Sebenarnya ini hal yang sangat lumrah di dunia per-wedding-an. Apalagi di kota-kota besar di Indonesia. Sempat beredar tagar #CrazyRichSurabaya, parodi dari film Crazy Rich Asian, yang menceritakan tentang kehidupan glamour orang-orang kalangan atas, yang bagi orang proletar (apalagi berstatus karyawan kelas Sudra kaya gue) itu bikin geleng-geleng kepala.
Bayangin aja, acara resepsi pernikahan disana udah kaya pergelaran konser diva luar negeri yang ngadain konser di Indonesia. Wedding singer-nya aja artis-artis ibukota yang malang melintang tiap hari di tv. Belum lagi doorprize-nya itu berupa mobil. Bisa bayangin dong se-kaya apa mereka itu. Bisa jadi aja para orang kaya ini kalo mau kencing aja 2 hari sebelumnya, saking gede dan luasnya rumah mereka.
Belum lagi para pengusaha dari Kalimantan kalo mengadakan resepsi pernikahan. Viral di media sosial undangan pernikahan heboh yang melibatkan artis sekelas Rhoma Irama, Â Via Vallen, Ayu Tingting dan masih banyak lagi loh. Itu belum termasuk tenda, prasmanan dan perintilan lainnya. Satu hal yang pasti, listrik voucher orang tersebut ga akan pernah bunyi.
Kenapa biaya nikah bisa sangat mahal, itu juga disebabkan beberapa faktor. Salah satunya adalah Keluarga. Bukan bermaksud menyamakan semua keluarga, tapi kebanyakan yang membuat membengkaknya biaya resepsi pernikahan adalah tuntutan keluarga. Mesti di gedung ini lah, prasmanan mesti ini lah, itu lah, ini lah dan banyak lagi permintaannya. Yang ditakutkan adalah niatnya yang bergeser bahwa resepsi pernikahan itu untuk ajang pamer temen-temen dari keluarga kita. Sekali lagi, ini opini. Ga semuanya kayak gini.
Ada juga faktor  unik yang lain yang membuat biaya resepsi pernikahan mahal.  Pernah ngobrol sama sepupu kalo gue pengen ngadain nikahan sesederhana mungkin dengan mengundang keluarga dan kerabat dekat. Lalu sepupu gue bilang, "Lah bokap lu udah kondangan kemana-mana, masa nanti pas lu nikahan ga di pestain. Ga balik modal dong bokap lu?"
Yak "Hutang Kondangan" menjadi salah satu tradisi yang gue bilang absurd. Contoh semisal ketika kita membuat acara resepsi, mengundang seseorang sebut saja A. Nominal dari amplop dari A tersebut nanti adalah "hutang" kita yang kita bayarkan ketika A mengadakan resepsi kembali. Entah apakah di seluruh Indonesia mengenal tradisi seperti ini, tapi di daerah Jakarta sudah tak asing dengan tradisi tersebut.
Apakah bisa menikah dengan murah?
Jawabannya, bisa. Sesederhana kita tinggal ke KUA dengan membawa persyaratan. Jika sudah lengkap persyaratan, langsung ijab kabul, dan taraaaa.. anda sudah sah menjadi suami istri.Â
Seperti nikahannya Suhay Salim, beauty vlogger yang menikah dengan pakaian casual bahkan celana jeans, dan menikah di KUA. Masalahnya tidak semua bisa seperti Suhay Salim. Pasti ada saja faktor yang membuat nikah itu harus ada pestanya.
Yah kalo itu tergantung orangnya dah. Yang gue khawatirkan cuma satu, udah sibuk mikirin biaya nikah tapi pasangannya belom ada. Hiks.