Mohon tunggu...
Humaniora

Di Hari Pendidikan Nasional, Menristekdikti: Pendidikan Tinggi Idealnya Jadi Terminal Akhir Pendidikan Formal

8 Mei 2018   12:39 Diperbarui: 8 Mei 2018   12:56 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia (Menristekdikti RI), Mohamad Nasir pada April lalu kembali membeberkan fakta yang kadung menjadi rahasia umum, yakni banyak mahasiswa di perguruan tinggi di Indonesia tidak menyelesaikan kuliahnya karena orangtua mereka tidak mampu.

Badan Pusat Statistik dalam hasil risetnya yang dipublikasikan di akhir tahuh 2017 menunjukkan, hanya 8,15 persen dari penduduk berumur 15 tahun ke atas yang berhasil menempuh pendidikan hingga ke jenjang Perguruan Tinggi (PT).

Pada Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) yang diperingati pada 2 Mei lalu, Mohamad Nasir sebagai wajah pemerintah yang memegang tampuk tanggung jawab memajukan pendidikan menyuarakan lagi urgensi pendidikan, utamanya pendidikan tinggi sebagai terminal akhir pendidikan formal. Ia lebih jauh menjelaskan, jenjang pendidikan formal memiliki peran strategis dalam meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM).

Karena menurutnya, pendidikan tinggi tidak sekedar studi, tetapi juga wahana pengembangan riset untuk kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal tersebut kemudian berguna untuk membentuk suatu peradaban yang semakin mapan.

Mohamad Nasir berharap, dengan hadirnya bank serta lembaga yang menyediakan pinjaman pendidikan dengan skema yang telah diarahkan pemerintah untuk dibuat se-meringan-kan mungkin bagi mahasiswa peminjamnya, tidak ada lagi mahasiswa tidak mampu terputus kuliahnya dengan alasan ekonomi.

Untuk diketahui, Kemenristekdikti sendiri telah mengalokasikan anggaran beasiswa Bidik Misi sebesar Rp 4,9 triliun. Namun seperti yang dipaparkan dalam riset yang dilakukan lembaga SMERU, beasiswa pendidikan tinggi dari pemerintah cakupannya hanya 5,6% dari seluruh mahasiswa undergraduate.

Sementara itu bagi sebagian besar mahasiswa lainnya yang tidak mendapatkan bantuan, harus merogoh kocek sendiri atau mencari jalan keluar lain untuk membiayai kuliah. DANAdidik sebagai salah satu dari sekian banyak penyedia layanan pinjaman pendidikan telah sedang melancarkan misinya yakni Pendidikan Tinggi Untuk Semua selama kurang lebih tiga tahun. Hal yang membedakannya dengan penyedia layanan pinjaman pendidikan yang lain utamanya bank adalah sistematika pinjamannya yang tidak konvensional.

Keberadaan bunga 0% hingga tenor panjang hingga 42 bulan setelah mahasiswa resmi dinyatakan lulus adalah dua dari sejumlah kebijakan yang diterapkan DANAdidik berdasarkan analisisnya terhadap kemampuan serta kapasitas mahasiswa utamanya mereka yang berasal dari kalangan tidak mampu. Sumber dana pinjaman berasal dari donatur sukarela lewat cara crowdfunding dan dikelola secara transparan sebagai data publik. Lebih jauh mengenai DANAdidik serta kerja-kerja yang telah dilakukannya dapat diakses melalui situs resminya danadidik.com.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun