batu selendang  terasa ringan. Dan tiba tiba perut terasa keroncongan. Tepat dijuang goa Jepang ada warung makan, berhenti  untuk istirahat.

Sambil istirahat saya mengoles krim geliga lagi sambil memijat kaki. Istri saya memesan mi isntan dan kopi . Eh melihat saya tetap gagah berjalan, istri saya penasaran. "Pakai geliga ya," ujarnya. Dia tahu jika saya capek selalu pakai  geliga krim .aya. 

Kemudian dia mencari tempat yang agak sepi untuk mengoles  geliga krim  di kakinya.  Tak berapa lama kemudian dia bilang: Aduh rasanya hangat sekali. Kayaknya seperti dipijat. Jadi ringan lagi kaki ini.

Menikmati siang yang cerah, makanan terasa nikmat.dan sesekali menggoda kera yang berada di kawasan tersebut.

Memasuki goa Jepang dan langsung keluar ke tempat parkir dan kemudian memesan kendaraan online untuk pulang.

Meskipun jalan jalan ke Taman Hutan Raya Juanda dari hanya agi sampai sore  namun perasaan jadi segar kembali. Pikiran jadi jernih dan jalan tetap semangat.

Untung ada geliga krim, jalanjalan jadi gagah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun