Mohon tunggu...
Humaniora Pilihan

Mempertanyakan Pernyataan "Menjadi Budak adalah Pilihan" dari Kanye West

3 Mei 2018   13:10 Diperbarui: 3 Mei 2018   13:37 487
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Baru-baru ini publik internasional cukup dikagetkan oleh pernyataan Kanye West, seorang rapper kelas dunia asal Amerika Serikat yang lahir dan besar di negeri Paman Sam tersebut.

Pasalnya seperti dilansir dalam akun Twitter media TMZ, saat berbicara soal perbudakan ia mengatakan bahwa "Perbudakan (terjadi) selama 400 tahun. 400 tahun? Itu terdengar seperti sebuah pilihan". Padahal di negaranya sendiri, praktik perbudakan menorehkan luka bagi sebagian besar masyarakatnya.

Perbudakan di Amerika Serikat terjadi pada abad ke-18 dan 19. Ketika Amerika Serikat didirikan, status para budak biasanya melekat bersama dengan keturunan Afrika, hal ini membuat sebuah sistem dan tradisi dimana ras memainkan peran yang sangat berpengaruh. Perbudakan di Amerika Serikat berlangsung secara legal hingga diturunkannya Amendemen Konstitusi Amerika Serikat ke-13 tahun 1865.

Kebanyakan mereka yang menjadi budak adalah yang berkulit hitam dan dimiliki orang yang berkulit putih, meskipun beberapa penduduk asli dan orang berkulit hitam juga memiliki budak. Terdapat pula budak berkulit putih, namun jumlahnya sedikit.

Mayoritas pemilik budak berada di Amerika Serikat Wilayah Selatan, di mana kebanyakan budak dijadikan "mesin" untuk pertanian. Meskipun perdagangan perbudakan internasional dilarang mulai tahun 1808, perdagangan internal budak terus berlanjut dan populasi budak melonjak ke 4 juta jiwa sebelum perbudakan dihentikan.

Dengan kondisi historis yang demikian, seharusnya Kanye sebagai orang kulit hitam serta penduduk Amerika Serikat dapat memberikan pernyataan yang lebih simpatik serta suportif. Bahkan rekannnya sendiri sesama rapper, Will.I.Am menyatakan kritiknya serta tanggapan yang sama sekali berseberangan dengan Kanye.

Lebih jauh ia mengatakan, "Ketika Anda adalah seorang budak, Anda dimiliki (seperti barang). Anda tidak memilih apakah Anda dimiliki. Ketika Anda menjadi budak, Anda kehilangan pendidikan. Itu bukan pilihan, itu keterpaksaan".

Perbudakan dan Urgensi Pendidikan

Rapper Will.I.Am menyinggung soal pendidikan saat berbicara tentang perbudaka. Karena secara tidak langsung ia beranggapan bahwa kesulitan hingga ketiadaan akses pendidikan lah yang membawa seseorang akhirnya menjadi budak, karena ia tidak tahu persis perihal status; tuan dan budak, atau meskipun ia tahu, ia tidak punya cukup pengetahuan untuk melancarkan perlawanan karena kesulitan dan ketiadaan akses yang tadi disinggung.

Bagi banyak orang, pendidikan diyakini sebagai gerbang menuju kehidupan yang lebih baik dengan memperjuangkan hal terkecil hingga terbesar dalam kehidupan manusia. Hasil identifikasi peneliti Bank Dunia terhadap sejumlah negara yang berhasil dengan upaya pengentasan kemiskinannya seperti Filipina dan Vietnam, memasukkan akses pendidikan bermutu untuk semua sebagai salah satu strategi yang memberi dampak.

Pendidikan Sebagai Jalan Keluar

Menurut hasil analisis Bank Dunia, jumlah pelajar di seluruh dunia telah meningkat dan pusat perhatian harus bergeser dari sekadar mengirim anak-anak ke sekolah menjadi memberikan pendidikan bermutu untuk setiap anak di manapun mereka berada. Pendidikan untuk semua harus mengedepankan proses belajar, pengetahuan dan pengembangan keterampilan serta kualitas guru.

Di Indonesia, lebih dari 110 juta orang masih hidup dengan penghasilan kurang dari US$ 2 per hari. Sebagian besar penduduk miskin di Asia Tenggara tinggal di Indonesia. Menurut survey Bank Dunia, Indonesia juga belum mampu meningkatkan berbagai indikator utama pembangunan sosial dibandingkan dengan negara-negara Asia Timur lainnya sehingga diperlukan strategi khusus yang dapat menggenjotnya.

Saat ini didukung dengan kemajuan teknologi yang pesat, orang berpendidikan banyak mengupayakan perubahan sosial lewat berbagai cara dengan harapan terwujudnya kemerataan akses dan inklusivitas di berbagai ranah kehidupan. Muncul banyak start-up yang bergerak di ranah pendidikan dengan berbagai misi.

DANAdidik misalnya, dengan misinya mewujudkan "Pendidikan Tinggi untuk Semua" menyediakan wadah bagi para mahasiswa untuk menggalang dana pinjaman bagi pendidikan tingginya dengan regulasi yang berorientasi pada mahasiswa serta menghindarkan mereka pada petaka di kemudian hari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun