Ia tidak mencari tahu informasi-informasi lain seperti pentingnya dukungan emosional, finansial, dan sosial untuk anak dan keluarga yang memiliki disabilitas intelektual, informasi mengenai metode pembelajaran yang lebih efektif untuk mereka, keterampilan-keterampilan yang esensial dikuasai agar mereka dapat berdaya, komunitas-komunitas pendukung, dan sebagainya.Â
Dengan bereaksi berlebihan, individu akan cenderung menggunakan kacamata kuda dalam memandang suatu permasalahan tanpa melihat secara keseluruhan dan ini akan membuat tindakan yang diambil menjadi kontraproduktif.
Selanjutnya, orang yang meremehkan atau tidak menganggap serius diagnosis psikologis. Orang-orang seperti ini biasanya antipati, menganggap bahwa diagnosis psikologis tidak ilmiah, tidak berbahaya, dan sebagainya.Â
Apabila ini adalah sikap dari individu yang didiagnosis, biasanya karena ia merasa bahwa diagnosis yang diterima tidak tepat dan merasa bahwa dirinya baik-baik saja secara psikologis.Â
Hasil ini dapat terjadi dengan dua kemungkinan, pertama, pemeriksaan yang dilakukan tidak valid karena alat ukur yang tidak tepat atau jawaban testee yang tidak relevan, dan kemungkinan kedua adalah karena individu yang didiagnosis masil denial dan tidak menyadari atau mengakui kondisi psikologisnya.Â
Contohnya, Z didiagnosis depresi tapi ia merasa bahwa dirinya baik-baik saja karena ia masih mampu bekerja, bersosialisasi, dan sehat secara fisik.Â
Padahal diagnosis ini ditegakkan setelah simtom-simtom depresi secara signifikan muncul, seperti pola makan dan tidur yang berantakan, kualitas kerja yang menurun, dan meningkatnya intensitas berbelanja walaupun dengan nominal yang kecil namun sangat sering, dan sebagainya.Â
Kemudian, apabila ini adalah sikap dari orang-orang di sekitar individu yang didiagnosis, maka mereka umumnya menganggap bahwa individu tersebut terlalu melebih-lebihkan, bahwa mereka tidak memercayai diagnosis psikologis.Â
Misalnya W didiagnosis mengalami panik attack karena suara keras akibat pengalaman melihat kecelakaan kembang api. Lalu orang-orang di sekitar W menganggap W terlalu melebih-lebihkan, merusak suasana atau mood killer, dan masih membercandainya dengan membawanya ke tempat ramai dan bising tanpa memedulikan kemungkinan ia terkena panic attack lagi.
Tidak berbeda dengan diagnosis penyakit fisik yang diberikan oleh dokter, diagnosis psikologis yang diberikan oleh psikolog pun perlu dianggap serius dan dihadapi dengan tepat. Mencari second opinion diperbolehkan namun jangan sampai hal ini menghambat atau menunda penanganan yang penting.Â
Denial atau penolakan terhadap diagnosis itu wajar terutama di masa-masa awal, namun jangan kemudian hal ini berlarut lama dan membuat diagnosis menjadi tidak tertangani tepat waktu.Â