Ungkapan kata cinta sangat beragam. Tapi pernah kah kamu mendengar "the sunset is beautiful? isn't it?"
Ungkapan berasal dari Jepang ini tidak hanya sebatas mengungkapkan sebuah kata cinta tapi ada kerelaan yang tercipta dari kalimat tersebut.
Coba kita perhatikan lebih dalam lagi mengenai apa sih sebenarnya arti dari "the sunset is beautiful, isn't it".
Banyak persepsi yang tercipta dari kalimat tersebut, para pembaca atau pendengar bebas mengartikannya seliar mungkin. Kalau diartikan dalam bahasa Indonesia hanya sebatas "sunset itu indah bukan?".
Tapi apa sih yang sebenarnya terkandung dalam kalimat itu? Jika kita perhatikan, sunset akan selalu indah untuk kita nikmati kapan pun kan?
Namun kita tidak bisa melihatnya secara lama atau bisa dikatakan kenikmatan sesaat. Sama halnya dengan mencintai seseorang, kita tidak bisa memaksanya untuk tetap tinggal bersama kita walaupun seindah apa kisah yang terjadi di antara kita.
Ternyata ini adalah sebuah kalimat menyerah dengan gaya. Kalau kata Pamungkas "i love you but i’m letting go" tentang bagaimana kita bisa mencintai seseorang dan memilih untuk pergi merelakannya.
Mencintai bukan perkara memperjuangkannya saja, banyak pepatah yang berkata “sekeras apa pun akan luluh dengan cinta” tapi bagaimana bisa jika manusia yang diperjuangkan memilih untuk menyianyiakan cinta yang diberi. Kehilangan akan menjadi salah satu jalannya.
Ngomongin proses merelakan, sebenernya fase apa saja sih yang kita lewatin ketika kita kehilangan seseorang? Setelah kehilangan akan muncul beberapa fase dalam diri kita yang akan muncul.
Fase yang pertama adalah fase berduka. Fase berduka ini kita akan merasa denial dan merasakan emosi akan menguasai logika kita.
Pada fase berduka ini kenangan-kenangan yang ada di memori kita masih terus melekat dalam pikiran, inilah mengapa fase ini manusia cenderung denial. Fase yang kedua adalah menerima keadaan atau acceptance.
Fase yang sangat sulit dilewati, sebab pada fase ini diri kita sudah menyadari fakta yang sebenarnya terjadi. Fase ini menyadarkan kita bahwa bukan dia lagi orangnya.
Kita hanya perlu jujur kepada diri sendiri, kita mungkin akan bisa berbohong kepada orang lain. Perlu hati yang lapang dan dewasa untuk mengakui bahwa diri kamu sedang berduka.
Fase yang terakhir adalah metamorfosa. Setelah melewati fase yang sangat rumit, kita mulai menerima keadaan dan sadar bahwa apa pun yang terjadi hidup akan tetap berjalan terus.
Pada fase ini kita memulai menata kembali kehidupan yang sebelumnya sempat ‘hancur’. Fase-fase ini akan kita lewati dengan mudah ketika kita bisa lebih jujur kepada diri kita sendiri.
“Satu dari sekian keputusan paling berani yang pernah kamu ambil yaitu melepaskan apa yang menyakiti hati dan jiwamu.” -Brigitte Nicole-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H