Ukraina tampaknya berpikir itu harus bisa berjalan dengan cara yang dipilihnya. Kepercayaan itu tumbuh, terutama setelah Amerika Serikat, Inggris, dan beberapa anggota NATO mengirimkan bantuan ke Ukraina berupa amunisi, rudal, pesawat militer, kapal perang, dan peralatan medis. Eropa Timur. Rusia melihat kegiatan NATO dalam rekonsiliasi dengan bekas Uni Soviet sebagai ancaman. Faktanya, Putin sendiri mengatakan AS melanggar kesepakatan lama untuk tidak memperluas jangkauan NATO ke Eropa Timur. NATO, sementara itu, membantahnya, dengan mengatakan bahwa banyak negara kecil yang berbatasan dengan Rusia, termasuk Estonia, Latvia dan Lithuania, telah bergabung dengan NATO sebagai aliansi pertahanan. Pernyataan NATO itu diperkirakan akan memancing reaksi internasional.
Bahkan di negara-negara kecil ini, reaksi internasional terhadap ketegangan yang muncul pada dasarnya bukanlah perang. Untuk itu, banyak yang berpendapat bahwa perang akan menimbulkan masalah bagi dunia internasional, terutama terganggunya pasokan gas ke Uni Eropa dan masalah yang berkaitan dengan situasi keamanan di Eropa. Agresi Rusia akan mengacaukan Eropa.Â
Jadi sebelum itu terjadi, inilah saat yang tepat untuk menahan ancaman, termasuk meredakan ketegangan, mengurangi gerakan, dan menghentikan retorika yang bisa menimbulkan ketegangan. Yang perlu kita lakukan sekarang adalah mencegah perang, mengingat dampak perang di berbagai bidang seperti ekonomi, masyarakat dan energi. Terutama perang antara Ukraina dan tetangga Rusia - Belarus, Hongaria, Rumania.
Konflik Rusia-Ukraina dapat dilihat sebagai urusan internal antara kedua negara. Namun, krisis Ukraina juga telah membangkitkan minat banyak pemangku kepentingan, termasuk Amerika Serikat, karena kehadiran Ukraina sebagai kehadiran yang cukup penting di perbatasan dengan Rusia memiliki nilai strategis tidak hanya bagi Rusia tetapi juga bagi negara-negara Eropa Barat.Â
Ini adalah anggota NATO bersama dengan negara-negara Uni Eropa lainnya. Krisis Rusia-Ukraina, yang masih belum terselesaikan hingga setidaknya Februari 2022, merupakan ancaman internasional, mengingat perang atau konflik langsung dapat terjadi jika faksi-faksi yang bertikai kehilangan kendali. Akhir dari episode krisis Rusia-Ukraina ini tidak bisa diprediksi dengan pasti. Perang.
Oleh karena itu merupakan tugas masyarakat internasional untuk terus mencari solusi damai melalui dialog dan tindakan diplomatik untuk menghindari ancaman perang dunia lain. Sebagai anggota masyarakat internasional, Indonesia dengan kebijakan luar negerinya yang independen dan proaktif harus ikut serta mencari solusi terbaik untuk menyelesaikan konflik antara Rusia dan Ukraina. Konflik yang sedang berlangsung akan merugikan banyak pihak tidak hanya negara-negara Eropa, tetapi juga negara-negara di kawasan lain. Meningkatnya perang di Eropa Timur telah mengganggu hubungan antara negara-negara di dunia, termasuk Indonesia, dengan Rusia dan Ukraina. Hubungan yang bermasalah dapat melibatkan kerja sama di bidang ekonomi dan komersial yang terkait dengan kepentingan ekonomi masyarakat masing-masing negara.
Oleh karena itu, parlemen sebagai wakil rakyat juga harus menyatakan pentingnya solusi damai untuk mengatasi krisis hubungan Rusia-Ukraina. Berbagai pertemuan forum antarparlemen, khususnya forum antarparlemen global, seharusnya mengungkapkan dan mendorong pentingnya solusi damai atas krisis di Ukraina. Konferensi International Interstate Alliance (Aliansi Internasional) ke-144 di Bali pada Maret 2022 juga harus menyoroti pentingnya krisis di Ukraina.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H