Peran Bahasa Indonesia Sebagai Pemersatu Keberagaman Bahasa
Penulis :
Dara Tista1, Emilia Elin2, Abdur Rahim3
Indonesia sangat kaya akan keragaman budaya bahasa.Sebagai salah satu negara kepulauan terbesar dengan populasi besar di dunia, Indonesia sangat kaya. Tak hanya kaya akan sumber daya alam, namun juga kaya ragam suku dan budaya yang tersebar di berbagai daerah. Bahasanya pun berbeda-beda pula.Indonesia merupakan negara yang memiliki beragam budaya dan suku. Dari Sabang hingga Merauke. Hal ini tentu akan membuat bahasa yang digunakan menjadi beragam. Bahasa lokal setiap suku yang tentu sangat berbeda satu sama lain.Â
Meskipun demikian, Indonesia memiliki persatuan bahasa yaitu bahasa Indonesia. Dengan banyaknya bahasa daerah di Indonesia, tak banyak yang mengalami hal serupa. Seperti halnya bahasa Jawa Tengah dengan Jawa Barat. Meskipun masih dalam satu pulau Jawa bahasa yang digunakan tidaklah sama, bahkan tidak ada kemiripannya.Bahasa dan pemakaian bahasa tidak hanya ditentukan oleh faktor linguistik, tetapi juga faktor nonlinguistik, di antaranya faktor sosial.
Didalam aktifitas sehari-hari khususnya dilingkungan masyarakat, kita selalu berbicara menggunakan Bahasa daerah masing-masing. Baik dengan siapa kita beberbicara, dengan ragam bahasa apa, kepada siapa, kapan, di mana, dan mengenai masalah apa. Tetapi kita sering lupa didalam berbicara dengan lawan jenis menggunakan Bahasa Indonesia. Anggota masyarakat suatu bahasa biasanya terdiri dari berbagai orang dengan status sosial dan berbagai latar belakang budaya yang tidak sama. Oleh karena latar belakang dan lingkungan tidak sama, maka bahasa yang digunakan pun menjadi beragam.
Kesalahan yang dialami saat berbicara yaitu kita lupa bahwa disaat kita berbicara dengan seseorang kita harus menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, hal itu lah yang menjadi penyebab lawan berbicara kita sedikit kesulitan dalam memahami bahasa yang kita bicarakan. Sudah banyak kita lihat diberbagai kalangan masyarakat apalagi Mahasiswa. Seperti "Mahasiswa yang kuliah di Universitas Jambi khususnya lingkungan FKIP". Banyak sekali yang masih menggunakan bahasa daerahnya masing-masing disaat berbicara dengan sesama teman apalagi dosen.
Dilingkungan FKIP sendiri masih dominan dengan Bahasa daerahnya apalagi Bahasa Jawa. karena, kebanyakan Mahasiswa FKIP menggunakan Bahasa daerahnya dan Bahasa Jawa didalam berbicara dan tidak menggunakan Bahasa Indonesia. Hal itulah yang membuat lawan pembicara kesulitan dalam memahami Bahasa si Pembicara.
Kesalahan yang sama juga di terjadi di sebuah organisasi "P3KM yang sedang melaksanakan rapat", Pada saat rapat Ada seorang adik tingkat yang sedang berbicara dengan temannya menggunakan bahasa Batak Simalungun tapi lawan berbicaranya ini adalah orang asli Jambi. Hal inilah yang menjadi penyebab si lawan pembicara ini tidak tau apa yang sedang di bicarakan sipembicara alhasil lawan pembicara ini hanya mengangguk angguk saja karena dia tidak mengerti apa yg sedang pembicara bicarakan tadi.
Yang mana kalimat yang diucapkan "Ija ham Marhuta?". Itulah mengapa kita diwajibkan menggunakan Bahasa Indonesia disaat berbicara agar sipendengar bisa memahami apa yang kita sampaikan. Akan tetapi, jika kita menggunakan Bahasa daerah tidak semua kalangan mengerti Bahasa yang kita ucapkan itu, apalagi posisi kita sedang berada disebuah kumpulan organisasi.
Keefektifan didalam penggunaan Bahasa itu harus sesuai dengan aturan yang berlaku. Dimana kita harus bisa menempatkan posisi dimana kita harus menggunakan Bahasa Daerah dan dimana kita harus menggunakan Bahasa Indonesia agar mempermudah didalam berkomunikasi agar tidak terjadinya kesalahpahaman yang mungkin bisa saja menyebabkan komplik antar sesama. Apalagi dilingkungan yang mana kita memang diwajibkan menggunakan Bahasa Indonesia bukan Bahasa Daerah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H